6 Apr 2014

MATA KULIAH "ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR" (ISBD)




BAB 1
PENGANTAR ISBD

TUJUAN PEMBELAJARAN
setelah melakukan pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa mampu :
1.      mengemukakan kompetensi dasar dan pokok substansi kajian sebagai ruang lingkup ISBD
2.      menjelaskan pentingnya ISBD sebagai kelompok mata kuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB) dan program pendidikan umum perguruan tinggi.
3.      menggunakan ISBD sebagai sudut pandang alternative atas pemecahan masalah social dan budaya.

MATERI PEMBELAJARAN
A.    Hakikat dan ruang lingkup ISBD
B.     ISBD sebagai MBB dan penddikan umum
C.     ISBD sebagai alternative pemecahan masalah social budaya.

KATA-KATA KUNCI
Ilmu social dasar, ilmu budaya dasar, kompetensi, matakuliah berkehidupan masyarakat, system nilai budaya.
pada bagian pertama buku ini, akan diuraikan topic mengenai pengantar kuliah ilmu social dan budaya dasar (ISBD)sebelum menguraikan lebih lanjut materi-materi pokok yang ada dalam substansi kajian ISBD. bagian pengantar ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan umum mengenai mata kuliah ISBD. dalam pengantar ini akan disajikan mengenai hakikat dan ruang lingkup ISBD, ISBD sebagai MBB dan pendidikan umum, dan ISBD sebagai alternative pemecahan masalah dan social budaya.

A.    HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP ISBD
1.      Hakikat ISD dan IBD
secara garis besar ilmu dan pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:
a.       ilmu alamiah (natural sciences)
b.      ilmu social (social sciences)
c.       pengetahuan budaya (the humanistic)
ilmu social dasar (ISD) termasuk dalam kelompok ilmu social. namun, ISD tidak bersifat sebagai pengantar kea rah suatu bidang disiplin ilmu social sebagaimana pengantar ilmu politik, pengantar antropologi, pengantar sosiologi, dan sebagainya. ISD menggunakan pengertian yang berasal dari berbagai disiplin ilmu untuk menanggapi masalah-masalah social, khususnya yang dihadapi masyarakat Indonesia.
ISD mempunyai tema pokok, yaitu hubungan timbale balik manusia dengan lingkungannya. adapun objek sasaran atau objek kajian ISD adalah sebagai berikut.
a.       berbagai kenyataan bersama merupakan masalah social yang dapat ditanggapi melalui pendekatan sendiri maupun pendekatan antarbidang (interdisiplin).
b.      keanekaragaman golongan dan kesatuan social dalam masyarakat yang masing-masing memiliki kepentingan dan kebutuhan sendiri, tetapi terdapat juga persamaan kepentingan yang dapat mengakibatkan kerjasama dan pertentangan.
intinya, matakuliah ISD adalah upaya untuk memberkan pengetahuan dasar dan pengetahuann umum tentang konsep-konsep yang dikembangjan untuk mengkaji gejala-gejala social sehingga daya tangkap, presepsi, dan penalaran mahasiswa terhadap lingkungan social meningkat, dengan demikian kepekaan sosialnya pun bertambah.
tujuan matakuliah ISD adalah membantu perkembangan wawasan pemikiran dan kepribadian mahasiswa agar memperoleh wawasan pemikiran yang lebih luas dan cirri-ciri kepribadian yang diharapkan dari setiap tingkah laku manusia dalam menghadapi manusia lain, serta sikap dan tingkah laku manusia lain terhadap manusia yang bersangkutan.
ilmu budaya dasar (IBD) dalam kelompok ilmu pengetahuan termasuk dalam kelompok pengetahuan budaya (the humanistic), tetapi tidak identik dengan pengetahuan budaya itu sendiri. IBD berbeda dengan pengetahuan budaya. pengetahuan budaya mengkaji masalah masalah nilai manusia sebagai makhluk berbudaya,sedangkan IBD mengkaji masalah kemanusiaan dan budaya. IBD budaya ialah suatu pengetahuan yang menelaah berbagai  masalah kemanusiaan dan budaya, dengan menggunakan pengertian yang berasal dari dan telah dikembangkan oleh berbagai bidang ilmu pengetahuan atau keahlian.
adapun yang menjadi pokok kajian IBD adalah berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya serta hakikat manusia yang satu. termasuk pula didalamnya pemahaman akan system nilai budaya, yaitu konsepsi tentang nilai yang hidup dalam pikiran sebagian besar masyarakat. system nilai budaya berfungsi sebagai pedoman bagi sikap mental, pola piker dan pola prilaku warga masyarakat.
IBD merupakan suatu upaya memberikan pengetahuan dasar dan umum mengenai konsep-konsep budaya untuk menkaji masalah kemanusiaan dan budaya. pendekatan pokok kajian IBD dilakukan dengan menggunakan pengetahuan dasar dan umum tentang konsep budaya dari berbagai keahlian pengetahuan buadaya maupun degan menggunakan masing-masing keahlian dalam pengetahuan budaya.
tujuan IBD adalah mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran dan kemampuan kritikalterhadap masalah-masalah budaya sehingga daya tangkap, presepsi, dan penalaran budaya mahasiswa menjadi halus dan manusiawi.
namun dalam rangka evektifitas dan keterpaduan maka sesuai SK dirjen dikti no 44/2006 pengorganisasian materi maupun teknik penyajiannya digabungkan menjadi ISBD. dengan demikian ISBD dapat dikatakan sebagai paduan atau integrasi dari kajian ISD dan IBD. sebgai integrasi dari ISD dan IBD , ISBD memiliki kompetensi dasar menjadi ilmuan yang professional, yakni yang berfikir kritis, kreatif, sistematik dan ilmiah, berwawasan luas, etis, serta memiliki kepekaan dan empati terhadap solusi pemecahan masalah social dan budaya secara arif (SK dirjen Dikti No, 44 tahun 2006).
2.      Ruang lingkup ISD,IBD, dan ISBD
ISD memberikan dasar-dasar pengetahuan kepada manusia yang diharapkan akan cepat tanggap serta mampu menghadapi dan menanggulangi masalah-masalah dalam kehidupan masyarakat (masalah social). dengan mengetahui dan mengorientasikan diri kedalamnya, paling tidak ia harus mempu mengetahui kea rah mana pemecahan jalan keluar suatu permasalahan yang dihadapi.
karena, bagaimanapun juga pada saat ini masalah-masalah social telah berkembang sedemikian kompleksnya. mulai dari ruang lingkup local, regional, nasional, maupun internasional.
ruang lingkup materii yang disajikan dalam ISD meliputi :
1.      individu, keluarga, dan masyarakat.
2.      masyrakat desadan masyarakat kota
3.      masalah penduduk
4.      pelapisan social
5.      pemuda sosialisasi
6.      ilmu pengetahuan,teknilogi, dan kemiskinan.
berdasarkan hasil konsorsium pada lokakarya tahun 1982, ditetapkan behwa matakuliah IBD adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan bekal pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah budaya.
seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa IBD bukanlah pengetahuaan mengenai budaya. jadi materi yang disajikan bukanlah tema atau topic tentang kebudayaan. yang dijadikan pokok kajian IBD adalah aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan, maupun masalah kemanusian dan budaya, hakikat manusia yang satu, serta system nilai budaya. ruang lingkup yang dijadikan tema dalam matakuliah IBD mencakup hal-hal berikut.
a.       manusia dan pandangan
b.      manusia dan keindahan
c.       manusia dan keadilan
d.      manusia dan cinta kasih
e.       manusia dan tanggung jawab
f.       manusia dan kegelisahan
g.      manusia dan harapan
kemudian, ketika materi ISD dan IBD di gabung menjadi ISBD maka sesuai dengan konsep kurikulum berbasis kompetensi memuat sejumlah substansi kajian yang mengarah pada tercapainya kompetensi dasar. artunya, bahwa pemberian substansi kajian atau ruang lingkup kajian ISBD yang ada kepada mahasiswa diharapkan dapat mencapai kompetensi dasar matakuliah yang dimaksud.
            adapun substansi kajian ISBD berdasarkan ketentuan dalam surat keputusan dirjen dikti no.30/dikti/kep/2003 tentang rambu-rambu pelaksanaan kelompok matakuliah berkehidupan bermasyarakat di perguruan tinggi Indonesia, mencakup pokok-pokok kajian sebagai berikut :
a.       pengantar ISBD
b.      manusia sebagai maklik budaya
c.       manusia dan peradaban
d.      manusia sebagai makhluk individu social
e.       manusia,keragaman,kesederajatan
f.       moralitas dan hukum
g.      manusia, sains dan teknologi
h.      manusia dan lingkungan
sedangkan menurut ketentuan baru, yaitu surat keputusan dirjen dikti nomor 44/dikti/kep/2006 tentang rambu-rambu pelaksanaan kelompok matakuliah berkehidupan bermasyarakat di perguruan tinggi, substansi kajian ISBD meliputi hal-hal berikut.
a.       pengantar ISBD
b.      manusia sebagai makhluk budaya
c.       manusia sebagai makhluk individu social
d.      manusia dan peradaban
e.       manusia,keragaman, dan kesetaraan
f.       manusia, nilai , moral, dan hukum
g.      manusia,sains, teknologi dan seni.
h.      manusia dan lingkungan
menyimak dari isi kajian di atas, dapat dikemukakan bahwa kajian ISBD mencakup masalah social dan masalah budaya serta keberadaan manusia sebagai subjek bagi masalah-masalah tersebut. baik dihadapkan pada masalah social maupun budaya tersebut, diharapkan manusia dapat meningkatkan wawasannya, kepekaannya, serta berempati terhadap masalah maupun pemecahan masalahnya.
B.     ISBD SEBAGAI MATAKULIAH BERKEHIDUPAN BERMASYARAKAT (MBB) DAN PENDIDIKAN UMUM
1.      ISBD merupakan kelompok MBB di perguruan tinggi
menurut keputusan menteri pendidikan nasional republic Indonesia nomor 232/U/2000 tentang pedoman penyusunan kurukulum pendidikan tinggi dan penilaian hasil belajar mahasiswa, kelompok bahan kajian dan pelajaran yang dicakup dalamsuatu program studi yang dirumuskan dalam kurikulum terdiri atas:
a.       kelompok matakuliah pengembangan kepribadian (MPK) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap dan mandiri, serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
b.      kelompok mata kuliah keilmuan dan keterampilan (MKK) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang ditujukan terutama untuk memberikan landasan penguasaan ilmu dan keterampilan tertentu.
c.       kelompok matakuliah keahlian berkarya (MKB) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan untuk menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan tenaga ilmudan keterampilan yang dikuasai.
d.      kelompok matakuliah prilaku berkarya (MPB) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan umtuk membentuk sikap dan perilaku yang diperlukan seseorang dalam karya menurut tingkat keahlian berdasarkan dasr ilu keterampilan yang dikuasai.
e.       kelompok metakuliah berkrhidupan bermasyarakat (MBB) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang diperlukan untuk dapat memahami kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan dengan keahlian dalam berkarya.
menurut surat keputusan menteri No.23/U/2000 tersebut ISD dan IBD termasuk dalam kelompok MPK kurikulum institusional. kurikulum institusional merupakan sejumlah bahan kajian dan pelajaran yang merupakan bagian dari kurukulum pendidikan tinggi, yang terdiri atas tambahan dari kelompok ilmu dalam kurikulum inti yang disusun dengan memerhatikan keadaan dan kebutuhan lingkungan secara cirri khas perguruan tinggi yang bersangkutan. sedangkan kelompok MPK kurikulum institusional yang lain, misalnya bahasa Indonesia, bahasa inggris, ilmu alamiah dasar, filsafat ilmu, dan olahraga(pasal 10 ayat 2)
selanjutnya terjadi perubahan berdasarkan surat keputusan dirjen dikti No.30 /Dikti/kep/2003 tentang rambu-rambu pelaksanaan kelompok matakuliah berkehibupan bermasyarakat di perguruan tinggi maka ISBD termasik dalam kelompok MBB. selengkapnya, mata kuliah yang termasuk dalam MBB terdiri atas :
a.       ilmu social dan budaya dasar (ISBD)
b.      ilmu kealaman dasar (IAD)


a.       visi kelompok matakuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB)
visi kelompok MBB di perguruan tinggi merupakan sumber nilai dan pedoman bagi penyelenggaraan program studi guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadianm kepekaan social, kemampuan hidup bermasyarakat, pengetahuan tentang pelestarian, pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup, dan mempunyai wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
b.      misi kelompok matakuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB)
misi kelompok MBB di pergguruan tinggi membantu meumbuhkembangkan daya kritis, daya creative, apresiasi, dan kepekaan mahasiswa terhadap nilai-nilai        social dan budaya demi memantapkan kepribadiannya sebagai bekal hidup bermasyarakat selaku makhluk hidup dan makhluk social yang mwmiliki sifat sebagai berikut :
1.      bersikap demokratis, berkeadapan, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, bermartabat serta peduli terhadap pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.
2.      memiliki kemampuan untuk menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
3.      ikut berperan mencari solusi pemecahan masalah social budaya dan lingkungan hidup secara arif.

c.       kompetensi kelompok matakuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB)
standar kompetensi kelompok MBB yang harus dikuasai mahasiswa meliputi berpikir kritis,kreatif,sistematis, ilmiah, berwawasan luas, etis,estetis, memiliki apresiasi, kepekaan dan empati social, bersikap demokratis, berkeadapan, dan menjunjung tinggi nilai kemampuan; memiliki kepedulian terhadap pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup; mempunyai wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan,teknologi dan seni sehingga dapat ikut berperan mencari solusi pemecahan masalah social,budaya,dan lingkungan hidup secara arif.
kompetensi dasar untuk bidang ISBD adalah menjadi ilmuwan dari dan professional yang berpikir kritis,kreatif,sistematik, dan ilmiah, berwawasan luas,etis, memiliki kepekaan dan empati terhadap solusi pemecahan masalah social dan busaya secara arif.
kompetensi dasar untuk IAD adalah menajadi ilmuwan dan professional yang berfikir kritis, kreatif,sistematik,dan ilmiah,berwawasan luas,etis,lingkungan hidup, mempunyai wawasan luas tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dapat ikut berperan dalam mencari solusi pemecahan masalah lingkungan hidup secara arif.

2.      ISBD sebagai program pendidikan umum (general education)
pendidikan tinggi sebagai kelanjutan dari pendidikan menengah diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggaota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. pendidikan tinggi dilaksanakan di perguruan tinggi dan oleh perguruan tinggi yang terdiri atas pendidikan akademik dan professional.
            lulusan perguruan tinggi baik ilmuan / akademisi dan professional diharapkan memiliki kemampuan yang meliputi kemampuan personal, kemampuan akademik, dan kemampuan professional.
kemampuan personal adalah kemampuan kepribadian. dengan kemampuan ini para teaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan sehingga mampu menunjukan sikap, tingkah laku, dan tindakan yang mencerminkan kepribadian Indonesia; memahami dan mengenal nilai-nilai keagamaan, kemasyarakatan,dan kenegaraan (pancasila); memiliki pandangan yang luas dan kepekaan terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia.
kemampuan akademik adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah, baik lisan, maupun tulisan; menguasai peralatan analisis, berpikir logis, kritis, sistematik dan analitik; memiliki kemampuan kensepsional untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dihadapi serta mampu menawarkan alternative pemecahan.
kemampuan professional adalah kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang bersangkutan. dengan kemampua ini, para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi dalam bidang profesinya.
kemampuan personal adalah ditanamkan kepada para mahasiswa sebagai calon tenaga ahli melalui program pendidikan umum. pendidikan umum merupakan studi kajian yang membekali pesrta didik berupa kemampuan dasar tentang pemahaman, penghayatan,dan pengalaman nilai-nilai dasar kemanusiaan, sebagai makhluk tuhan, sebagai pribadi, anggota keluarga, masyarakat, warga Negara, dan sebagai bagian dari alam.
ISBD mengambil peran sebagai program pendidikan umum yang bersifat mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan personal. menempatkan diri sebagai anggota masyarakat yang tidak terpisahkan dari masyarakat serta kemampuan untuk memiliki tanggung jawab social kemasyarakatan. tanggung jawab itu diwujudkan dengan keikutsertaan dalam memecahkan masalah social dimasyarakatnya sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.
program pendidikan umum berusaha untuk memperluas cakrawala perhatian dan pengetahuan para mahasiswa sehingga tidak terbatas pada  bidang pengetahuan keahlian serta golongan asal masing-masing; membantu mahasiswa menemukan diri sendiri dan menempatkan diri dalam perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang sedang berlangsung, menghadapkannya dengan masalah-masalah susila serta masalah yang diwujudkan oleh kenyataan-kenyataan kehidupan sosialm ekonomi, dan politik yang secara sadar ataupun tidak sadar senantiasa dihadapinya; memberikan pengertian pada mereka mengenai hubungan dan keterkaitan dari ilmu pengetahuan. singkatnya, program pendidikan umum diharapkann dapat menjadikan mahasiswa lebih peka dan lebih terbuka, disertai rasa tanggung jawab yang lebih kuat.
C.     ISBD SEBAGAI ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH SOSIAL BUDAYA
ISBD sebagai integrasi dari ISD dan IBD memberikan dasar-dasar pengetahuan social dan konsep-konsep budaya kepada para mahasiswa sehingga mampu mengkaji masalah social, kemanusiaan, dan budaya. selanjutnya, diharapkan mahasiswa peka,tanggap,kritis, serta berempati atas solusi pemecahan masalah social dan budaya secara arif.
            seperangkat konsep dasar ilmu social dan budaya tersebut secara interdisiplin digunakan sebagai alat bagi pendekatan dan pemecahan masalah yang timbul dan berkembang dalam masyarakat. dengan demikian ISBD memberikan alternative sudut pandang atas pemecahan masalah social budaya dimasyarakay. bardasarkan pemahaman yang diperoleh dari kajian ISBD, mahasiswa dapat mengorientasikan diri untuk selanjutnya mampu mengetahui kea rah mana pemecahan masalah harus dilakukan.
            pendekatan dalam ISBD lebih bersifat interdisiplin atau multidisiplin, khususnya ilmu-ilmu social dalam menghadapi masalah social. pendekatan dalam ISBD bersumber dari dasar-dasar ilmu social dan budaya yang bersifat terintegrasi.ISBD digunakan untuk mencari pemecahan masalah kemasyarakatan melalui pendekatan interdisipliner atau multidisipliner ilmu-ilmu social dan budaya. sedangkan pendekatan dalam ilmu social lebih bersifat subjek oriented, artinya berdasarkan sudut pandang dari ilmu social tersebut. misalnya, ilmu ekonomi melihat suatu masalah melalui prespektif ekonomi serta pemecahan masalah pun dari sudut pandang ekonomi pula.
            pendekatan dalam ISBD akan memperluas pandangan bahwa masalah social, kemanusiaan, dan budaya dapat didekati dari berbagai sudut pandang. dengan wawasan ini pula maka mahasiswa tidak jatuh dalam sifat pengotakan ilmu secara ketat. sebuah ilmu secara mandiri tidak cukup mampu mengkaji sebuah masalah kemasyarakatan. dewasa ini perkembangan sebuah masalah semakin kompleks. kajian atas suatu masalah membutuhkan berbagai sudut pandang keilmuan, demikian pula dengan solusi pemecahannya.
            ISBD sebagai kajian masalah social, kemanusiaan dan budaya, sekaligus pula member dasar pendekatan yang bersumber dari dasar-dasar ilmu social yang terintegrasi. pendekatan yang mendalam bersifat subject oriented di bebankan pada ilmu social dan budaya yang lebih bersifat teoritis , baik yang menyangkut ruang lingkup, metode dan sistematikanya.
            demikian pula halnya dengan pendekatan dalam ilmu-ilmu alam atau yang bersifat eksakta. pendekatan dalam ilmu-ilmu alam dalam mengkaji gejala alamiah juga bersifat subject oriented. mahasiswa yang menekini ilmu-ilmu eksakta akan mengkaji gejala alam menurut sudut pandang ilmu mereka. dengan diberikan kajian ISBD diharapkan dapat member wawasan akan pentingnya pendekatan social dan budaya dalam menangani masalah alam. misalnya,seorang sarjana teknik sipil dalam upayanya membuat jembatan harus mempertimbangkan aspek social dan budaya masyarakat dan sekitarnya. ia semata-mata tidak boleh hanya mempertimbangkan masalah teknis. harus dipahami bahwa manusia tidak lepas dari gejala alam dan kehidupan lingkungan. alam dan manusia akan saling mempengaruhi. namun,sebagai subjek kehidupan, manusia perlu memperlakukan alam secara baik sehingga akan memberikan manfaat bagi kesejahteraan hidupnya.
            berdasarkan hal tersebut beberapa perguruan tinggi memberlakukan ISBD sebagai mata kuliah wajib bagi mahasiswa dari program ilmu alam atau eksakta. hal ini dimaksudkan agar pendekatan social dan budaya senantiasa dipertimbangkan dan melandasi setiap upaya mencari solusi atas pemecahan dari masalah alam yang mereka hadapi. dengan demikian manusia sebagai calon ilmuwan dan professional harapan bangsa mampu bertindak secara arif dan bijaksana.





BAB II
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA

TUJUAN PEMBELAJARAN
setelah melaksanakan pembelajaran ini, mahasiswa diarapkan mampu :
1.      menganalisis manusia sebagai makhluk berbudaya
2.      menjelaskan hakekat kemanusiaan dan kebudayaan
3.      membedakan antara etika dan estetika berbudaya
4.      menunjukkan sikap hormat dan menghargai sesama manusia
5.      memberikan contoh problema kebudayaan dewasa ini
MATERI PEMBELAJARAN
1.      hakikat manusia sebagai makhluk budaya
2.      apresiasi terhadap kemanusiaan dan kebudayaan
3.      etika dan estetika berbudaya
4.      memanusiakan manusia
5.      problematika kebudayaan
KATA KUNCI
akal budi, budaya, kebudayaan, etika,estetika.
            bab ini membahas tentang manusia sebagai makhluk budaya yang berkemampuan menciptakan kebaikan, kebenaran,keadilan, dan bertanggung jawab. sebagai makhluk berbudaya, manusia mendayakan akal dan pikirannya untuk menciptakan kebahagiaan baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya. sebagian makhluk berbudaya, manusia menciptakan kebudayaannya.
            dalam bab ini akan dibahas mengenai hakikat manusia sebagai makhluk budaya, apresiasi terhadap kemanusiaan dan kebudayaan, etika dan estetika berbudaya, memanusiakan manusia, dan problematika kebudayaan.
A.    HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA
Manusia adalah salah satu makhluk tuhan di dunia. makhluk tuhan di alam fana ini ada empat macam, yaitu alam,tumbuhan, binatang, dan manusia, sifat-sifat yang dimiliki ke empat makhluk ini sebagai berikut :
1.      alam memiliki sifat wujud
2.      tumbuhan memiliki sifat wujud dan hidup
3.      binatang memiliki sifat wujud,hidup dan dibekali nafsu
4.      manusia memiliki sifat wujud,hidup, dibekali nafsu serta akal budi.
akal budu merupakan pemberian sekaligus potensi dalam diri  manusia yang tidak dimiliki makhluk lain. kelebihan manusia disbanding mekhluk lain terletak pada akal budi. anugrah tuhan akan akal budilah yng membedakan manusia dengan makhluk lain. akal adalah kemampuan berfikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki. berpikir merupakan kegiatan operasional dari akal yang mendorong untuk aktif berbuat demi kepentingan dan peningkatan hidup manusia. jadi, fungsi dari akal adalah berfikir. karena manusia di anugerahi akal maka manusia dapat berfikir. kemampuan berfikir manusia juga digunakan untuk memecahkan masalah-masalah hidup yang dihadapinya.
            budi berarti juga akal. budi menurit kamus lengkap bahasa Indonesia adalah bahian dari kata hati yang berupa paduan akal dan perasaan dan yang dapat membedakan baik-buruk sesuatu. budi dapat pula berarti tabiat atau perangai dan akhlak. sultan takdir alisyabanha mengungkapkan bahwa budilah yang menyebabkan manusia mengembangkan suatu hubungan yang bermakna dengan alam sekitarnya dengan jalan memberikan penilaian objektif terhadap objek atau kejadian. dengan akal budinya, manusia mampu menciptakan,mengkreasikan, memperlakukan, memperbaharui, memperbaiki, mengembangkan dan meningkatkan sesuatu yang ada untuk kepentingan hidup manusia. contohnya, manusia bisa membengun rumah , membuat aneka masakan, menciptakan beragam jenis pakaian, membuat alat transportasi,sarana komunikasi, dan lain-lain. binatangpun bisa membuat rumah dan mencari makan. akan tetapi, rumah atau makanan jenis suatu binatang tidak akan pernah berubah ataupun berkembang. rumah burung, atau sarang burung dari dulu sampai sekarang tetap saja wujudnya, tidak ada pembaharuan dan peningkatan. manusia dengan kemampuan akal budinya bisa memperbaharui dan mengembangkan sesuatu untuk kepentingan hidup.
            kepentingan hidup manusia adalah dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup. secara umum, kebutuhan manusia dalam kehidupan dapat dibedakan menjadi 2. pertama, kebutuhan yang bersifat kebendaan(sarana-prasarana), atau badani / ragawi/ jasmani/rohani. contohnya adalah makan,minum, bernafas,istirahat dan seterusnya. kedua, kebutuhan yang bersifat rohani, atau mental dan psikologi. contohnya adalah kasih saying,pujian,perasaan aman, kebebasan dan lain sebagainya.
            Abraham maslow seorang ahlu psikologi berpendapat, bahwa kebutuhan manusia dalam hidup dibagi menjadi 5 tingkatan. kelima tingkatan tersebut adalah sebagi berikut :
1.      kebutuhan fisiologis
2.      kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan
3.      kebutuhan social
4.      kebutuhan akan penghargaan
5.      kebutuhan akan aktualisasi diri
meurut maslow, kebutuhan manusia awalnya diawali dengan kebutuhan fisiologis atau paling mendesak, kemudian ecara bertahap beralih pada tingkat kebutuhan diatasnya sampai tingkatan tertinggi, yaitu kebutuhan aktualisasi diri. beliau menjelaskan bahwa kita tidak dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi kalau kebutuhan yang lebih rendah belum terpenuhi. itu berarti kebutuhan nomor 5 akan diupayakan pemenuhannya kalau kita sudah memenuhi kebutuhan-kebutuhan sebelumnya. jadi, kebutuhan manusia bertingkat dan membentuk hierarki.
dengan akal budi, manusia tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga mampu mempertahankan juga meningkatkan derajadnya sebagai makhluk yang tinggi bila disbanding makhluk lain. ,manusia tidak sekedar homo tetapi human (manusia yang manusiawi). dengan demikian manusia mempu mengembangkan sisi kemanusiaanya.
dengan akal budi, manusia mampu menciptakan kebudayaan. kebudayaan pada dasarnya adalah hasil akal budi manusia dalam interaksinya, baik dengan alam maupun alam sekitarnya. manusia merupakan makhluk yang berbudaya. manusia adalah pencipta kebudayaan.

B.     APRESIASI TERHADAP KEMANUSIAAN DAN KEBUDAYAAN

1.      manusia dan kemanusiaan
istilah kemanusiaan berasal dari kata manusia mendapat tambahan awalan ke dan akhiran-an sehingga menjadikan kata benda abstrak. manusia menunjuk pada kata benda konkret, sedangkan kemanusiaan kata benda abstrak. dengan demikian kemanusiaan tidak dapat dipisahkan dari manusia. manusia adalah homo sedangkan kemanusiaan adalah human.
kemanusiaan berarti hakekat dan sifat-sifat khas manusia sebagai makhluk yang tinggi harkat dan martabatnya. kemanusiaan menggambarkan ungkapan  akan hakikat dan sifat yang seharusnya dimiliki oleh makhluk yang bernama manusia. kemanusiaan merupakan prinsip atau nilai yang berisi keharusan/tuntutan/ untuk berkesesuaian dengan hakikat dari manusia.
hakikat manusia bisa dipandang secara segmental atau dalam arti parsial, misalkan, manusia dikatakan sebagai homo economicus, homo faber, homo socius,homo homini lupus, zoon politicon dan sebagainya. namun pandangan demikian tidak bisa menjelaskan hakikat manusia scara utuh
hakikat manusia berdasarkan pancasila sering dikenal dengan sebutan hakikat kodrat mono prulalis, hakikat manusia terdiri atas ;
1.      mono dualis, susunan kodrat manusia dari segi aspek keragaan.meliputi wujud materi anorganis banda mati, vegetative, dan animalis serta aspek kejiwaan meliputi cipta, rasa dan karsa.
2.      monodualis sifat kodrat manusia terdiri dari segi individu dan segi social.
3.      monodualis kedudukan kodrat meliputi segi keberadaan manusia sebagai makhluk yang berkepribadian merdeka (berdiri sendirii) sekaligus juga menunjukan keterbatasannya sebagai makhluk tuhan.

hakikat manusia harus dipandang secara utuh, manusia merupakan makhluk tuhan yang paling sempurna, karena ia dibekali akal budi. manusia memiliki harkat dan derajad yag tinggi. harkat adalah nilai sedangkan derajat adalah kedudukan. pandangan demikian  berlandaskan pada ajaran agama yang diyakini oleh manusia sendiri . contoh dalam ajaran agama islam surah at-tin ayat 4 dikatakan ‘sesungguhnya kami (allah) telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
karena manusia memiliki harkat dan derajat yang tinggi maka manusia hendaknya mempertahankan hal tersebut. dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan hal tersebut, maka prinsip kemanusiaan berbicara, prinsip kemanusiaan mangandung arti adanya penghargaan dan penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia yang luhur itu, semua manusia adalah luhur, karena itu manusia tidak harus dibedakan perlakuannya hanya karea perbedaan suku,ras,keyakinan,status social ekonomi, asal usul dan sebagainya.
ada ungkapan bahwa the makind is one (kemanusiaan adalah satu). dengan demikian, sudah sewajarnya antar semua manusia tidaksaling mennindas, tapi saling menghargai dan menghormati dengan pijakan prinsip kemanusiaan.prinsip kemanusiaan yang ada pada diri manusia menjadi penggerak manusia untuk berperilaku yang seharusnya sebagai manusia.
dalam pancasila sila kedua terdapat konsep kemanusiaan yang adil dan beradap. kemanusiaan yang adil dan beradab berarti sikap dan perbuatan manusia yang sesuai dengan kodrat hakikat manusia yang sopan dan susila yang berdasarkan atas nilai dan norma moral. kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran akan sikap dan perbuatan yang didasarkan pada budi murni manusia yang dihubungkan dengan norma-norma, baik terhadap diri sendiri, sesame manusia, maupun terhadap lingkungannya..
2.      manusia dan dan kebudayaannya
kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta, yaitu budhayah yang merupakan bentuk jamak dari budhi (budhi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal. ada pendapat lain mengetakan budaya berasal dari kata budi dan daya. budi merupakan unsure rohani, sedangkan  daya adalah unsure jasmani manusia. dengan demikian, budaya merupakan hasil budi dan daya dari manusia.
dalam bahasa inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata lain colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. dalam bahasa belanda, cultur berarti sama dengan culture, cultur atau culture bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. dengan demikian kata budaya ada hubungannya dengn kemampuan manusia dalam mengelola sumber-sumber kehidupan, dalam hal ini pertanian. kata culture juga terkadang diterjemahkan sebagai kultur  dalam bahasa Indonesia.
kebudayaan sebagai system pengetahuan yang meliputi system idea tau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan bersifat abstrak. sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa prilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi social,religi,seni, dan lain-lain, yang kesemuannya ditujukan untuk membentu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakatnya.
C.     ETIKA DAN ESTETIKA BERBUDAYA

1.      etika manusia dalam berbudaya
kataetika berasal dari bahasa yunani, yaitu etos, secara etimologis etika adalah ajaran tentang baik-buruk, yang diterima umum tentang sikap,perbuatan,kewajiban dan sebagainya. etika bisa disamakan artinya dengan moral (mores dalam bahasa latin), akhlak atau kesusilaan. etika berkaitan dengan masalah nilai, karena etika pada pokoknya membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai susila, atau tidak susila, baik dan buruk. dalam hal ini , etika termasuk dalam kawasan nilai, sedangkan nilai etika itu sendiri berkaitan dengan baik-buruk perbuatan manusia.
            namun, etika memiliki makna yang bervariasi, bertens menyebutkan ada tiga jenis makna etika sebagai berikut.
a.       etika dalam arti nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok orang dalam mengatur tingkah laku.
b.      etika dalam arti kumpulan asas atau nilai moral (yang dimaksud di sini adalah kode etik)
c.       etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang baik dan buruk. disini etika sama artinya dengan filsafat moral
etika sebagai nilai dan dan norma etik atau moral berhubungan denganmakna etika yang pertama . nilai-nilai etik adalah nilai tentang bik buruk kelakuan manusia. nilai etik diwujudkan kedalam norma etik, norma moral atau norma kesusilaan.
norma etik berhubungan dengan manusia sebagai individu karena menyangkut kehidupan pribadi. pendukung norma etik adalah nurani individu dan bukan manusiasebagai makhluk social atau sebagai anggota masyarakat yang terorganisir.norma ini dapat melengkapi ketidakseimbangan hidup pribadi dan mencegah kegelisahan diri sendiri.
norma etik ditujukan kepada umat manusia agar terbetuk kebaikan akhlak pribadi guna pnyempurnaan bentuk manusia dan melarang manusia melakukan perbuatan jahat. membunuh,berzinah,mencuri dan sebagainya, tetapi dirasakan juga sebagai bertentangan dengan norma kesusilaan dalam setiap hati nurani manusia. orma etik hanya membebani manusia dengan kewajiban-kewajiban saja.
asal atau sumber norma etik adalah dari manusia sendiri yang bersifat otonom dan tidak ditujukan kepada sikap lahir. tetapi ditunjukan kepada sikap batin manusia. batinnya sendirilah yang mengancam perbuatan yang melanggar norma kesusilaan dengan sanksi itu. kalau terjadi pelanggaran norma etik, misalnya pencurian atau penipuan, maka akan timbullah dalam hati nurani si pelanggar itu penyesalan, rasa malu, takut, dan merasa bersalah.
daerah berlakunya norma etik relative universal, meskipun tetap dipengaruhi oleh ideology masyarakat pendukungnya. prilaku membunuh adalah prilaku yang amoral,asusila, atau tidak etis. pandangan ini bisa diterima oleh dimana saja atau universal. namun, dalam hal tertentu, perlaku seks bebas bagi masyarakat penganut kebebasan kemungkinan bukan perilaku amoral. etika masyarakat timu mungkin berbeda dengan etika masyarakat barat.
norma etik atau norma moral menjadi acuan manusia dalam berprilaku. dengan norma etik, manusia bisa membedakan mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk. norma etik menjadi semacam das-sollen untuk berperilaku baik. manusia yang beretika berarti perilaku manusia itu baik sesuai dengan norma-norma etik.
budaya atau kebudayaan adalah hasil cipta,rasa dan karsa manusia. manusia yang beretika akan menghasilkan budaya yang memiliki nilai-nilai etik pula. etika berbudaya mengandung tuntutan/keharusan bahwa budaya yang dicptakan manusia mengandung nili-nilai rtik yang kurang lebih bersifat universal atau diterima sebagian besar orang. budaya yang memiliki nilai-nilai etik adalah budaya yang mampu menjaga, mempertahankan, bahkan mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia itu sendiri. sebaliknya, budaya yang tidak beretika adalah kebudayaan yang akan merendahkan atau bahkan menghancurkan martabat kemanusiaan.
namun demikian, menentukan apakah suatu budaya yang dihasilkan manusia itu memenuhi nilai-nilai etik ataukah menyimpang dari nilai etika adalah bergantug dari paham atau ideology yang diyakini masyarakat pendukung kebudayaan. hal ini dikarenakan berlakunya nilai-nilai etik bersifat universal, namun amat dipengeruhi oleh ideology masyarakatnya.
contohnya, budaya perilaku berduaan di jalan antara sepasang muda mudi, bahkan bermesraan di depan umum. masyarakat individu menyatakan demikian bukanlah perilaku tidak etis, tetapi aka nada sebagiano orang atau masyarakat yang berpandangan hal tersebut merupakan penyimpangan etik.
2.      estetika manusia dalam berbudaya
etika dapat dikatakan sebagai teori tentang keindahan atau seni. estetika berkaitan dengan nilai-nilai jelek (tidak indah). nilai estetikaberarti nilai tentang keindahan. keindahan dapat diberi makna secara luas, secara sempit dan estetik murni.
a.       secara luas, keindahan mengandung nilai kebaikan. bahwa segala sesuatu yang baik termasuk yang abstrak maupun nyata yang mengandung ide kebaikan adalah indah. keindahan dalam arti luas meliputi banyak hal ,seperti watak yang indah, hukum yang indah, ilmu yang indahdan kebajikan yang indah. indah dalam arti luas mencakup hampir seluruh yang ada.apakah merupakan hasil seni, alam moral, dan intelektual.
b.      secara sempit, yaitu indah yang terbatas pada lingkup presepsi penglihatan (bentuk dan warna)
c.       secara estetik murni, menyangkut pengalaman estetik seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diresapinya melalui penglihatan, pendengaran,peradapan, dan perasaan, yang semuanya  dapat menimbulkan  presepsi (anggapan) indah.

jika estetika dibandingkan dengan etika, maka etika berkaitan dengan nilai yang berkitan dengan baik-buruk, sedangkan estetika yang berkaitan dengan indah jelek. sesuatu yang estetik berarti memenuhi unsure keindahan (secaraestetik murni maupun secara sempit, baik dalam bentuk warna , garismkata, ataupun nada). budaya yang estetik berarti budaya itu memiliki unsure keindahan.
apabilai nilai etik bersifatrelativuniversal, dalam arti bisa diterima banyak orang, namun nilai estetik amat subjektif dan particular. sesuatu yang indah bagi seseorang belum tentu indah bagi orang lain. misalkan dua orang memandang sebuah lukisan, orang pertama akan mengakui keindahan yang terkandung di dalam luksan tersebut, namun bisa jadi orang kedua sama sekali tidak menemukan keindahan di lukisan tersebut.
oleh karena subjektif, nilai estetik tidak bisa dipaksakan pada orang lain. kita tidak bisa memaksa seseorang untuk mengakui keindahan sebuah lukisan sebagaimana pandangan kita, nilai-nilai estetik lebih bersifat perasaan, bukan pernyataan.
budaya sebagai hasil karya mausia sesungguhnya diupayakan untuk memenuhi unsure keindahan. manusia sendiri memang suka akan keindahan. disinilah manusia berusaha berestetika dalam berbudaya. semua budaya pastilah dipandang memiliki nilai-nilai estetik bagi masyarakat pendukung budaya tersebut. hal-halyang indah dan kesukaannya pada keindahan diwujudkan dengan menciptakan aneka ragam budaya.
namun sekali lagi, bahwa suatu produk budaya yang di pandang indah oleh masyarakat pemiliknya belum tentu indah bagi masyarakat budaya lain. contohnya, budaya suku-suku bangsa di Indonesia. tarian suatu suku berikut penari mungkin dilihat tidak ada nilai estetikanya, bahkan dipandang aneh oleh warga dari suku lain, demikian pula sebaliknya.
oleh karena itu, estetika berbudaya tidak semata-mata dalam berbudaya harus memenuhi nilai-nilai keindahan. lebih dari itu estetika berbudaya menyiratkan perlunya manusia untuk menghargai keindahan budayayang dihasilkan oleh manusia lainnya.keindahan adalah subjektif. tetapi kita akan dapat melepas subjektivitas kita untuk melihat adanya estetik.
5. BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KEKUATAN PSIKISNYA
            Menurut pandangan aliran psikoanalisa kesenian, kesusasteraan, dan 9segala jenis idealisme sosial dan politik muncul dari kenyataan bahwa kekuatan psikis yang dapat ditanamkan di dalam obyek-obyek yang secara sosial dapat diterima, memberiknnya suatu nilai yang tegas dan pasti. Masalah besar yang  dihadapi sosiologi dewasa ini ialah menemukan cara-cara untuk mempergunakan kekuatan psikis ini sehingga bermanfaat secara kemasyarakatan.
            Telah kita pahami bahwa idealisasi dan sublimasi adalah bentuk-bentuk khusus dari apa yang kita sebut secara lebih umum dengan ‘pemindahan kekuatan psikis’, menggunakan kekuatan psikis yang sama dengan yang digunakan dalam kasus neorosa atau rasionalisasi atau pembentukan reaksi, namun dengan akibat yang sungguh berbeda. Apakah kekuatan psikis itu ditanamkan di dalam obyek-obyek yang secara kemasyarakatan dapat diterima, tentu saja tergantung kepada kepribadian individual, namun demikina mungkin pula tergantung kepada sifat dari bimbingan kekuatan-kekuatan yang bekerja di dalam masyarakat dimana individu yang bersangkutan hidup.
            Kita kini hidup dalam suatu periode dimana ide perencanaan sosial tidaak lagi merupakan konsepsi yang asing sama sekali. Mungkin sekali bimbingan terhadap kekiatan psikis kita, cepat atau lambat akan dianggap sebagai suatu masalah sosial yang penting. Bimbingan demikian tentu saja bukan berarti bahwa kita dapat atau menghendaki untuk mengatur perkembangan individual kita secara mekanik atau kita harus mencoba meramalkan perkembangan evolusi dari individdu tertentu. Peramalan evolusi dari individu demikian itu adalah suatu hal yang tak mungkin dan tak perlu; namun ada kemungkinan bahwa faktor-faktor umum cenderung membentuk perilaku manusia dan kondisi pemanfaatan kekuatan psikis yang berlebih-lebihan mungkin ditampung dan dibimbing karena mempengaruhi kebanyakan orang kearah tingkat tertentu dan kedalam aturan tertentu. Dalam hal ini orang harus membedakan dua hal. Pertama, kondisi individual tertentu dalam keadaan sebelum ditentukan, yakni sebelum mendapatkan bantuan dari institusi tertentu yang menghasilkan tipe khusus individu. Sekiranya ada orang yang mempercayai terbentuknya kepribadian individu menurut cara ini, maka orang itu tentu berasumsi bahwa perkembangan masyarakat secara berangsur-angsur dapat diramalkan, dan merupakan suatu yang tak dapat dielakkan. Tetapi ini sama sekali bukan pendirian kita. Kita berasumsi bahwa kondisi tertentulah yang menyebabkan timbulnya beberapa pengaruh dengan derajat kemungkinan statistik tertentu. Namun kebebasan berkembang diluar tipe itu adalah sesuatu yang esensial terhadap perkembangan yang lebih banyak bersifat tentatif dan yang mudah disesuaikan ini.
            Bimbingan terhadap kekuatan psikis dan emosional dalam masyarakat yang lebih sederhana, pertama terdiri dari penyesuaian kekuatan aktif menurut kebutuhan masyarakat yang lebih sederhana seperti yang lahir dari proses pembagian kerja dalam masyarakat, dan kedua dalaam menyelaraskan kekuatan yang berlebihan dengan merangsang pertumbuhan pola sublimasi dengan mempengaruhi aktivitas yang menyenangkan dan sebagainya. Kita harus mempelajari dengan sangat hati-hati bagaimana proses sublimasi dan pemindahan kekuatan psikis dan emosional itu mendapatkan bimbingannya dalam masyarakat yang lebih kuno.

6. PENETAPAN OBYEK DAN PEMINDAHAN LIBIDO
            Kemungkinan untuk membimbing kekuatan emosionla disediakan oleh kenyataan fundamental bahwa emosi manusia tidak seluruhnya ditentukan pada waktu lahir kepada obyek tertentu, dan malahan sering kali situasi sosial yang menghubungkannya dengan obyek-obyek tertentu. Sekali emosi dihubungkan dengan suatu obyek tertentu, maka kita berbicara tentang ‘penentuan obyek’ atau disebut juga kathexis. Penetapatn obyek seperti itu misalnya kecintaan anak terhadap orang tuanya dan sebaliknya, kecintaan anak terhadap saudara-saudaranya, kecintaan murid terhadap gurunya san sebaliknya, kecintaan anak terhadap teman sepermainannya dan sebagainya. Disamping itu, dapat pula mencakup kecintaan terhadap rumah atau kecintaan terhadap kegiatan-kegiatan seperti terhadap pekerjaan dan terhadap simbol-simbol keagamaan atau politik, atau kepercayaan. Sekali penetapan obyek telah terjadi maka ikatannya menjadi terkunci dengan era, namun demikian dalam hal ini masih terdapat kemungkinan pergeseran libido dari satu obyek ke obyek yang lain.
            Seperti terjadi dalam proses evolusi kehidupan anak-anak dimana terdapat model umum peniruan, yang dimulai dari orang yang paling dekat hubungannya dengan si anak, kemudian mengarah kepada orang yang lebih jauh hubungannya dengannya, dan dari contoh-contoh yang lebih konkrit menuju kepada yang lebih abstrak, demikian pula proses pemindahan emosi itu terjadi, dimulai dari ibunya dan anggota keluarganya yang lain menjurus kepada anggota komunitas diluar anggota keluarganya, dan akhirnya terhadap ide-ide abstra komunitas itu sendiri. Selanjutnya karena situasi dasar pada setiap jenis kemampuan sosialisasi manusia ditemukan kenyataan bahwa anak manusia lebih tergantung dibandingkan dengan anak binatang, dengan demikian maka nasib libido ditentukan oleh situasi fundamental yang sama. Selama periode menyusu dan pemeliharaan yang intensif, anak manusia mengembangkan perasaan ketergantungan terhadap orang lain yang mendorong kearah pengembangan kecenderungan yang bersifat libido dan kecenderungan emosional demikian itu disatukan dan diaraahkan kepada seseorang, yang biasanya adalah ibunya. Karena penetapan obyek emosional yang mula-mula terjadi selama masa bayi, maka pola keluarga yang mula-mula itu sangat penting bagi individu dalam membantu menciptakan sikap-sikapnya yang mendasar. Lasswell menekankan pada kenyataan bahwa pemikiran orang dewasa hanyalah sebagian saja yang benar2benar diperolehnya dalam masa dewasanya, dan karena itu obyek dan model-model yang diperkenalkan semasa bayinya mempengaruhi perilaku orang dewasa dalam situasi sosial. Kita sering melihat pertumbuhan tingkah laku anak-anak mencerminkan sikap ibunya. Perasaan gelisah, pola kepercayaan tahyul dan tabu dari seseorang mungkin sekali berasal dari sikap orangtuanya, dan terus berpengaruh setelah anak itu menjadi dewasa. Karena itu setiap keluarga yang memperlihatkan pola sikap dan pola perilaku tertentu, besar kemungkinan berasal dari lingkungan eluarga si ayah dan si ibunya sendiri. Kenyataan ini sebagian menerangkan kelambatan perkembangan masyarakat sekalipun dalam periode dinamis atau periode revolusioner. Kelambatan perkembangan ini bukan karena kenyataan bahwa individu tidak dapat diubah, melainkan karena kenyataan bahwa unit pembentuk kepribadian yang fundamental yakni keluarga, telah bekerja dalam waktu yang lama dan dengan cara yang sama, sekalipun lingkungan sosialnya telah berubah. Bukan warisan biologis dan warisan mental yang menjadi alasan kenapa pola mental tertentu direproduksi dari satu generasi ke generasi berikutnya tetapi adalah kenyataaan bahwa perubahan-perubahan dalam kehidupan publik hanya merembes dengan sangat lambat ke dalam kehidupan keluarga.
            Seorang anak, sekali ia telah dibentuk oleh keluarganya, hanya dapat dengan secara bertahap mengubah pola utama sikap dan perilakunya itu. Namun demikian, terdapat suatu periode dalam perkembangan anak-anak ketika pemindahan bagian penting penetapan libido terjadi. Inilah yang dikenal sebagai periode pubertas atau periode remaja. Fase pertumbuhan biologis ini bertepatan dengan kontak-kontak sosial baru dan kebutuhan-kebutuhan sosial yang baru pula. Suatu konflik peranan dapat terjadi, dan pada umumnya jika tak terselesaikan dengan baik, pemindahan fiksasi emosional dapat terjadi. Terdapat suatu masalah remaja di dalam masyarakat kita (Barat) dimana aspirasi kalangan remaja yang menuntut adanya kebebasan dan desakan para orangtua terhadap keterikatan, bertentangan satu sama lain. Menarik sekali bahwa masyarakat primitif mempunyai perencanaan dan menginstitusionalisasikan fase transisi ini di dalam adat-istiadatnya yang dihubungkan dengan upacara pelantikan atau pembayaran paraa remajanya menjadi orang dewasa yang dikenal dengan istilah ‘initiation rites’.
            Dalam suatu simposium yang membahas penelitian sosiologi tentang masalah remaja, Margaret Mead, E.B. Reuter, dan R.G. Foster mengemukakan aspek-aspek yang berbeda dari masalah ini. Menurut Reuter, keremajaan tidak harus di definisikan dalam pengertian kematangan anak secara psikis. Jika kita menganalisanya sebagai suatu pengalaman sosial, maka keremajaan bermula ketika masyarakat tidak lagi memandang seseorang sebagai anak kecil tetapi menilainya telah mengambil alih beberapa tanggung jawab orang dewasa. Sedangkan usia pengambil alihan tanggung jawab itu terjadi, tergantung kepada faktor-faktor sosial, bukan kepada faktor biologis. Kelompok keagamaan menyerahkan tanggung jawab orang dewasa kepada anak-anak yang berusia antara 12-14 tahun. Dengan demikian, kelompok keagamaan itu mengesahkan anak-anak dalam usia tersebut sebagai orang dewasa. Di Inggris, usia dewasa dalam soal seksual adalah 16 tahun; usia untuk diizinkan minum alkohol 18 tahun. Masyarakat modern cenderung menetapkan suatu periode transisi yang panjang antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, sementara itu anak remaja biasanya menganggap dirinya sendiri sebagai orang dewasa, dan mendesak dengan satu dan lain cara bahwa keluarga serta masyarakat tidak perlu lagi memperlakukan mereka sebagai anak kecil.
            Secara biologis keremajaan adalah suatu tingkat perkembngan sosial dan suatu keadaan mental atau keadaan berpikir tertentu. Keremajaan melambangkan suatu periode lanjutan dari sikap yang tidak terpengaruh seorang pemuda dari pengendalian keluarga. Ini adalah suatu tanda ketergantungan terhadap kelompok umurnya sebelum ia mencapai kebebasan secara individual dalam membuat keputusan-keputusan yang menandai status kedewasaan penuh. Banyak orang dewasa secara psikologis, yang sebenarnya tak pernah melebihi sikap dan perasaan orang yang kita sebut remaja.
            Sebagian besar tergantung kepada jenis pola perilaku dan sikap yang ditawarkan kepada pemuda dalam fase kritis dari pertumbuhannya. Jika suatu masyarakat dapa menentukan apa yang setepatnya dilakukan dalam merencanakan pengaruh yang penting, dan dapat secara meyakinkan mempengaruhi kedua fase fundamental, dari perkembangan manusia- yakni fase anak-anak dan fase pubertas- sekalipun perbedaan secara individual masih akan timbul tetapi suatu bimbingan yang lebih besar terhadap masyarakat akan dimungkinkan. Memang setelah fase pubertas itupun kita tak henti-hentinya mengubah sikap kita. Namun dasar kebersamaannya yang berasal dari lingkungan keluarga akaan lebih besar peranannya. Saya yakin bahwa kita berada diambang pintu suatu situasi masyarakat dimana akan memerlukan bimbingan yang lebih besar lagi.
            Dalam tingkat poerkembangan sosial yang lebih kemudian, transformasi terus-menerus dan pemindahan libido diperlihatkan oleh kenyataan bahwa masyarakat yang revolusioner ditandai oleh banyak kelonggaran dari libido yang sebelumnya telah dikukuhkan. Ketegangan besar dalam masyarakat seperti itu lahir dari kenyataan bahwa disana terfdapat sejumlah kekuatan libido yang muncul tanpa suatu pengukuhan sedang mencari integrasi baru. Dalam masyarakaty tradisional yang konservatif, kekuatan emosional dikukuhkan dan dipelihara berdasrkan ata keluarga, pertemanan, keanggotaan kelompok tradisional darimana seseorang dilahirkan, atas dasar cita-cita yang dihargai dalam kelompok tersebut, dan dalam beberapa kasus tertentu mendorong individu untuk mencoba melahirkannya di dalam skala sosial tertentu. Pada waktu bersamaan, nilai emosional dari ide-ide keagamaan, adat-istiadat dan sopan santun tradisional masih sangat kuat.
            Tetapi sekali terjadi pergeseran umum dalam struktur masyarakat, maka banyak orang yang melepaskan cita-cita sosial dan politik, cita-cita keagamaan, kebiasaan rekreasi dan ambisi pribadi yang tertanam di dalam perasaan mereka masing-masing. Sebagai akibatnya, terdapat sejumlah kekuatan psikis yang terlantar yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan baru.
            Penciptaan agama baru yang hanya dimungkinkan dalam situasi dimana suatu generasi baru telah melepaskan ikatan emosionalnya yang lama dan jika kelompok pemimpinnya menyadari bahwa mereka harus menciptakan fiksasi perasaan bersama yang baru yang dapat dipertalikan dengan loyalitas menuju tatanan sosial baru. Fiksasi libido dalam periode revolusi atau dalam masa-masa reformasi sosial biasanya dihasilkan oleh proses demikian itu.
            Makna sosiologis dari pemindahan libido ini harus diakui sangat penting karena sama caranya dengan pemindahan motif-motif individual dari obyek keluarga kepada obyek publik yang merupakan bentuk normal dari perkembangan individual. Dengan demikian, perasaan-perasaan kebanggaan dari kesetiaan yang dirasakan sseseorang anak terhadap orangtuanya kemudian dapat dialihkan kepada tokoh pemimpin rakyat atau kepada tanah air. Sebaliknya rasa kebencian terhadap seorang atau terhadap kedua orangtuanya sebelumnya, mungkin kemudian dapat dibelokkan kearah penentangan terhadapa kekuasaan raja, kelas kapitalis, atau terhadap penguasa lain. Seperti dikemukakan Lasswell, seorang dewasa yang merasa bahwa ia tidak dapat lagi mencintai ‘umat manusia ‘ ini. Ia tak dapat mencintai Tuhan namun ia dapat mencintai bangsanya. Atau ia mungkin merasa tak mampu mencintai tanah airnya dan malahan menjadikan kelasnya atau partainya sebagai obyek kecintaan dan pemujaan.
            Persoalan yang timbul disini ialah apakah dan seberapa jauh psikologi bermanfaat dalam analisa politik. Menurut saya analisa politik tanpa bantuan psikologi sendiri sebenarnya tidak mencukupi karena ia mengandung keterbatasan yang sangat penting. Psikologi cenderung memotong faktor-faktor sosial seperti perkembangan institusi dan mengabaikan pengaruh tekanan ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan serta pengaruh yang timbul dari strategi dan faktor-faktor militer yang diperlihatkan dalam suatu masyarakat.

7. SOSIOLOGI TENTANG TIPE PERILAKU
i. Sikap dan Keinginan.
            Sedemikian jauh telah dibicarakan tentang proses yang paling mendasar yang menyatukan, melarutkan, menyatukan kembali, menetapkan, dan memindahkan kekuatan psikis yang bersifat libido.
            Perkembangan ini termasuk ke dalam bahasan sosiologi umum (sistematika sosiologi) karena setiap masyarakat baik yang paling primitif maupun yang paling maju atau yang paling rumit susunannya didasarkan atas mekanisme ini. Sebaliknya sosiologi  historis mempelajari bentuk-bentuk yang lebih individual dari penetapan dan pemindahan libido seperti: sifat dari perasaan kekeluargaan dalam periode historis tertentu atau tentang perasaan konsep kasih-sayang dalam periode kekesatriaan atau tentang perasaan nasionalisme diantara kelompok-kelompok sosial yang terdapat didalam suatu negara seperti Jerman misalnya atau tentang sejarah pemindahan libido di dalam kehidupan kelompok yang berbeda.
            Diantara kedua tingkat sosiologi ini, yakni antara sistematika sosiologidan sosiologi historis, terdapat suatu tingkat perantara. Dalam tingkat perantara ini kita mempelajari tipe-tipe umum tertentu dengan cukup nyata menandai keseluruhan tipe mental dan yang mungkin kita untuk menerapkan pernyataan umum di dalam lingkungan historis yang lebih konkrit. Contoh analisa seperti itu, disumbangkan oleh W.I. Thomas seorang sosiolog dan ahli psikologi sosial Amerika yang menyusun tipe-tipe kelompok dan menyebutnya dengan’empat keinginan’. Thomas mengakui bahwa jika kita mencoba menganalisa sekelompok orang tertentu dan kita ingin menguraikan tidak hanya sekedar aktivitas mereka dan penyesuaian tujuan bersama mereka, tetapi juga perubahan kehidupan batin, (inner life) mereke, sikap, keinginan dan perasaan mereka, maka kita membutuhkan suatu klasifikasi mana sebagian besar orang dapat disesuaikan. Ini berarti bahwa klasifikasi itu dapat menampung secara utuh satu tipe – yang mana ini jarang terjadi- atau klasifikasi itu menggambarkan suatu campuran dari dua atau lebih tipe-tipe. Thomas mengakui bahwa keinginan-keinginan manusia mempunyai perbedaan bentuk yang sangat besar tetapi menurutnya pula, keinginan yang berbeda-beda itu dapat di klasifikasikan menjadi empat tipe dengan beberapa keuntungan. Masing-masing tipe adalah sebagai berikut:
Ø  Keinginan untuk memperoleh pengalaman baru
Ø  Keinginan untuk memperoleh keamanan
Ø  Keinginan untuk memperoleh tanggapan
Ø  Keinginan untuk memperoleh penghargaan.
Thomas mengira dan saya pun sependapat bahwa kompleks sikap berasal dari kecenderungan mendasar, rangsangan atau apa yang disebut dengan naluriah. Thomas mencoba meredusir keempat tipe keinginan tersebut menjadi pola sikap yang paling mendasar yang telah dapat ditemukan pada kehidupan bayi dan pada tingkat primitif dari evolusi sosial. Kiranya ada baiknya direkapitulasi di sini, baik uraiannya tentang keinginan-keinginan fundamental maupun upayanya dalam meredusir keinginan-keinginan manusia itu menjadi keinginan yang lebih sederhana.

Ø  Keinginan Untuk Memperoleh Pengalaman Baru
Seluruh pengalaman yang lazim dikejar seperti terbang, menangkap, meloloskan diri dari pengejaran atau dari kematian adalah pengalaman yang menarik dan mengasyikkan. Thomas membicarakan tentang pengalaman disini yang menandai kehidupan manusia yang lebih kuno. Ada suatu informasi yamg lambat dari pola yang asli dan sederhana ke pola yang disublimasikan secara lengkap dan ruwet. Sekarangpun kita masih dapat mengenal sesuatu yang disebut: ‘pola pemburuan ‘kepentingan’. Petualangan merupakan perubahan utama dari pola ini. Sensasi yang diberitaakan di dalam koran merupakan jenis lain dari transformasi itu. Kegiatan individual seperti yang diberitakan dikoran itu dan pengalaman seperti ketika bercumbu-cumbuan juga merupakan suatu elemen yang dikejar. Dalaam setiap penemuan ilmiah yang murni juga terdapat pola pemburuan terhadap pekerjaan dan praktek yang sama juga terjadi dalam penyelesaian teka-teki atau suatu masalah.

Ø  Keinginan Untuk Memperoleh Keamanan
Keinginan ini terutama didasarkan atas rasa takut yang bergandengan dengan kemungkinan timbulnya penderitaan pisik atau kematian, daan mengekspresikan dirinya sendiri dalam perasaan takut dan melarikan diri. Individu yang mendominasi oleh keinginan untuk memperoleh keamanan biasanya sangat berhati-hati dan konservatif, cenderung kepada kebiasaan yaang teratur, bekerja secara sistematis dan suka mengumpulkan kekayaan. Polaritas sosial antara pemberontakan dan orang yang tradisional berkaitan erat dengan ke dua tipe pertama keinginan tersebut diatas.

Ø  Keingin Untuk Memperoleh Tanggapan
Keinginan ini di kembangkan dari kecenderungan untuk mencintai, mencari dan memberi tanda-tanda apresiasi. Kecenderungan ini terlihat dalam kesayangan seorang ibu terhadap anaknya dan dalam tanggapan seorang anak terhadap kasih-sayang ibunya. Namun keinginan ini juga bekerja pada derajat yang lain dalam keinginan untuk mendapatkan tanggapan dari lawan jenis. Masa bercumbu-cumbuan yang penuh gairah misalnya penuh dengan janji-janji muluk dan daya tarik demi untuk mendapatkan tanggapan yang serupa itu pula kembali. Kecemburuan adalah suatu ekspresi dari rasa takut, dalam hal mana tanggapan ditujukan kepada orang lain. Tetapi sukse-sukses kemasyarakatan sering mengurangi keinginan untuk memenuhi tanggapan secara personal.

Ø  Keinginan Untuk Memperoleh Penghargaan
Keinginan ini diekspresikan dalam perjuangan perseorangan untuk memperoleh posisi atau pengaruh dan prestisedalam kelompok sosial mereka sendiri. Ini kita namakan keinginan untuk memperoleh status sosial. Contoh nyatanya ditemuukan dalam kasus politisi atau kapten industri yang berjuang untuk memperoleh sukses. Seorang laki-laki atau wanita, mungkin memancing tanggapan dan memperoleh perhatian atau penghargaan melalui tindakan berpura-pura sakit. Sedangkan orang lainnya mungkin memperoleh penghargaan dengan menampilkan sikap dan tindakan yang berpura-pura atau dengan kerendahan hati yang sungguh-sungguh, dengan mengorbankan kepentingan dirinya sendiri, dengan kesholehan dan dengan mati syahid. Tendensi serupa itu mungkin bermanfaat secara kemasyarakatan dalam satu hal tertentu dan berbahaya dalam hal yang lain. Motif-motif yang berkaitan dengan suatu daya tarik untuk memperoleh pengahargaan melalui sikap yang mementingkan diri sendiri dan kesukaan memamerkan disebut: sombong sedangkan aktivitas kreatif yang berkaitan dengan keinginan yang serupa disebut: ambisi.
            Kita boleh menggeser dari satu kategori ke kategori yang lain dan menemukan obyek baru untuk kategori yang sama. Terakhir, keinginan-keinginan yang berbeda mungkin dapat di gabungkan ke dalam kepribadian seorang individu.
            Seorang imigran ke Amerika misalnya mungkin sekali ingin melihat dunia baru, untuk mencari keuntungan, untuk mencari taraf hidup yang tinggi atau untuk memenuhi sejumlah keinginan yang lain yang tercakup dalam keempat tipe keinginan tersebut diatas.
            Wataak dapat dipandang sebagai suatu ekspresi dari kesatuan keinginan-keinginan dasar yang dihasilkan dari saling pengaruh-mempengaruhi antara temperamen dan pengalaman. Keinginan adalah titik tolak dari aktivitas dan tekanan-tekanan terhadapnya dpat mempengaruhi perilaku manusia.

ii. Kepentingan
            Sedemikian jauh kita telah menganggap penting unsur-unsur yang tidak disadari dan yang irrasional dari kehidupan manusia. Meskipun kehidupan sosial tanpa terelakkan dibimbing sedemikian luasnya oleh faktor-faktor ketidaaksadaran dan emosi, namun adalah suatu kekeliruan besar bila diabaikan peranan yang dimainkan oleh kepentingan rasional.
            Kita akan membedakan dua ide tentang ‘kepentingan’. Pertama, kepentingan dalam arti luas. Contohnya seperti: yang berkepentingan atau berminat terhadap rakyat, terhadap kesenian, atau terhadap filsafat. Kepentingan demikian ini adalah murni dalam pengertian psikologi. Kedua, di sebut kepentingan rasional.
            Kepentingan dalam arti luas adalah pasangan dari sikap. Menurut MacIver, sikap adalah keadaan berpikir secara subyektif, mencakup kecenderungan bertindak menurut cara-cara yang khas, kapan saja suatu stimuli timbul. Sikap seperti itu misalnya sikap cemburu, iri-hati, benci, jijik, pemujaan, keyakinan atau ketidakyakinan. Seluruh sikap secara tak langsung menyatakan obyek tertentu, ke arah mana sikap itu di tujukan, tetapi obyek ini menyatakan keadaan pikiran, bukan obyek seperti yang ditunjukkan dengan istilah ‘sikap’/
            Sebaliknya, jika kita mengalihkan perhatian kita dari subyek kepada obyek, maka kita akan berbicara tentang obyek dari kepentingan. Seorang politisi misalnya, adalah obyek kepentingan dari banyak orang walaupun sikap orang itu terhadapnya mungkin sangat berbeda-beda.
            Kita dapat memulai dengan mengingat suatu obyek kepentingan dari sudut pandangan elemen subyektif. Sekali kepentingan saya dipusatkan kepada obyek itu maka hubungan obyektif antara obyek itu dengan saya mejadi semakin penting. Dalam arti luas ini kita dapat membicarakan tentang kepentingan terhadap obyek kultural seperti terhadap filsafat. Dalam hal ini kepentingan berarti suatu obyek yang mendapatkan perhatian kita.
            Dari kepentingan dalam arti ‘saya berminat terhadap sesuatu’, maka kita harus membedakannya dari kepentingan yang mempunyai implikasi khusus terhadap keuntungan personal yang kadang-kadang kita sebut ‘kepentingan sendiri’. Sebagai contohnya, saya mungkin menginginkan untuk mencapai sejumlah terbesar kemungkinan dalam bidang kekuasaan, prestise atau keuntungan ekonomi. Keinginan utama untuk memperoleh keuntungan, mendorong saya untuk melakukan kegiatan. Ini berarti bahwa kepentingan memaksa saya untuk mengorganisir tingakah laku saya untuk mencapai tujuan tertentu dan dalam hal ini kita berbicara tentang makna kedua dari kepentingan yang kita bicarakan, yakni kepentingan rasional. Kepentingan rasional ini secara tak langsung enyatakan adanya perhitungan dan perjuangan untuk mencapai tujuan tertentu itu, dan bentuk-bentuk yang kompleks dari penyesuaian diri, karena perhitungan secara tak langsung berarti memilih cara-cara yang paling efektif dan jalan yang paling singkat untuk mencapai tujuan itu serta dengan upaya ekonomi yang paling besar. Ini secara tak langsung menyatakan pula adanya suatu kontrol positif terhadap sumber daya dan dana yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu; kontrol positif terhadap pemilihan alat-alat dan cara-cara untuk memuaskan keinginan-keinginan dan melatih kekuatan berpikir terutama inisiatif serta mencerminkan kebutuhan terhadap kehati-hatian dan kebijaksanaan melihat jauh ke depan.
            Sebagai contoh, sementara kelompok berdasarkan atas hubungan darah (keluarga atau suku) maka individu demikian kuatnya dibatasi oleh keluarganya atau oleh sukunya sehingga individu itu tak mampu membebaskan diri dari peraturan bersama dan tabu. Dalam kasus ini individu tak dapat mengarahkan aktivitasnya menurut kepentingan dirinya sendiri, tetapi menurut interpretasi kelompok terhadap situasi, kecuali jika individu itu mencapai kepentingan persoalannya didalam kerangka kepentingan kelompoknya itu. Tradisi sangat menetukan dala situasi seperti itu, sebagai mana ditunjukkan oleh Malinowski dalam penelitiannya terhadap kehidupan ekonomi penduduk di Kepulauan Koral, dimana harga tidak mengikuti hukum permintaan dan penawaran, melainkan menurut tradisi.
            Jika saya sedang berjuang untuk mencapai sesuatu yang baik, dimana orang lain juga ingin mencapainya, masing-masing untuk dirinya sendiri, maka kita berbicara tentang kepentingan yang sama (like interest). Jika dua orang atau lebih mengejar suatu tujuan yang mana masing-masing orang tetap merupakan unit-unit dari kesemuanya dan mereka menyadari sebagai suatu keseluruhan, maka kita berbicara tentang kepentingan bersama (commo interest). Kepentingan yang sama mendorong terjadinya kompetisi untuk mendapatkan barang sesuatu yang sama, sedangkan kepentingan bersama mendorong terciptanya kerjasama. Satu masalah terpenting dalam menciptakan keharmonisan masyarakat ialah bagaimana mengubah kepentingan yang sama menjadi kepentingan bersama, bagaimana mengubah kompetisi menjadi kooperasi atau kerjasama. Masalah ini menyangkut bimbingan terhadap pemindahan libido.
            Perbedaan penting lainnya ialah antara kepentingan jangka panjang dan jangka pendek. Jika seseorang mempunyai kebiasaan mengubah-ubah keinginan dan keppentingan maka ia takkan mampu mengorganisir perilakunya sejalan dengan tujuan jangka panjang. Contoh perilaku serupa itu ditunjukkan oleh kemanjaan seorang anak yang selalu menuntut dan menerima pemenuhan keinginannya dalam waktu singkat atau seseorang pengembara yang tidak mempunyai tujuan yang jelas dalam hidupnya. Satu syarat terpenting untuk pertumbuhan aktivitas yang terorganisir dan syarat terpenting untuk semua epentingan-kepentingan jangka panjang, dan kekayaan pribadi telah menjadi kekuatan yang sangat berarti sepanjang sejarah dalam menciptakan kepentingan jangka panjang bagi individu. Setiap sistem produksi yang kompleks atau organisasi sosial yang kompleks, memerlukan aktivitas jangka panjang dan bagi kelompok pemimpin aktivitas itu kebanyakan diciptakan melaui kekayaan pribadi. Tetapi aktivitas jangka panjang itu juga dapat diciptakan dengan mengorganisir kepentingan bersama yang didasarkan atas kesadaran terhadap kekayaan bersama atau dengan mengutamakan hasil usaha bersama yang terbesar. Contohnya dapat ditemukan dalam sikap kesetiaan terhadap hukum atau terhadap cita-cita ideal di Inggris yang terlihat di kalangan tentara, olahragawan, pegawai pemerintah, dan juga terlihat di Uni Soviet dalam kesuksesan apa yang disebut ‘kompetisi sosialis’. Pemaksaan mendatangkan akibat-akibat buruk, dan perbudakan adalah paling menyedihkan. Kekayaan pribadi dan usaha yang didasarkan atas intensif berupa penghargaan atau keuntungan, memberikan hasil yang jauh lebih baik.
            Kekayaan pribadi,  menekankan kepada perhitungan jangka panjang dan pada gilirannya mengorganisir perilku individu. Wujud yang tepat dari kepentingan dan pengorganisasian perilaku, berbeda-beda menurut jenis  kekayaan yang dimiliki. Kepentingan terhadap tanah sebagai contoh, menciptakan fiksasi libido yang jauh lebih besar terhadap obyek yang konkrit dibandingkan dengan kepentingan terhadap uang yang menciptakan suatu tipe abstrak fiksasi libido. Kepentingan terhadap tanah sebaliknya mendorong munculnya perasaan kemengangan hidup dari kesuburan tanah melalui perjuangan pribadi dan melalui pemahaman terhadap bumi dan penduduk yang mengolahnya.
            Penciptaan perilaku yang tidak disenangi dalam masyarakat adalah masalah yang amat penting yang akan merepotkan kita terus-menerus. Ini dirangsang oleh kenyataan bahwa terdapat suatu mata rantai yang panjang yang menghubungkan antara langkah pertama dan yang terakhir dari aktivitas kita. Orang yang termasuk anggota partai sosialis misalnya, mungkin tidak pernah mempunyai kesempaatan untuk melihat atau memahami tujuan-tujuan dari gerakan yang mana  ia termasuk salah seoraang diantara yang ingin mencapainya selama hayatnya. Dengan demikian bukan hanya kekayaan pribadi, tetapi setiap jenis kerjasama dan pembagian kerja meningkatkan kesempatan bagi perilaku yang abstrak, mengembangkan kapasitas untuk memperpanjang ketegaangan antara keinginan-keinginan dan pemenuhannya.
            Integrasi sosial dari keinginan dan sikap sangat besar perbedaannya daripada pengintegrasian kepentingan. Pengintegrasian kepentingan itu sebgaian besar terbentuk melalui kompromi, yang berarti bahwa orang yang mempunyai kepentingan yang serupa misalnya yang berkompetisi untuk mendapatkan suatu keuntungan, melepaskan sebagian dari keuntungan mereka atas dasar persetujuan rasional. Keseluruhan pertukaran secara barter dilakukan dalam suatu penolakan terhadap keuntungan yang diharaapkan dalam setiap jenis perserikatan adalah merupakan hasil dari pengintegrasian kepentingan.
            Pengintegrasian sikap sebaliknya terbentuk atas dasar identifikasi secara langsung. Ini berarti bahwa kita mengidentifikasikan diri kita sendiri dengan anggota lainnya dari komunitas dan juga antara komunitas yang satu dengan yang lain. Masyarakat modern membentuk kepentingan jangka panjang, cenderung menekan elemen libido dari bidang kegiatan publik dan dari pekerjaan, dan ini mungkin merupakan suatu handikap yang serius dalam aktivitas sosial tertentu dan dalam situasi sosial tertentu.








BAGIAN KEDUA
PROSES-PROSES SOSIAL YANG PALING MENDASAR


BAB III
KONTAK SOSIAL DAN JARAK SOSIAL
            Kini kita tidak lagi membicarakan perlengkapan psikologis dari kehidupan individual tetapi memusatkan perhatian terhadap proses-proses sosial yang mendasar, yyang serta merta mempegaruhi perkembangannya. Di sini hanya akan dibahas sedikit saja dari proses sosial yang mendasar itu, namun demikian pentingnya sehingga tak ada kehidupan individual dan kehidupan sosial yaang dapat dijelaskan dengan sempurna tanpa pengetahuan yang mendasar itu. Proses yang dimaksud, sebagai contohnya ialah kontak sosial, dan isolasi sosial.
            Sosiolog yang hanya lebih mengutamakan mempelajari fenomena yang disebut ‘masyarakat luas’ (Great Society) seperti mobilitas sosial, stratifikasi sosial, dan pranata sosial, tanpa mwnghubungkan studinya dengan penyelidikan yang cermat terhadap proses sosial yang mendasar ini kemungkinan besar belum dapat menampilkan suatu analisa setepatnya bagaimana mestinya.

1.      KONTAK PRIMER DAAN KONTAK SEKUNDER
            Kita mesti membedakan dua jenis kontak sosial. Pertama, kontak primer, yakni kontak yang dikembangkan secara intim dan mendalam berupa pergaulan tatap muka di mana hubungan secara visual dan perasaan-perasaan yang berhubungan dengan pendengaran senantiasa digunakan. Kedua, kontak sekunder, yakni kontak yang ditandai oleh pengaruh keadaan luar dan jarak yang lebih besar. Orang yang secara mental terbentuk oleh kontak primer, dan oleh ide-ide primer, mengembangkan ciri-ciri yang berbeda daripada mereka yang di bentuk oleh kontak sekunder. Sekedar contoh, dapat dibandingkan antara seorang wanita yang fungsi utamanya sebagai nyonya rumah tangga dan sebagai seorang ibu dengan seorang manajer pabrik atau dengan seorang politisi. Sudah tentu terdapat hubungan antara ciri-ciri kepcribadian yang dikembangkan melaui kontak primer dan kontak sekunder. Keinginan untuk menghargai publik selalu terjadi sebagai pemindahan faktor psikologis, sekurang-kurangnya sebagian, sebagai pengganti keterbatasan keintiman dari tanggapan yang dialami ditengah-tengah kehidupan keluarga.
            Jelas kiranya bahwa kawasan tempat berlangsungnya kontak sekunder yang sebenarnya adalah dalam kehidupan kekotaan. Revolusi industri yang melahirkan kota-kota dan yang memecah kehidupan sosial seperti kehidupan masyarakat desa menjadi unit-unit kecil, merupakan faktor yang sangat penting dalam menciptakan sebagian besar antar hubungan yang bersifat abstrak dan impersonal. Kontak sekunder, dengan demikian mendorong terciptanya sikap-sikap yang abstrak. Kontak sekunder ini juga memungkinkan kita untuk membandingkan kepentingan jangka panjang dan yang penuh perhitungan, karena kecenderungan-kecenderungan dapat diperkirakan dan disusun, demikian pula sistem kontrol yang baru terhadap publik dapat diperbuat dan dipergunakan dengan menekankan kepada segi-segi perbedaan peranan yang dimainkan mereka seperti membedakan mereka selaku pembayaran pajak atau selaku buruh atau majikan. Situasi hubungan tatap muka, yang menandai kontak primer, dewasa inipun telah mengalami perubahan.

2.      KONTAK BERDASARKAN SIMPATI DAN BERDASARKAN KATEGORIS
            Klasifikasi lain dari kontak sosial, dapat pula dibuat atas dasar sudut pandangan psikologis dan sosiologis. Orang yang tidak termasuk ke dalam kelompok kita sendiri, tidak termasuk ke dalam bidang kontak primer kita. Kita tidak menganggap mereka sebagai anggota kelompok kita yang sesungguhnya tetapi kita membuat penggolongan atau kategori terhadap mereka. Ini berarti bahwa kita mengklasifikasikan mereka dalam pengertian perbedaan derajat simpati atau antipati terhadap mereka. Di sini kita berhadapan dengan dasar atau asal mula dari prasangka. Perasaan simpati berhubungan dengan perbedaan kategori dan kelompok-kelompok menciptakan apa yang dapat kita klasifikasikan misalnya sebagai: ‘orang negro’, ‘orang Jerma’, ‘orang Yahudi’, ‘orang asing’, ‘orang luar’, ‘mereka’, dan sebagainya.
            Fase permulaan proses kategori ini terdapat pada jenis primitif dari penyesuaian diri. Kita mulai dengan menunjukkan atau menentukan kelompok kita sendiri dengan tanda-tanda yang baik, disebabkan karena kita tidak mampu menghadapi setiap obyek yang kontak dengan kita, maka kita membedakan dan memisah-misahkannya. Selanjutnya jika kita pertama kali bertemu dengan seorang manusia yang belum kita kenal, biasanya kita merasakan suatu perasaan simpati atau antipati secara tiba-tiba. Ini jelas adalah suatu interpretasi dari sikap-demikian pula lazimnya dalam dunia binatang-dimana simpati dan antipati adalah sejenis alat untuk menseleksi pengalaman-pengalaman yang tepat. Pengertian kita, dalam sebagian besar kasus adalah ditentukan oleh gagasan dan prasangka yang kita miliki. Dasar alamiah dari prasangka adalah suatu kecenderungan untuk mencocokkan pengalaman-pengalaman baru ke dalam kategori yang lama dengan mempergunakan generalisasi yang mula-mula untuk menanggulangi pengalaman baru itu. Setiap pengalaman yang nyata, didasarkan atas kontak yang dekat dan langsung atau primer. Pengertian atau pemahaman, adalah suatu pertarungan antara penyesuaian diri segera terhadap versi baru dari pengalaman dan kecenderungan terhadap prasangka. Orang yang selalu bergerak secara sosial dan secara geografis ( mobilitas vertikal dan horizontal), lebih kritis dan lebih tidak memihak dalam menilai orang lain, dan dengan demikian kurang berprasangka karena pengalamannya itu di pergunakannya untuk berhubungan dengan bermaca-macam orang lain. Seperti kita ketahui, orang yang berurat berakar di satu tempat tertentu saja, lebih tinggi derajat prasangkanya dibandingkan dengan orang yang banyak bergerak tersebut diatas. Orang yang banyak bergerak (mobile) dapat lebih mudah beralih dari pengalaman-pengalaman kategori kepada pengalaman-pengalaman spesifik. Kesan atau impresi penting pertama yang kita peroleh dari kehidupan kota besar itu bereaksi terhadap kesadaran diri sendiri dan terhadap penilaian diri sendiri. Kesadaran diri sendiri penduduk kota besar tidak stabil dan tidak kaku. Sedangkan dalam kehidupan masyarakat desa, prestise atau gengsi didasarkan atas siapa orang tua kita, dari keluarga mana kita berasal, daan dimana posisi kita dalam komunitas desa itu. Dalam kehidupan kota besar, prestise sebagian besar didasarkan atas hasil usaha (achievement) personal. Sebagai akibatnya penduduk kota besar selalu lebih mengisolasi dirinya dan penilaian terhadap dirinya sendiri di-internalisasikan.
            Akibat dari kenyataan serupa ialah fleksibelitas, tetapi juga ketidak-stabilan, ketidak-sungguhan, dan skeptisme yang terdapat dalam watak penduduk kota besar. Selanjutnya individu yang relatif anonim sifatnya dalam kehidupan kota besar, memperluas lingkungan kehidupan sehingga memungkinka kita untuk memindahkan sebagian tanggungjawab kita kepada orang lain atau kepada institusi lain. Sebagai akibatnya, orang kian lama kian menjadi penonton saja terhadap situasi yang ada.
            Dalam hubungan persahabatan sejati, unsur penggolong-golongan yang terdapat dalam kontal personal, tidak muncul. Persahabatan sejati ini didasarkan atas hubungan simpati yang berarti suatu keinginan untuk mengidentifikasikan kepentingan. Ungkapan ‘kita’ secara tak langsung menyatakan adanya saling mengidentifikasikan diri masing-masing dan difusi kepribadian. Ungkapan ‘tetangga kita’ dalam pengertian tertentu, pada dasarnya berarti kita sendiri. Semakin individualis seseorang, semakin sukar baginya untuk berusaha mengidentifikasikan dirinya dengan orang lain. Malahan, perasaan yang mendua atau bercabang biasanya muncul ditengah-tengah pengidentifikasian diri, dan masing-masing cabang perasaan itu besar perbedaannya. Persahabatan dan perkawinan, adalah dua jenis antara hubungan yang sedikit banyak berhasil menyalurkan atau menyatukan perasaan yang bercabang itu.
            Tempat pengalaman yang paling awal dari kesatuan sosial dan identifikasi, terdapat pada kelompok primer atau kelompok tatap muka seperti keluarga, kelompok teman sepermainan, hubungan tetangga, klub, masyarakat faternal atau sekolah. Perasaan cinta, kepahlawanan dan keberanian, begitu juga mabisi, kesombongan dan dendam kesumat, kesemuanya dibentuk di dalam kelompok primer. Menurut C.H. Cooley, perasaan cinta kemerdekaan dan keadilan  yang merupakan cita-cita primer yang mendasari ajaran kristen demokrasi dan sosialisme, ketiganya didasarkan atas ide-ide dari kelompok primer.
            Kontak di dalam dan di luar kehidupan kelompok, telah dianalisa oleh sosiolog seperti Sumner, Cooley, dan Burgess. Menurut mereka, hubungan simpati internal yang egotisme kelompok menghasilkan dua standar perasaan yang berbeda. Di satu pihak, kemauan baik, kerjasama, dan saling percaya di antara sesama anggota kelompok sendiri. Di lain pihak, perasaan bermusuhan dan kecurigaan terhadapanggota kelompok lain. Hubungan persaudaraan di kalangan anggota kelompok sendiri dan perasaan bermusuhan terhadap anggota kelompok lain atau terhadap ‘out-group’ adalah dua hal yang saling berhubungan. Perlawanan dan permusuhan yang gawat terhadap orang asing atau terhadap kelompok lain, memperkuat solidaritas di kalangan sesama anggota kelompok sendiri sehingga perselisihan yang terjadi di kalangan internal kelompok sendiri, tidak dapat melemahkan permusuhan itu.
            Etnosentrisme adalah istilah teknis yang dipakai untuk mengungkap sikap serupa itu. Bagi anggotanya, kelompok sendiri adalah segala-galanya. Setiap kelompok etnosentrisme memelihara dan mempertahankan rasa harga diri, kesetiaan, kesombongan, dan perasaan superioritas yang dimilikinya sendiri, mengagung-agungkan Tuhan-nya sendiri serta memandang dengan perasaan jijikdan mencela terhadap segala sesuatu yang dimiliki kelompok lain. Kejijikan itu diekspresikan dengan memakai kata-kata yang menghina, dengan menyebut dan menandai kelompok lain itu sebagai ‘pemakan babi’, ‘tak bersunat’, pemakan lembu’, daan sebagainya. Apa yang mendasari penilaian demikian itu, mungkin dapat kita sebut dengan istilah ‘moralitas kafir’. Atas dasar mengkafirkan kelompok lain nasionalisme, juga didasarkan atas sikap prasangka dan moralitas kafir demikian itu.

3.      JARAK SOSIAL
            Dalam setiap kontak sosial, secara tak langsung menyatakan suatu jarak sosial. Jarak sosial itu mungkin berati jarak eksternal atau jarak internal atau jarak mental. Seluruh jenis dan aneka ragam kehidupan sosial dan kultural tak kan dapat dijelaskan dengan memadai tanpa mengkategorikan jarak sosial. Tanpa jarak sosial, takkan ada obyek dan takkan ada kehidupan sosial itu sendiri. Pengambilan jarak, pada waktu bersamaan adalah salah satu dari pada perilaku yang penting untuk mempertahankan dan untuk melanjutkan otoritas peradaban manusia. Demokrasi mengurangi jarak sosial. Prestise-prestise komandan ketentaraan misalnya sebagian besar adalah persoalan jarak sosial. Secara harfiah jarak sosial berarti mengubah barang sesuatu menjadi terpencil, memindahkan suatu obyek yang dekat kepada suatu posisi yang jauh dari titik semula. Perkataan ‘jarak’ berasal dari pengalaman langsung kita terhadap ruang. Anehnya ialah bahwa pengalaman mngenai ruang juga menyediakan pola bagi pengalaman mental. Behawa seseorang berada pada jarak 5 meter dari saya misalnya, adalah suatu pengalaman tentang ruang; tetapi jika saya mengatakan bahwa seseorang mempunyai jarak sosial dari saya, maka ini berarti bahwa saya mempunyai status sosial  yang lebih tinggi atau lebih rendah dari orang yang bersangkutan. Ada persamaan tertentu antara kedua jenis jarak ini meskipun keduanya tidaklah identik. Ahli sosiologi berbicara tentang penciptaan jarak buatan. Lalu apa gerangan yang dimaksudkannya? Jarak mengenai ruang, yang dapat diukur dengan mudah dalam arti pisik adalah dapat diubah melalui suatu tindakan dengan sengaja oleh manusia, menjadi barang sesuatu yang dapat disebut jarak mental. Pengurangan identifikasi termasuk ke dalam penciptaan jarak mental ini. Bergerak dari tindakan-tindakan yang intim dan simpatik menuju pengasingan diri tanpa perlu menerapkan tingkah laku yang menggolong-golongkan atau yang bersifat menyerang.
            Baiklah saya berikan contoh di sini di lapangan yang murni pengalaman yang berhubungan dengan panca-indera tentang bagaimana proses yang fundamental dari pengambilan jarak itu dapat di selidiki. Seorang pelaut dalam pelayarannya menuju pelabuhan, mungkin pertama kali menyenagi pemandangan yang jelas terhadap kota pelabuhan yang terletak di depannya di kejauhan. Tiba-tiba keseluruhan penglihatannya berubah menjadi jauh disebabkan karena adanya kabut. Sebenarnya kota pelabuhan itu tidaak lebih jauh dari pada jarak sebelumnya tetapi kabut telah menciptakan suatu kepalsuan ilusi, seakan-akan kota pelabuhan itu sedemikian jauhnya dalam penglihatan pelaut itu. Dalam contoh ini, jarak bukanlah di ciptakan oleh subyek, melainkan oleh halimum atau kabut. Keseluruhan jarak mentaal yang akan kita bicarakan berikut ini berasal dari spontanitas subyek; yang dalam kenyataannya kesemuanya diciptakan oleh subyek.
            Evolusi jarak mental dari jarak ruang dapat ditunjukkan dengan jelas dalam kasus ketakutan. Kenyataan, jarak yang disebabkan karena rasa takut adalah jarak yang paling sederhana. Jika saya tetap mempertahankan jarak ruang antara saya dengan orang lain yang lebih kuat dari saya, maka dalam jarak ruang antara kami ini, berisi jarak mental dari rasa takut itu. Binatang yang dikurung, dalam situasi tertentu masing-masing memelihara jarak ruang terhadap yang relatif lebig kuat secara proporsional. Makin pengecut binatang itu, makin jauh jarak ruang yang diambilnya terhadap binatang yang ditakutinya.
            Schjelderup Ebbe yang melakukan penyelidikan yang cermat, menyatakan adanya suatu hierarki yang teratur di kalangan kehidupan sosial binatang seperti di kalangan ayang betina, ayam jantan, dan anak ayam. Ebbe meneliti kehidupan ayam itu dalam kelompok yang terdiri atas 2-25 ekor dan kemudian terhadap kelompok yang terdiri atas 25-100 ekor. Menurutnya hal pertama yang dikemukakannya ialah bahwa selama mencari makan, selama memakan/makanan di pot makanan atau pergi bertengger untuk beristirahat atau pergi kesarang , ayam jantan melihatkan untuk bertelur, ayam jantan memperlihatkan suatu keteraturan yang pasti. Ayam yang terkuat atau paling jagoan, selalu yang mula-mula sekali datang ke tempat-tempat tersebut baru kemudian disusul oleh ayam yang lain menurut urutan tingkat keberaniannya terhaadap sesamanya. Seluruh tempat tersebut selalu diambil oleh ayam yang terkuat itu lebih dulu. Persoalan yang timbul ialah: bagaimana aturan itu dibentuk.? Penelitian menunjukkan bahwa aturan itu dibentuk melaui pertarungan antara sesamanya. Jika dua anak ayam bertemu maka pertama kali yang dilakukannya adalah membuat tingkatan sosial diantara mereka melalui pertarungan. Anak ayam yang lari pertama kali, akan menjadi taklukan untuk selama-lamanya. Dengan demikian, suatu urutan lengkap dapat disusun menurut hasil pertarungan itu dan terlihat pula bahwa hierarki ini dipertahankan dengan keras oleh ayam itu. Penelitian ini juga menemukan bahwa tingkatan yang teratur ini tidak mengikuti dengan keras perbedaan dalam segi kekuatan fisik tetapi mengikuti apa yang disebut superioritas psikolgi, di mana aspek keberanian sangat besar peranannya. Tetapi adalah suatu kenyataan pula bahwa ketakutan selalu memainkan peranan pula.
            Penyelidikan berikutnya mempelajari tingkahlaku khas dari ayam-ayam yang paling jagoan dan ayam yang ditaklukkannya. Terlihat adanya aturan umum bahwa ayam yang berada di puncak hierarki, dalam arti yang terkuat, lebih penuh dengan kebajikan debandingkan dengan ayam yang yang berada di tingkat menengah. Terlihat bahwa sekali jagoan itu mencapai tingkat jagoan dalam arti mengalahkan semua ayam lainnya, maka ia tak perlu lagi berkelahi untuk mempertahankan posisi jagoan itu. Dia menjadi jagoan untuk selamanya. Jarak psikologis telah terbentuk dan berlangsung secara stabil. Tetapi ayam berada di tingkat menengah hierarki, sangat agresif karena mereka khawatir dalam mepertahankan posisinya yang secara permanen terancam dari dua fron. Percobaan selanjutnya ialah untuk mengetahui bagaimana cara ayam tersebut bertingkah laku dalam mengubah kondisi. Jika kita mengambil seekor ayam jantan yang menjadi pemimpin dari satu kelompok lain dimana ia menjadi salah seekor yang berkedudukan sebagai anggota kelas mengengah, maka ternyata ia mengubah pola tingkahlakunya. Dari semula penuh kebajikan, kemudian berubah menjadi lebih agresif. Jelas ini disebabkan karena kekhawatiran dalam mempertahankan posisinya. Sebaliknya jika ayam yang paling jagoan dari satu kelompok besar kemudian digabungkan kedalam dan menjadi jagoan kelompok kecil, maka tingkahlakunya lebih penuh kebajikan dibandingkan dengan tingkahlakunya ketika berada pada posisi sebagai jagoan kelompok besar. Ujung dari penelitian ini melihat kemungkinan besar bahwa tingkahlaku ayam itu lebih banyak tergabung kepada posisi sosialnya dibandingkan dengan karakter bawaannya.
            Ebbe kemudian mencoba pula meneliti keteraturan jarak sosial dan tingkahlaku sosial di kalangan anak sekolah. Peneliti menemukan bahwa dalam suatu hierarki tertentu yang kesemuanya tak serupa dengan penilaian gurunya tetapi merupakan hasil ciptaan kehidupan kelompo anak sekolah itu.
            Jika pimpinan dari satu kelompok dimasukkan ke dalam kelompok lain dimana ia menjadi anggota kelas menengah disana, maka tingkahlakunya berubah. Dengan demikian di antara anak sekolah itu juga supaya tingkah lakunya tergantung kepada sosialnya secara individual dan juga kepada apa yang disebut: karakter, yang untuk sebagian besar merupakan hasil dari berbagai situasi sosial.
            Adalah jelas sekali trdapat tendensi umum tertentu yang melekat dalam kehidupan kelompok anak sekolah seperti itu yang berperan menurut aturan yang sama, wlaupun mereka di ubah oleh perlengkapan mental dari komposisi kehidupan kelompok. Salah satu perbedaan utama antara tingkah laku binatang dan tingkah laku manusia dalam kehidupan kelompok, terlihat dari kenyataan bahwa binatang tidak mampu mengatur tindakan yang menjurus ke arah perubahan secara revolusioner. Hanya ada pemberontakan secara individual yang ada dalam kehidupan kelompok binatang. Ayam yang ditaklukkan selalu berusaha meningkatkan posisinya melalui pertarungan baru terutama dalam kasus di mana ayam yang ditaklukkan itu tak harus inferior secara badaniah tetapi disebabkan karena ketakutan psikologis yang timbul. Dengan mengamati pertarungannya orang dapat melihat bahwa binatang yang ditaklukkan itu adalah sangat gelisah, ia berupaya untuk menciptakan kebiasaan dan membangun sikap takluk, menciptakan jarak ketakutan. Revesz, seorang peneliti di bidang sosiologi binatanng lainnya meneliti tingkah laku kera yang dikandangkan. Dikandang yang diamatinya itu terdapat seekor kera yang unggul, empat ekor yang lemah, dan seekor anak kera. Ketika makanan yang dibawa ke kandangnya, yang terjadi mula-mula ialah perebutan makanan menurut dorongan hati (impulse) masing-masing kera itu. Tetapi tingkah laku demikian segera membuka jalan bagi situasi di mana kera yang terkuat mampu memuaskan dirinya sendiri tanpa rintangan, sebagai kera utama. Kera lain yang rebut makanan yang ada ditepi tiba-tiba rupanya menyadari dan mengingat hasil pertarungan dan gigitan kera yang terkuat yang terjadi sebelumnya, sehingga kemudian mereka menghindar ke arah yang berlawanan dan mengakhiri perebutan makanan itu. Segera setelah hal ini terjadi, anak kera maju ke depan dan menempatkan dirinya berdekatan dengan kera yang terkuat, mulai memakan pisang yang tersedia dengan tenang tanpa digigit oleh sang jagoan. Sepanjang anak kera ini tidak mencampuri persaingan kera yang lain itu, maka ia menjadi seekor kera yang mendapat bagian dalam kompetisi, maka ia segera ditaklukkan dan akan sama nasibnya dengan kera lain yang berkompetisi. Jelas kiranya bahwa dalam setiap situasi yang khas, suatu jarak tertentu terus-menerus tercipta dengan sendirinya di kalangan kehidupan binatang itu.  Di sini jarak ruang pada waktu bersamaan mengandung jarak ketakutan dan rasa hormat. Jarak obyektif cenderung dihubungkan dengan kualitas jarak mental.
            Ungkapan bahasa Jerman ‘drei Schritt von Leib’ (tiga langkah dari manusia) digunakan untuk menandai sikap pemeliharaan jarak dari seseorang menggambarkan dengan sempurna keadaan masyarakat dimana jarak ruang pada waktu bersamaan mengungkapkan ketakutan dan rasa hormat.langkah pertama ialah jarak normal antara anggota dari suatu masyarakat. Jarak dari tiga langkah selanjutnya, merupakan pemaksaan terhadap orang yang berada di luar kelompok dominan sebagai tanda dari status yang disubordinasikan di dalam hirarki masyarakat yang ketat. Jarak yang berlebih ini, yang dapat dipertentangkan dengan keadaan berkurangnya jarak menggambarkan keintiman. Keintiman yang berhubungan erta dengan keakraban dan kontak pisik yang terjadi antara individu dalam kelompok, sekali lagi menunjukkan kenyataan bahwa jarak obyektif cenderung berhubungan erat dengan kualitas jarak mental.
            Selama berlangsungnya proses diferensiasi, tipe-tipe jarak yang lebih kompleks muncul dari jarak ketakutan; sebagai contohnya adalah jarak kekuasaan. Jarak konvensional yang telah berkembang dengan cepat dalam suatu masyarakat sebagai tanggapan terhadap keperluan akan keamanan pribadi telah berkembang dengan cepat dalam suatu masyarakat senagai tanggapan terhadap keperluan akan keamanan pribadi telah berkembng dalam berbagai masyarakat menjadi suatu simbol antar hungan kekuasaan dan berpengaruh nyata terhadaap hiraarki sosial.
            Kita dapat membedakan tiga jenis jarak. Pertama, jarak yang menjamin terpeliharanya tata sosial dan hirarki sosial tertentu. Kedua, jarak eksistensial. Ketiga, jarak diri sendiri, yakni jarak yang diciptakan di dalam diri seseorang individu tertentu.

4.      PEMELIHARAAN HIRARKI SOSIAL
            Struktur hirarkis tata sosial, adanya kelas-kelas dantingkatan dalam kehidupan, dalam sebagian besar kasus ditunjang oleh sejenis jarak tertentu. Jarak yang jelas kelihatan di dalam pergaulan sosial dan di dalam penyelesaian obyek kultural yang dimiliki masyarakat, memelihara suatu stratifikasi sosial melalui peralatan mental yang cenderung menggantikan kedudukan kekuasaan. Sistem berpakaian yang sangat canggih dan tatakrama, gaya berbicara, sikap dan adat kebiasaan, dapat dipergunakan untuk memelihara jarak antara kelompok penguasa dan oraang yang dikuasainya. Tugas tersembunyi sistem tersebut ialah untuk menciptakan jarak dan dengan demikian untuk mengawetkan kekuasaan minoritas penguasa.
            Jarak digambarkan dengan sendirinya oleh bentuk pergaulan sosial dan oleh jarak obyek tertentu dalam lingkungan kebudayaan masyarakat tertentu. Pergaulan sosial, dapat terbentuk dalam dua cara. Pertam, dengan membatasi atau meniadakan kerjasama antara dua kelompok penguasa dan yang dikuasai. Misalnya dengan melarang perkawinan campuran antara aanggota kedua kelompok atau dengan memantangkan makan bersama pada satu meja atau dengan memantangkan makan suatu sistem kebiasaan yang canggih, yang menonjolkan jarak antara strata masyarakat yang berbeda.
            Melalui penyatuan mayoritas orang yang tertindas secara mendadak, maka setiap kelompok penguasa dapat digulingkan. Karena itu prinsip memecah-belah dan kemudian menguasai-devide and rule-selalu diikuti oleh kelompok penguasa dan bila pelaksanaan prinsip ini berhasil baik maka stabilitas sistem sosial yang ada akan terjamin. Namun demikian bukan hanya pergaulan sosial dimana masing-masing strata sosial dan antara strata sosial yang berbeda saja yang dikendalikan oleh jarak sosial itu. Obyek-obyek sosial dan lingkungan kultural pun dijaga jaraknya dengan cara yang sama. Jika kita mengamati masyarakat yang berbeda dan bertanya kepada diri sendiri: apakah yang dapat membuatnya mempunyai jarak, maka kita akan menemukan bahwa di keduanya terdapat baik manusianya seperti pemimpin dan raja maupun obyek-obyeknya seperti barang peninggalannya. Dalam masyarakat primitif mislanya, sifat ke-Tuhanan dari para pemimpinnya atau rajanya sebagian besar dipelihara melalui upacara seremonial yang rumit yang dapat melindungi pemimpin atau raja itu dan memisahkan mereka dari rakyat yang diperintahnya. Tokoh ‘orang suci’ sebaliknya menjadi orang yang dikeramatkan terutama karena ia meningkatkan jarak dan dengan demikian mengisolasikan dirinya dari pengikutnya. Selanjutnya pepatah-petitih dan peribahasa dapat sipisahkan dari pemakaian sehari-hari menjadi mantera-mantera, seperti kalimat yang dipetik dari kitab suci oleh seorang pendeta. Orang juga dapat memisahkan institusi dan organisasi atau bidang kehidupan dan aktifitas seperti kesenian atau hari libur.
            Ada kesamaan antara jarak sosial dan jarak obyek dari lingkungan kultural. Peningkatan nilai tertentu secara palsu dan menjaga jarak dalam kebiasaan sehari-hari ditopang oleh sistem yang sama. Ide kekesatriaan seperti kepahlawanan dan sopan santun, meningkatkan dan memisahkan pola perilaku tertentu dan meningkatkan kebutuhan yang tak dapat dipenuhi oleh orang kebanyakan. Jadi ide tersebut mempunyai fungsi sosial yang sama dengan jarak yang berperan dalam pergaulan sosial.
            Evolusi demokrasi ditandai oleh kecenderungan baik dengan mengurangi jarak atau dengan mengubah metode pengambilan jarak. Sementara dalam masyarakat pra-demokrasi peraturan-peraturan keras menentukan cara-cara berpakaian yang boleh dikenakan oleh tingkat sosial yang berbeda, maka masyarakat demokrasi mengganti sistem yang usang itu dengan ‘mode’. Bertingkahlaku dan bergaul menjadi lebih bebas. Suatu proses penyamarataan ke atas dan ke bawah dikembangkan dan kebebasan menonjolkan diri untuk sebagian besar menggantikan peraturan seremonial tradisional. Hambatan terhadap kebebasan menonjolkan diri, juga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mempertahankan jarak sosial. Dengan demikian, orang yang berada pada kedudukan yang lebih tinggi dapat membatasi diri mereka sendiri untuk mengawetkan jenis tingkah laku martabat tertentu.


5.      JARAK EKSISTENSIAL
            Jarak sosial jenis ini dapat diamati jika kita mengenyampingkan seluruh tindakan pengambilan jarak yang berasal dari pergaulan sosial. Dengan demikian akan terdapat suatu bentuk jarak tertentu yang lain dari jenis jarak sosial yang dapat ditunjukkan melalui contoh berikut. Jika seorang wanita dari kalangan yang sederhana mengunjungi seorang pendeta demi untuk maksud pengakuan dosa, maka baginya pendeta itu bukanlah sebagai seorang yang khas tetapi merupakan suatu kepribadian yang mencerminkan kemampuan untuk meningkatkan status sosial. Namun pada waktu bersamaan, wanita itu mungkin pula dipengaruhi oleh rasa keakrabannya terhadap si pendeta atau oleh perasaannya sendiri yang merasa sedemikian renggangnya dengan pendeta itu. Perasaan terakhir inilah yang kita sebut sebagai jarak eksistensial itu. Tetapi kedua topeng individual biasanyaa berpengaruh secara serentak. Proses demokratisasi lazimnya cenderung mengurangi jarak sosial dan membuka hubungan eksistensial yaang murni antara manusia.
            Perbedaan-perbedaan eksistensial merupakan suatu antara hubungan antara individual yang lahir secara eksklusif dari kualitas kejiwaan manusia. Perbedaan eksistensial ini terlihat ketika seseorang sekonyong-konyong menyadari keintiman dirinya dengan orang lain, dan ia mengadakan kontak yang erat dengan batinnya yang paling dalam. Jarak eksistensial ini dalam sebagian besar masyarakat sejak lama dikacaukan dengan jarak sosial, mislanya dalam masyarakat berkasta. Kelahiran individualisme akhirnya merobek topeng sosial dari manusia.

6.      PENCIPTAAN JARAK DALAM KEPRIBADIAN TUNGGAL
            Seorang individu dapat berada sedemikian dekatnya atau jauh dari kepribadian sebenarnya yang dimilikinya, sama seperti ia juga dapat merasa dekat atau jauh dari kepribadian orang lain. Kita dapat mengamati dari dalam diri seseorang individu fenomena yang menunjukkan jauh-dekatnya seseorang dari kepribadiannya sendiri, yang dengan tiba-tiba kepribadiannya itu menjadi asing bagi dirinya sendiri. Abad demokrasi telah merusak jarak sosial, namun dengan demikian penonjolan jarak eksistensial menjadi lebih besar. Pengasingan diri sendiri yang terdapat dalam situasi kultural tertentu merintangi penonjolan diri sendiri secara individual.
            Pengambilan jarak adalah suatu faktor yang amat penting dalam mengubah struktur kekuasaan menjadi pola mental dan kultural. Sejaraah telah menunjukkan bahwa perubahan dalam gaya kultural berhubungan erat dengan perubahan dalaam struktur kekuasaan. Sosiologi kultural membahas masalah ini secara terperinci dan telah menemukan bagaimana organisasi kekuasaan dalam berbagai jenis perkembangan sejarah berpengaruh terhadap berbagai bentuk jarak mental.






BAB 1V
ISOLASI

1.      FUNGSI SOSIAL DARI ISOLASI
Isolasi adalah situasi marjinak kehidupan sosial. Situasi ini meniadakan kontak sosial. Bentuk isolasi yang paling sederhana diciptakan oleh rintangan alam seperti pegunungan,sungai,lautan,hutan,atau padang pasir. Rintangan alam sering mempertahankan isolasi. Baik individu maupun kelompok dapat terisolasi, dan akibat terpentingnya ialah timbulnya individualisasi dan perlambatan perkembangan.
Setiap individu atau kelompok yang terkecil dari hubungannya dengan individu atau dengan kelompok lain cenderung berkembang menjadi individu atau sebuah komunitas yang menyimpang atau berbeda dengan yang lain. Dikatakan  demikian karena individu atau kelompok itu hanya akan menyesuaikan diri mereka sendiri dengan kondisi mereka yang khas itu saja tanpa saling mempengaruhi dan saling memberi kesan kapada individu atau kelompok lain. Akibat dari ketiadaan kontak dengan pihak lain itu maka individu atau kelompok yang bersangkutan tidak mengetahui perubahan dan perkembangan yang terjadi pada individu atau pada unit sosial yang lain. Suatu fenimena yang kita sebut `perubahan yang tidak proporsional` muncul karena tak adanya kontak dengan pihak lain itu. Kontak sosial berperan kurang lebih sama seperti kontak antara benda-benda fisik dengan tingkat panas yang berbeda. Setiap benda sejenis yang kontak dengan derajat panas tertentu yang sama, akan mendapat derajat panas yang sama pula. Hal serupa dapat pula terjadi pada kelas-kelas sosial. Kontak yang sering terjadi antara kelas bangsawan dengan kelas menengah cenderung menyebabkan mereka dalam berbagai hal menjadi serupa atau paling sedikit mengurangi ketidaksamaan yang ada diantara mereka. Sebaliknya isolasi dan pengambilan jarak,meningkatkan perbedaan-perbedaan orisinil di antara mereka dan mengindividualisasikan mereka. Kejadian seperti ini jelas terlihat dalam komunitas desa yang diisolasikan oleh pegunungan atau oleh rawa yang luas. ini juga terjadi terhadap individu yang mengasingkan diri dari pergaulan dengan orang lain dan yang dikucilkan oleh orang lain. Individu atau kelompok yang mengalami hal demikian akan menjadi individu atau kelompok yang “ asing” atau “aneh”.
Isolasi telah terjadi dalam proses evolusi dunia binatang, dan memberikan sumbangan berharga terhadap terciptanya berbagai spesis binatang. Adaptasi spesis-spesis seperti itu berhubungan erat dengan adaptasi organisme tertentu terhadap berbagai kondisi geografis. Hal serupa juga terlihat didalam kehidupan kelompok dan evolusi dan sosial. Sebagai contoh, jika kelompok penggembara atau domaden dikumpulkan dan dimukimkan pada suatu tempat tertentu. (sehingga sepintas lalu dapat dikatakan sebagai suatu kesatuan kelompok) maka hasil yang terlihat dari hasil pemukiman itu adalah bahwa masing-masing sub-kelompok memisahkan diri satu sama lain dan tanpa mengadakan kontak untuk jangka waktu relatif lama, dan baik kebiasaan mereka maupun logat bicara mereka tetap berbeda. Demikian itulah, dialek muncul, sangat mirip dengan kemunculan-kemunculan spesis-spesis dan jenis-jenis dalam kehidupan binatang. Jadi individualisasi dan spesialisasi merupakan salah satu kemungkinan yang diakibatkan oleh isolasi.
Kemungkinan akibat isolasi yang lain adalah perlambatan. Jelas sekali bahwa sejumlah pengisolasian tertentu diperlukan untuk setiap jenis indidualisasi. Individu adakalanya mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat, mengundurkan diri kedalam dirinya sendiri, jika keperibadiannya akan dipertahankan dari keretakan dan keterputusan dan hendak dipelihara keutuhannya. Tetapi jika individu secara sempurna memisahkan diri dari pergaulan masyarakat, maka perlambatan perubahan evolusinya dapat diperkirakan akan terjadi.
Demikian pula pembentukan ras yang berhasil atau mempertahankan jenis keturunan binatang tertentu memerlukan suatu perselangselingan antara periode endogami, dalam periode dmana karakter dibentuk, dan periode eksogami dalam dalam mana tenaga baru diturunkan.
Sekte-sekte yang bertahan hidup ratusan tahun karena mengisolasikan diri dari orang dan kultur lain, adalah suatu contoh dari kaidah bahwa isolasi mengembangkan kestabilan jenis. Sebaliknya, percampur-adukan keturunan seperti yang terjadi di Amerika Utara, memperlihatkan bahwa berkurangnya isolasi tertentu, menciptakan suatu keanekaragaman yang besar dan ketidakstabilan jenis. Seperti di atas, inti isolasi ialah pengurangan kontak. Dalam seksi 1 ini kita menyederhanakan pembahasan terhadap bentuk-bentuk isolasi yang rumit itu pada batas proses-prosesnya yang mendasar saja. Dalam analisa berikut ini akan dicoba menemukan apa yang berbagai penyebab yang menciptakan isolasi dan menditeksi apa akibat-akibat yang dapat ditimbulkan dari berbagai bentuk isolasi itu.           

2.      BERBAGAI JENIS ISOLASI SOSIAL
Ada dua jenis utama isolasi sosial: isolasi ruang dan isolasi organik. Isolasi ruang, dapat dipaksakan dari luar dengan meniadakan kontak seperti yang terjadi ketika seseorang dikucilkan dari pergaulan komunitasnya atau dipenjarakan. Akibatnya,individu akan tercabut dari perlindungan kelompoknya atau dalam kasus seekor binatang,akan terlepas dari gerombolannya. Sangat menarik bahwa seekor binatang jantan pemimpin gerombolannya jika terpisah dari sgerombolannya terkenal dikalangan pemburu sebagai binatang buruan yang sangat ganas dan berbahaya. Ia menjadi lebih agresif dan lebih ganas dari pada binatang yang tetap kontak dengan gerombolannya. Hal yang agak mirip terjadi pada diri orang yang dikucilkan atau dipenjarakan,dan hingga derajat tertentu juga terjadi pada orang asing yang berada dalam suatu masyarakat yang bukan lingkingannya sendiri,memperlihatkan kecenderungan lebih besar untuk bertingkahlaku anti sosial. Menarik pula,dijerman istilah untuk menyatakan perasaan `tidak senang` atau `menyedihkan`dan istilah untuk menyatakan `hidup diluar negeri` mempunyai akar kata yang sama. Tingkahlaku anti sosial dan kadang-kadang juga kehausan untuk membalas dendam adalah khas merupakan akibat mental dari hukuman penjara dalam kurungan, yang merupakan bentuk ekstrim dari pengucilan yang dipaksakan. Banyak orang yang berkemauan baik,yang dipengaruhi oleh tradisi,agama dan pandangan moral di awal abad ke 19 mengira bahwa pemenjaraan dalam kurungan dan kesepian yang ditimbulkannya, dapat memperbaiki karakter narapidana,dan akan memudahkan upaya mengubah mereka menjadi orang-orang baik kembali. Padahal akibat pemenjaraan itu jelas terlihat dalam sebagian besar kasus keadaan mental yang murung,homosek,kadang-kadang juga halusinasi dan kebiasaan tingkahlaku anti sosial.
Yang dimaksud dengan isolasi organik ialah gejala keterasingan yang disebabkan bukan karena ketiadaan kontak yang dipaksakan dari luar,melainkan karena ketiadaan kontak yang disebabkan karena kecatatan individu seperti kebutaan dan ketulisan. Akibat penting kecatatan seperti itu ialah kurangnya pengalaman bersama tertentu dengan semua orang normal. Beet hoven mengatakan: `kecatatan saya memaksa saya hidup dalam pengasingan`. Akibat kecatatan organik sangat mirip dengan kecatatan sosial seperti perasaan malu yang berlebih-lebihan curiga,inferior atau superior dan kesukaan menonjolkan kepintaran diri sendiri (kecatatan terakhir ini selanjutnya disebut :keminter ). Penyimpangan sosial tersebut diatas baik merupakan akibat maupun merupakan gejala dari isolasi sebelumnya dan ia menciptakan isolasi sebagian. Akibat keterbatasan pengalaman serupa itu adalah bahwa orang yang tuli,buta dan pemalu,jarang mendapatkan jawaban yang sempurna dari orang yang normal. Mereka terhalang dalam setiap komunikasi umum. Mereka dicurigai atau mencurigai,lekas marah dan dengan demikian mereka juga kurang mempunyai kesempatan untuk mendapatkan teman dan sahabat yang sesuai dengan mereka. Akibat selanjutnya dari keterbatasan pengalaman ini ialah sempitnya pergaulan orang cacat itu,hanya sampai pada batas lingkungan orang tertentu saja. Kesemuanya ini dapat mendorong orang kepada sikap pasrah: individu itu mungkin menyerah saja kepada nasib untuk mendapatkan posisi yang normal atau mungkin juga menjadi seorang yang patah hati dan patah semangat, yang menerima peranannya dari bayangan perasaan inferior. Hasil lainnya yang sering terjadi dari situasi demikian ialah `kompensasi` dan mungkin pula mengenbangkan perasaan superrior-kompleks. Orang seperti itu mungkin merasakan bahwa `tak seorangpun yang cukup baik terhadap saya`.
Kompleks-kompleks demikian berhubungan erat dengan sifat suka menonjolkan ilmun atau kepintaran diri sendiri. Orang keminter seperti itu adalah orang yang hanya merasa dirinya sendiri sajalah yang aman karena ia berada dibawah perlindungan dan bimbingan yang terandal. Keteraturan dan kebersihan bagi orang seperti itu dapat berarti sebagai suatu proteksi terhadap perselisihan yang tak terduga,bentrokan dan kritik. Keminter kebanyakan merupakan gejala yang menandakan rasa takut terjerumus ke dalam situasi yang tidk diinginkan. Dengan demikian sang keminter ini mencoba merumuskan setiap situasi menurut caranya sendiri. Ketelitiannya sering dianggap sebagai suatu bentuk penyimpangan dari nilai kerjasama. Apa yang menjadi keistimewaan si keminter ini ialah tekanan psikologis,kekacauan berpikir dan kesenangan terhadap ketelitian.
Perasaan malu menurut pengertian sosiologi adalah sejenis isolasi sebagian yang timbul dari ketidak-mampuan menciptakan tanggapan yang memadai dalam bidang kehidupan tertentu. Perasaan ini kebanyakan adalah akibat dari goncangan jiwa ini sering terjadi kanak-kanak. Goncangan jiwa ini sering terjadi anak-anak mulai meninggalkan pergaulan dengan lingkungan keluarga dan tetangganya dan memasuki dunia antar hubungan sekunder. Sejenis kegoncangan jiwa (trauma) sebagai akibat dari perubahan lingkungan pergaulan dari kelompok primer ke kelompok sekunder demikian itu,dan gangguan kepribadian kronis sebenarnya dapat diteliti. Bibit perasaan malu yang berkelebihan itu dapat dilihat melalui antara hubungan yang akrab dengan anak-anak berusia sekitar 5 tahun.
Perasaan malu yang berlebih-lebihan yang mula-mula hanya muncul kadang-kadang saja cenderung kemudian dibiasakan dan dapat menciptakan seluruh gejala isolasi sebagian. Tahap awal gangguan terhadap kemampuan sosial demikian dapat ditemukan pada anak-anak kecil dan kemudian dapat muncul sebagai suatu kegelisahan yang lazim dalam menghadapi setiap situasi baru. Perasaan demikian timbul,misalnya disaat akan menghadapi ujian atau di dalam kelas ketika anak takut takkan dapat menjawab pertanyaan yang tak terduga dari gurunya. Jika sikap ini di alihkan kepada tingkat perkembangan anak selanjutnya,maka sikap ini dapat menyembunyikan bahkan menghilangkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan ketegasan yang wajar dari individu. Seseorang yang mempunyai kepribadian tak seimbang, sering mencoba mengkompensasikan dirinya dengan berbagai cara. Atau jika keluarganya menyokong ketidak-munculannya,maka biasanya kompensasi itu muncul melalui peledakan perasaan,kadang-kadang dengan mencari kelembutan, kasih sayang yang berlebihan terhadap orang lain dan dengan pengungkapan emosi yang hebat lainnya yang serupa.
Jenis lain isolasi sebagian itu timbul ketika suatu kemampuan normal untuk mengadakn kontak sosial tak dapat menemukan lingkungan sekitarnya yang cocok yang diperlukan untuk situasi seseorang gadis tua atau perjaka tua yang kadang-kadang membujang sebagai akibat sikap pemalunya yang berlebih-lebihan. Orang yang dalam situasi demikian akan mencari suatu pemuasan bagi kerugian yang mungkin dialaminya dalam kehidupan pribadiannya dan dalam kehidupan sosialnya dengan mencari suatu kegiatan sosial yang bermanfaat,melalui persahabatan,latihan sepiritual bagi yang mampu melaksanakannya atau mungkin melalui pemeliharan binatang dan mempertahankan sentimental.

3.      BENTUK-BENTUK KERAHASIAAN PRIBADI
Kerahasiaan pribadi (privacy) juga mencerminkan tipe isolasi sebagian tertentu. Kerahasiaan pribadi secara tak langsung menyatakan bahwa ruang lingkup inti pengalaman pribadi kita dilindungi dari pengaruh kontak sosial. Orang moderen sering mencoba untuk menyembunyikan sebagian dari kepribadiannya terhadap kontrol publik. Disini kita berbucara tentang kerahasiaan pribadi kita sendiri.
Kita dapat melihat suatu perkembangan yang serupa pada latar belakang sosial dan politki ketika kita mengamati bagaimana negara liberal moderen menahan diri untuk tidak mencampuri dan mengganggu urusan pribadi individu warganya,sejauh mungkin di pantangkan mengatur dan mengendalikan keyakinan pribadi, kesadaran pribadi dan perasaan-perasaan yang bersifat pribadi. Atau dalam kehidupan kota moderen kita melihat perlindungan kehidupan pribadi warga kota dari penilaian publik. Kehidupan masyarakat desa tak mengenal adanya baik privasi internal maupun privasi eksternal demikian. Kehidupan masyarakat desa sebagai keseluruhan biasanya menyangkut pula kehidupan rumah-tangga dan kehidupan perseorangan petani. Kontrol publik menyelusup sampai jauh ke dalam setiap sudut yang tersembunyi sekalipun dari kehidupan kekeluargaan individu. Kenapa demikian? Yang jelas karena dalam komunitas primitif,jarak antara kegiatan seorang individu berhubungan erat dengan bidang kegiatan keseluruhan komunitas. Pemisahan sosial,penyembunyian kepribadian seorang dalam kehidupan kelompok demikian itu teramat sulit. Gilda di kota-kota abad pertengahan sama-sama dapat mengontrol sebagian besar aktivitas eksternal dari setiap individu yang menjadi anggotanya,seperti pengungkapan kepercayaan agama,aktivitas profesional,bentu-bentuk pergaulan,aktivitas artistik,upacara penguburan dan sebagainya organisasi moderen seperti perserikatan profesionel (misalnya:korpri,IDI atau perusahaan,hanya menyentuh sebagian bidang tertentu saja dari kehidupan individu. Kemungkinan untuk menyembunyikan kerahasiaan pribadi dalam kehidupan organisasi moderen ini jauh lebih besar dan dengan menyenbunyikan kan maka manusia moderen berhasil mengisolir sebagian dari kepribadiannya. Isolasi ini berarti memperkuat individualisasi.
Gerakan keagamaan seperti protestantisme dan puritanisme,menampilkan suatu kecenderungan untuk mengubah agama publik menjadi agama pribadi dan menjaga agar supaya bagian-bagian tertentu dari kepribadian orang, aman dari campur tangan dari luar. Puritanisme juga mencerminkan tendesi yang mengutuk pemberitaan dan meningkatkan penilaian terhadap urusan pribadi dan pengalaman pribadi individu. Proses penciptaan kerahasiaan pribadi ini bermula melalui perubahan-perubahan eksternal seperti pemisahan urusan rumahtangga dari urusan dinas atau urusan kantor. Warga kota di penghujung abad pertengahan atau di zaman Renaisan,karena makin kaya,mampu menyediakan satu kamar untuk masing-masing anggota keluarganya dalam satu rumah yang dipergunakan oleh masing-masing anggota keluarga itu untuk keperluannya sendiri. Ruangan pribadi ini menjadi lingkungan eksternal pertama yang menciptakan seperangkat sikap dan paresaan yang kini kita sebut privat itu dan ini adalah satu bentuk individualisasi.
Di sini kita harus membedakan dengan tegas antara sikap yang berhubungan erat dengan kontak primer, kontak-kontak yang intim, dan sikap yang berhubungan erat dengan kerahasiaan pribadi. Kerahasiaan pribadi adalah sejenis pengisolasian dalam dunua ke hidupan keluarga atau di dalam kelompok primer yang lain. Ini merupakan suatu cara melepaskan diri dari kelompok sosial di mana pengendalian kelompok sangat dekat terhadap individu. Kerahasiaan pribadi sangat membantu dalam menciptakan individualisasi. Kerahasiaan pribadi ini memelihara kecenderungan ke arah individualisasi enternal. Salah satu akibat utama kerahasiaan pribadi ini ialah terciptanya standar norma ganda dari kesadaran orang, baik norma hukum maupun norma moral. Akibat lainnya ialah munculnya standar ganda dalam pengalaman terhadap waktu. Pengertian waktu yang dimaksud di sini bukanlah perjalana waktu secara kronologis yang dapat diukur dengan bantuan suatu skala obyektif, tetapi ialah cara yang menyadarkan kita terhadap waktu di dalam inti pengalaman kita.
Inti pengalaman kita terhadap waktu, sebagian besar diarahkan kepada pengalaman kolektif. Sejauh kita akrab dan berhubungan erat dengan sesama manusia melalui tujuan-tujuan bersama,maka ketegangan yang tertanam dalam perjuangan bersama itu membedakan waktu dalam suatu cara kolektif bagi setiap peserta perjuangan bersama itu. Orang yang bekerja bersama-sama untuk mencapai hasil bersama, mengukur waktu menurut aktivitas bersama mereka. Artulasi dari peristiwa seperti juga waktu, mula-mula diarahkan kepada tujuan bersama itu. Tetapi kerahasiaan pribadi memisahkan pengalaman individu tertentu dari komunitas,dan inti pengalaman individu menjadi terpisah dari dunia luar. Sebagai akibatnya, inti waktunya terpisah dari waktu komunitas. Perlu di ingat bahwa evolusi yang tidak proporsional menciptakan individualisasi dan pengalaman ditunjukkan ke dalm diri sendiri. Oleh karena adanya kerahasiaan yang bersifat pribadi dan personal,maka keduanya tidak sama dan sederajat. Diskriminasi yang teliti dari pengalaman yang berhubungan erat dengan pemusatan perhatian dan pemikiran terhadap diri sendiri menjadi sumbr dari puisi-puisi yang bersifat subyektif dan menjdi sumber sunyektivisme pada umumnya.
Bahaya privasi yang berlebih-lebihan ialah bahwa dalam keadaan demikian dapat mendorong kearah terbelahnya kepribadian. Dunua kesadaran terdalam dari privasi dan dunia aktifitas bersama, kehilangan hubungannya dan karena itu orang lalu hidup dalam dua dunia yang saling terpisah. Kretschmer dan shelddon menyatakan bahwa gejala penyakit jiwa dalm bentuk kesukaan mengasingkan diri (schizofrenia) ini sebagai salah satu ciri dari aliran psikoanalisa mereka.
Privasi tentu saja juga mempunyai makna produktif bagi kultur, jika ia tidak menampilkan isolasi absolut tetapi hanya suatu isolasi sebagian. Aspek privasi yang bermanfaat ini telah di selidiki oleh pemimpin suatu gerakan keagamaan. Hasilnya ternyata bahwa biara bagi rahip-rahip merupakan suatu alat untuk menciptakan kondisi eksternal tiruan yang dapat memelihara difasi mereka. Mereka yang hidup dalam biara demikian biasanya adalah orang yang suka `menyendiri`. Peraturan dikalangan biara ini mengandung anjuran untuk menghindarkan setiap kontak eksternal. Biara dan peraturannya itu membantu menciptakan kesamaan bidang pengalaman bersama yang bersifat tiruan. Tujuan yang sama dilanjutkan oleh peraturan biara yang berhubungan dengan pekerjaan pada waktu senggang. Didalam biaralah kita dapat menemukan suatu perasaan keagamaan subyektif yang murni. Perasaan seperti itu merupakan salah satu bentuk awal dari individualisasi yang dibantu perkembangannya oleh privasi.







BAB V
INDIVIDUALISASI

Kerahasiaan pribadi (privasi) hanyalah satu bentuk individualisasi. Banyak jenis kekuatan sosial yang membantu perkembangan individualisasi, yang dimaksud individualisasi ialah proses sosial yang cenderung menyebabkan individu kurang lebih terlepas dari kelompoknya dan yang menciptakan di dalam dirinya suatu kesadaran diri sendiri mengenai miliknya diri sendiri.
Dalam menganalisa bagaimana proses individualisasi berlangsung, maka dua kesalahan konsepsi perlu dikoreksi terlebih dahulu. Pertama, bahwa individualisasi ialah proses yang semata-mata dibantu oleh individu itu sendiri. Ini didasarkan atas asumsi bahwa seseorang membebaskan atau kurang bebas sama sekali dari pengaruh kelompoknya, hanya dengan menggunakan kualitas mental. Kekeliuruan konsepsi kedua didasarkan atas asumsi bahwa individualisasi terutama adalah proses mental atau spiritual yang tersebar melalui ide-ide umum dari satu periode waktu atau tempat tertentu. Jika ahli sejarah misalnya berbicara mengenai Renaisan maka mereka mengumpulkan kalimat-kalimat yang membuktikan bahwa suatu penilaian baru terhadap individualitas telah muncul pada waktu tertentu dan kemudian menunjukkan bahwa ide itu swcara berturut-turut diterima oleh kelompok lain dan oleh individu lain. Upaya sosiolog tidak hanya sekedar mempelajari bahwa ide demikian itu ada pada waktu tertentu tetapi berupaya pula menemukan bagaimana ide itu timbul. Kita dapat bertanya kepada diri kita sendiri,kekuatan-kekuatan sosial apa saja yang menimbulkannya di dalam lingkungan yang lebih sempit dan perangkat pengaruh sosial yang bagaimana yang mempersiapkan kelompok manusia yang lebih besar menerina ide-ide itu. Ide itu biasanya hanyalah merupakan ekspresi mental belaka dari proses individualisasi,yang dasar-dasarnya telah dipersiapkan oleh perubahan sosial yang cenderung mengarahkannya. Di tengah-tengah jaringan sosial baru yang demikian itu diungkapkan ide-ide yang memperkuat dan yang secara meyakinkan membentuk situasi baru tetapi ide-ide itu sendiri tidak menciptakannya ketika saya mengatakan bahwa di setiap situasi sosial terdapat seperangkat kekuatan sosial, di dalam situasi mana individualisasi cenderung bekerja,saya menyadari bahwa periode waktu tertentu seperti Renaisan atau periode Rasionalisme abad ke 18 dan liberalisme abak ke 19 membantu kelangsungan proses individualisasi sedemikian besarnya dibandingkan dengan periode sejarah lainnya.
Untuk menghindarkan kebingungan terhadap berbagai jenis individualisasi,maka saya akan memulai dengan menjelaskan perbedaan bentuknya dan mencoba menemukan kekuatan sosial yang spesifik yang menunjang masing-masing bentuk tersebut.
Saya membedakan empat aspek utama individualisasi,masing-masing sebenarnya masih dapat dipecah lagi menjadi beberapa sub-aspek.
1.      Individualisasi sebagai proses menjadi berbeda dari orang lain.
2.      Individualisasi pada tingkat bentuk baru dari penghormatan terhadap sikap sendiri: baik melalui kesadaran terhadap ke unukan dan kekhasan kepribadian orang lain maupun melalui jenis penilaian baru terhadap diri sendiri atau pengaturan diri sendiri.
3.      Individualisasi dari keinginan-keinginan,yakni mengindividualisasikan hubungan dengan obyek.,
4.      Individualisasi sebagai sejenis perenungan ke dalam diri kita sendiri, yakni sejenis pemusatan perhatian dan pemikiran terhadap diri sendiri (intriversi) yang secara tak langsung menyatakan penerimaan pengalaman yang kita miliki sendiri dan meningkatkan kekuatan individualisasi di sekitar dan di dalam diri kita sendiri. Ini juga dapat dijelaskan sebagai tindakan tidak menyingkapkan dimensi yang terdalam dari kehidupan seseorang.

Dengan demikian,keempat aspek utama individualisasi itu adalah : menjadi berbeda ; munculnya jenis penilaian baru terhadap kekhasan kepribadian diri sendiri ; individualisasi melalui obyek; dan pemasukan kekuatan individualisasi. Keempatnya merupakan fenomena yang berbeda.

1.      PROSES MENJADI BERBEDA.
Perbedaan eksternal dari tipe dan individual menyebabkan terbentunya kelompok baru dimana ciri-ciri baru ini biasanya di ungkapkan. Munculnya kelompok baru ini dipercepat oleh adanya pembagian kerja dan dan pembagian fungsi. Pembagian fungsi ini menyebabkan perkembangnya ciri-ciri profesional. Kelompok baru serupa itu sedikit banyak memungkinkan individualitas dalam keanggotaannya menurut intensitas dan volume organisasi dan peraturan internal. Bahkan misalnya perbedaan antara tenaga kerja ahli dan tenaga kerja pelaksna dalam suatu pabrik. Tenaga kerja ahli bekerja dengan ketrampilan teknik dan dengan peralatan tersendiri sehingga dengan demikian menjadi lebij individualis. Dalam pabrik ada kecenderungan pengaturan kerja secara impersonal. Faktor sosial berikutnya yang menimbulkan tipe diferensiasi eksternal dan tipe individual adalah akibat dari keterbatasan kontak,karena orang yang dalam keadaan demikian itu akhirnya terhalang untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi yang berubah.
Dalam masyarakat cina kuno, tindakan orang dalam keseluruhan hubungannya telah ditetapkan secara pasti oleh ajaran konghucu. Dalam kehidupan rumah tangga misalnya, peraturan  tingkah laku seorang anak terhadap bapaknya atau si isteri terhadap suaminya, atau seorang adik terhadap kakak laki-lakinya, telah ditetapkan dengan pasti. Aturan tingkah laku ini terang mempengaruhi kesempatan-kesempatan yang terbuka bagi anggota kelompok, dan dalam kenyataan kehidupan yang sesungguhnya dari anggota kelompok. Sebaliknya, demokratisasi dalam pengertian yang seluas-luasnya di bidang politik, ekonomi dan pedagogik berperan sangat kuat dalam mengarahkan terciptanya tindakan yang spontan dan tindakan yang tidak tradisional. Kompetisi secara bebas juga mendorong individu menyesuaikan dirinya sendiri terhadap situasi khususnya sendiri, untuk mengambil inisiatif dan tidak menunggu perintah atau tidak lebih senang diperintah. Khususnya unit sosial yang kecil, jika diorganisir menurut cara-cara demokratis dapat mendorong pertumbuhan kepribadian. Unit sosial yang kecil seperti itu terdapat di wilayah Swiserlan bagian tengah, dalam komune merdeka abad pertengahan dan dalam sekte-sekte keagamaan. Hal yang serupa juga terdapat pada kelompok-kelompok pendidikan yang terorganisir secara demokratis seperti universitas di abad pertengahan memudahkan upaya secara individual dan upaya pengambilan keputusan.
Satu contoh yang nyata dari kulit luar suatu situasi yang tidak berpola terlihat dalam kasus pionir atau pedagang yang bertualang meninggalkan kampung halaman mereka dengan tujuan menaklukan daerah baru, atau untuk menciptakan pasar baru, atau sama seperti pemuda atau pemudi yang melepaskan diri mereka dari perlindungan keluarga mereka untuk mencari sumber penghidupan di tempat baru. Tetapi kompetisi di dalam kehidupan kelompok mendorong setiap orang untuk bertindak menurut kepentingan individualnya dan untuk mengintegrasikan kembali situasi dirinya sendiri.
Perkembangan prises individualisasi selanjutnya dibantu oleh peningkatan mobilitas sosial,terutama oleh mobilitas sosial vertikal yang memungkinkan seseorang tampil pada skala sosial sebagai individu,dan tidak hanya sebagai seorang anggota belaka dari kelompoknya. Di dalam situasi demikian itu adalah perlu bagi keberhasilannya untuk membebaskan dirinya sendiri dari prasangka kelompoknya,meskipun mungkin kemudian ia menyesuaikan diri juga dengan prasangka kelompok lain. Mobilitas horizontal terlihat misalnya dalam pengembaran individu, yang secara tak langsung menyatakan keperluannya untuk membuang sudut pandangan kelompok kecilnya yang sudah usang. Bagaimana, dalam kasus ini terdapat kemungkinan baginya untuk mengenali sama sekali dirinya sendiri melalui kelompok baru dan melalui cara ini ia di paksa untuk menemukan pandangannya sendiri secara bebas. Jika seseorang menggabungkan diri dengan kelompok oposisi, maka orang itu akan kehilangan pandangannya yang asli dan mencoba mempelajari dan menerima pandangan orang lain.
Situasi seseorang sebagai `orang asing`, apakah secara relatif atau secara mutlak mempunyai pengaruh individualisasi yang serupa. Contoh keterasingan secara relatif demikian adalah anak kecil yang diterlantarkan keluarganya atau pemimpin golongan minoritas di dalam suatu kehidupan kelompok,sedangkan contoh ketersaingan secara absolut adalah orang yang diusir atau dibuang dari lingkungan kelompoknya dan orang asing yang tidak berasimilasi. Awal dari kehidupan Hitler, lenin, dan T rotsky atau stalin memperlihatkan sejumlah situasi outsider demikian itu.
Situasi sosial terakhir yang diperlihatkan dalam kaitannya dengan individualisasi sebagai suatu`proses menjadi berbeda` adalah melarikan diri dari kontrol sosial satu kelompok kepada kontrol sosial kelompok yang lain. Dalam setiap kelompok terdapat perbedaan sesuatu yang disumbangkan yang dipelajari oleh orang yang sama,seperti halnya orang yang berbeda membentuk jenis kelompok yang berbeda,keluarga,teman sepermainan,klub,universitas,dan sebagainya. Dengan demikian lingkungan kontak yang diperluas itu dapat memberikan anekaragam pengalaman yang makin luas pula sehingga individualisasi dapat berkembang dengan fleksibelitas yang lebih besar.

2.      INDIVIDUALISASI (PENGHORMATAN TERHADAP SIKAP SENDIRI)

Dilihat dari satu segi,kepribadian individualistis terdiri dari semakin sadar terdapat kekhasan karakter kita sendiri dan munculnya jenis penilaian baru terhadap diri sendiri. Dengan demikian, pengorganisasian terhadap diri sendiri berlangsung sebagai bentuk kemunculan penilaian terhadap diri sendiri. Contoh proses ini dapat ditemukan dalam sejarah di mana pemujaan terhadap kepribadian yang kuat menciptakan suatu tipe individualisasi tertentu. Prakondisi proses ini adalah suatu diferensiasi yang ketat dan pengambilan jarak oleh elite pemimpin, pengorganisasian kelompok sedemikian rupa sehingga menyediakan kesempatan bagi sekumpulan orang tertentu untuk menjadi lalim (despotic);adanya lingkungan pergaulan istana yang tak terjangkau oleh penilaian publik  di mana sang penguasa lalim itu dapat berilusi sebagai seorang yang `maha kuasa`. Ini adalah prakondisi untuk terciptanya seorang penguasa yang kejam dan lalim yang biasa disebut dengan satu kata `tirani` yang bersandar kepada kekuatan pisik dan paksaan spiritual (biasanya berdasarkan sikap yang mengira ia memiliki sejenis kekuatan gaib) bersama dengan kekuatan yang berasal dari pemilikan tanah, uang dan harta kekayaan lainnya serta prestise dan kemegahan.
Proses serupa terlihat dalam bentuk yang lebih moderat dan dalam lingkungan pergaulan yang lebih sempit,jika seorang anak menjadi tirani dari suatu keluarga. Dalam kasus di atas terlihat adanya impuls kecintaan terhadap diri sendiri pada si tiran atau pada si despot itu, dan ini terima oleh kelompoknya.
Perasaan mengenai keunikan kehidupan seseorang dan karakter yang dimilikinya, dapat ditemukan pada asal mula pemujaan terhadap otobiografi: pemujaan ini berkembang di penghujung periode kekaisaran Romawi yang berhubungan erat dengan timbulnya suatu perasaan bahwa kehidupan dan karakter seseorang adalah unik. Namun asal mula perasaan demikian ditemukan juga di permulaan kehancuran despotisme di dunia Timur. Di permulaan tingkat perkembangan individualisasi ini, penilaian terhadap diri sendiri dibangun dengan membiarkan orang lain menjadi mangsa ketakutan dan hormat kepada kita sendiri. Contoh kemegahan diri sendiri serupa itu dapat ditemukan dalam riwayat Assurbanipal (885-860 SM) yang menyatakan ; `Aku adalah raja`.`Aku adalah Tuhan`.`Aku adalah yang maha agung`.`Aku adalah yang terbesar ,yang terkuat`. `Aku adalah yang termasyhur`. `Aku adalah pangeran,bangsawan,panglima perang`. `Aku adalah seekor singa.......`Aku adalah wakil Tuhan`. `Aku adalah senjata yang tak terkalahkan,yang membuat bumi musuh menjadi puing`. `Aku menangkap mereka hidup-hidup, dan menenggelamkan mereka`. `Aku mencat gunung dengan darah mereka`. `Aku menguliti mereka dan menutupi dinding istanaku dengan kulit mereka`. `Aku mendirikan pilar istanaku dengan batok kepala mereka. Dan diantara pilar-pilar itu aku menggantungi kepala mereka dengan tanaman anggur.....`Aku menyiapkan gambar klosal tokoh-tokoh keluarga kerajaanku dan menggoreskan kemauanku dan keagunganku padanya...sinar wajahku terpancar pada puing-puing. Dalam melayani kemarahanku,aku menemukan kepuasanku`.
Melalui periode terakhir kekaisaran Romawi dan melalui otobiografi filosof Stoa serta melalui pernyataan lainnya,kita dapat menunjukkan situasi sosial yang menyokong bertambah kuatnya perasaan keunikan diri sendiri itu. Kita dapat menunjukkan kelemahan organisasi masyarakat yang besar dan keadaan yang kacau dari kekaisaran,dan sehubungan dengan itu kita dapat pula menunjukkan kemungkinan bagi individu untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi dalam skala sosial. Kelemahan organisasi yang besar ialah bahwa kekuatan mengikat normanya hampir hilang sama sekali. Kita melihat di sini pembubaran cita-cita yang terkandung di dalam negara-negara kota Yunani (prolis) yang kecil-kecil itu.

3.      INDIVIDUALISASI KEINGINAN MELALUI OBYEK
Dalam membangun petunjuk arah dan keteguhan perasaan terhadap obyek dan terhadap orang lain (apa yang oleh ahli psikoanalisasi disebut penetapan libido atau kathexes) sikap tradisional dan daya tahan kelompok primer adalah menentukan. Petani dan kaum ningrat yang menguasai tanah pertanian,lebih terarah dan lebih teguh keimanannya dari pada tipe orang kaya kota yang mudah bergerak (mobile). Kalangan petani dan ningrat pemilik tanah, mencoba menetapkan jenis keinginan yang akan dipenuhinya sejauh ia ingin membeli suatu barang tertentu tetapi ingin menyelang-nyelingi ke mungkinan dalam keterbatasan kemampuan yang ada padanya. Jarak pilihannya mungkin lebih luas dan pilihannya yang sebenarnya beraneka ragam. Berbagai faktor meningkatkan keinginannya secara individual dan yang mendadak seperti faktor kekayaan,yang menciptakan kemungkinan yang bervariasi atau yang menciptakan proses produksi dan distribusi moderen yang mendorong kompetisi individual dan orang yang pertama tampil membawa ide-ide baru. Bagaimanapun juga, industri raksasa yang merangsang para pembeli melalui iklan misalnya juga berusaha untuk menyeragamkan pilihan konsumen. Di samping itu terdapat mobilitas sosial baik horizontal seperti migrasi maupun secara vertikal seperti bergerak ke bawah dan ke atas skala sosial, yang cenderung mengikat individu kepada keinginan-keinginan khusus .
Ada beberapa keinginan yang dimiliki orang. Kita dapat menyederhanakannya menjadi dua macam. Pertama sikap untuk memilih obyek tunggal dengan penetapan libido yang pasti. Kedua, penetapan libido terhadap obyek yang abstrak, seperti uang dan persamaan derajat. Selanjutnya terdapat dua jenis sikap yang menginginkan untuk menyeimbangkan dalam hubungannya dengan pemilikan; pertama berusaha sekuat tenaga untuk memiliki suatu obyek tertentu yang pasti, dan kedua berusaha keras untukn keras untuk memiliki berbagai macam obyek. Dalam kasus terakhir ini libido yang dipastikan terhadap sesuatu obyek,dalam ukuran tertentu adalah dialihkan dari obyek itu kepada pilihan itu sendiri. Contoh libido yang dipastikan terhadap obyek tertentu ialah berupa kesukaan seseorang petani terhadap pipa rokok kesayangannya atau terhadap piring kesayangannya pada waktu makan atau terhadap pemandangan alam di sekitar tempat ia mondar-mandir dan bermukim. Dalam keseluruhan kasus di atas petani secara pribadi berhubungan erat dengan barang-barang yang dimilikinya itu atau dengan situasi personalnya. Dalam kasus yang kedua,dimana libido ditetapkan tidak begitu banyak terhadap obyek tetapi lebih banyak terhadap pilihan itu sendiri, contohnya dapat diketengahkan tentang sikap orang yang selalu mengikuti mode, sikap orang liberal atau sikap orang yang individualis dalam masyarakat yang bercorak kompetitif. Tetapi orang yang bersikap liberal dan anarkis juga dapat memiliki keinginan-keinginan yang terikat kepada obyek khusus atau kepada orang tertentu.
Penetapan libido individu yang keras terbentuk oleh keluarga kecil. Contohnya libido terhadap tokoh ibu atau tokoh ayah adalah lebih besar dalam tipe keluarga tertentu daripada dalam tipe keluarga yang lain. Dalam kelompok keluarga primitif, setiap anak mempunyai beberapa orang ibu sekaligus karena dalam kelompok keluarga demikian seluruh ibu-ibu yang setingkat usianya dipanggil ibu oleh semua anak-anak mereka. Dalam keluarga kecil monogami, kepastiannya lebih besar dan disitu terlihat kasih sayang yang sedemikian mendalam dari seorang ibu, dan dalam keluarga yang beranak tunggal lebih mencolok lagi dibandingkan dengan keluarga yang beranak,katakan lah sepuluh orang misalnya.
Salah satu sumber utama libido individual yang mempengaruhi ide tentang keunikan perseorangan dan cinta yang lebih ideal dapat ditemukan di sini. Cinta yang romantis hanya dapat di terangkan dalam kaitannya dengan kesukaan memusatkan perhatian kepada diri sendiri yang dikenal sebagai `introversi`.

4.      INDIVIDUALISASI SEBAGAI INTROVERSAL
Melalui pengetahuan tentang individualisasi,dapat diketahui kepribadian yang mendalam,yang disebut; introyeksi. Tingkatnya dapat ditelusuri. Tingkat merenggang, menjadi terpencil yang ditandai oleh kenyataan bahwa individu mengundurkan kekuatan libidonya ke dalam dirinya sendiri. Gejala seperti ini sering ditemukan dalam kehidupan kota besar di mana dirasakan kurangnya keeratan hubungan persahabatan dan keramahtamahan dan kebingungan yang disebabkan karena pada umumnya komunitas kehilangan kekuatan ekspresifnya, karena misalnya bentuk-bentuk pemujaan dan upacara kehilangan makna kebersamaannya dan makna perseorangannya. Hilangnya jarak aktivitas karena demikian sibuknya,keterbatasan kemungkinan untuk membagi ekspresi emosional, kesemuanya itu memberikan andil terhadap merenggangnya hubungan, introspeksi dan pengarahan perhatian ke dalam diri sendiri (indwardness) dan memberikan andil terhadap sublimasi energi menuju kepada suatu kesukaan memikirkan diri sendiri daripada memikirkan orang lain (introversion). Proses ini, yang berkombinasi dengan munculnya kecintaan terhadap diri sendiri,memungkinkan terbentuknya cinta romantis.
Kemudian berkembanglah suatu penerimaan terhadap privasi dan isolasi sebagian sebagai suatu cara untuk melarikan dari kontrol eksternal,sama halnya dengan bentuk lain dari individualisasi berhubungan erat dengan introversi. Pengutamaan introversi adalah salah satu bentuk individualisasi sejenis introversi ini. Selain dari itu, dalam keadaan terjadinya mobilitas sosial dan kultural, ketika dengan tiba-tiba diperlukan penilaian kembali yang lebih dalam,maka suasana batin yang introspektif demikian itu biasanya muncuk terutama di kalangan orang yang  banyak mempunyai waktu terluang untuk bersenang-senang yang dikombinasikan dengan privasi. Perkembangan harmonis keseluruhan kepribadian adalah bentuk individualisasi yang di senangi orang demikian itu, yang memandang barang sesuatu tidak secara spesifik tetapi sebagai yang memperlihatkan keseragaman dan kesatuan pengalaman sekaligus. Bagi orang demikian itu, jarak sosial dari bidang pekerjaan dan perjuangan sosial mengakibatkan berkurangnya ketundukan terhadap kekuasaan atau menyelesaikan fakta-fakta eksternal. Seniman-seniman besar zaman Renaisan,sastrawan dan ilmuwan abad ke 17 dan ke 18 dan beberapa orang ahli pikir inggris abad ke 20 memperlihatkan sikap serupa itu.

D. INDIVIDUALISASI DAN SOSIALISASI
      Di mana kesadaran terhadap diri sendiri adalah dominan maka di situ selalu terdapat pengutamaan baik terhadap diri sendiri maupun pengutamaan diri kita sendiri terhadap diri orang lain. Jika kita berbicara tentang seseorang yang suka mementingkan diri sendiri atau yang memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri, maka kita berfikir mengenai dia sebagai orang yang kurang mampu melihat barang sesuatu dalam hubungannya dengan sudut pandang orang lain. Orang serupa itu belum secara keseluruhannya melewati fase awal dari kesadaran sosial di dalam mana kita melihat barang sesuatu hanya dalam hubungannya dengan kita. Sebagai contoh,anak yang tak mempunyai saudara kandung laki-laki atau perempuan, sering sekali menjadi orang yang suka memusatkan perhatian kepada diri sendiri (self centred). Orang yang demikian itu belum cukup di sosialisasikan. Dengan sosialisasi kita maksudkan sebagai proses yang berlawanan dengan individualisasi. Sosialisasi ialah proses pengembangan diri sendiri. Pengembangan diri sendiri ini mengikuti garis tertentu yang dapat disebut sebagai jalan sosial menuju pengembangan diri sendiri.
Para sosiolig telah menunjukkan tentang adanya berbagai bentuk pengembangan diri dengan istilah simbolis seperti berikut:
1.      Spheric-self. Yakni orang yang tak mau bekerjasama, terutama tak mau cocok dengan orang yang dekat hubungannya dengannya.orang yang dijauhi oleh orang yang memiliki aspek kepribadian seperti itu justru adalah orang yang sering memperhatikannya karena mereka sering melihatnya,sebagai contoh,tetangganya dan pengasuhnya semasa kecil. Tetapi buku-buku bacaan,perjalananya,kehidupan orang besar,dan stratifikasi sosial dapat merentangkan radius aktivitas perseorangan dan dengan demikian tak menguntungkan bagi pengembangan kepribadian yang tak mau bekerjasama ini.
2.      Linier-self. Yakni kepribadiaan yang tetap sejalan dengan garis keluarga. Kepribadian ini mendorong seseorang untuk banyak berkorban agar tidak mencemarkan nama baik nenek monyangnya atau untuk tidak menjadi halang-perintang bagi anak cucunya. Di sini perasaan kekeluargaan menjadi saingan bagi perasaan sosial yang lebih luas.
3.      Flat-self. Muncul jika perasaan sosial hanya terbatas pada orang yang berasal dari setrata sosial tertentu di mana ia menjadi salah seorang yang termasuk kedalamnya. Sosialisasi horisontal demikian ini melemahkan rintangan perasaan iri yang muncul di kalangan kehidupan bertentangan,jemaah dan di bidang wewenang, tetapi sebaliknya menciptakan perasaan iri yang baru lainnya. Sementara permusuhan dalam komunitas dapat menghindarkan kerusuhan dengan jalan saling menghilangkannya satu sama lain, maka pemusuhan antara kelas sosial tak dapat menghindarkan kontak-kontak sosial dan dengan demikian tak dapat melenyapkan pergeseran-pergeseran atau friksi  antara kelas sosial itu.
4.      Vein-self. Dalam kota-kota besar demokratis, persaudaraan dan persahabatan cenderung mengikuti garis pekerjaan. Contohnya,wartawan surat kabar saling mengenal satu sama lain dan saling bertemu muka dengan sebagian besar wartawan surat kabar yang lain. Kenyataan bahwa mereka saling berkompetisi, dikalahkan oleh adanya kepentingan bersama yang terdapat pada mereka semuanya. Mereka yang tidak memcintai panggilan dirinya sendiri dan mempunyai profesi yang terlalu banyak dapat mengikuti suatu garis non-profesional dari kepentingan pribadinya.
5.      Star-self. Pengenbangan kepribadian,dalam beberapa hal akan mendapat simpati dari berbagai jenis orang menurut lapisan yang berbeda.jadi akan timbul kepribadian teladan (star self) yang memancar ke berbagai bidang. Contohnya dapat ditunjukkan pada kepribadian Goethe, Albert Schweitzer, dan Betran Rusell.

Diperensiasi fungsional dan kompleksitas kehidupan masyarakat kota, mendorong pengembangan kepribadian teladan ini. Sejumlah besar persoalan yang memerlukan kerjasama (team work) terutama didasarkan atas harga yang harus dibayar terhadap spheric-self tersebit di atas. 
Adalah menjadi tugas sosiolog dan para pendidik di masa mendatang untuk meneliti situasi sosial yang mana yang dapat membantu perkembangan dan perluasan kepribadian yang sesuai dengan tuntutan kerjasama ini dan berbagai kelemahan sosial lainnya.
Bagaimana juga, adalah penting ditekankan di sini bahwa pengertian-pengertian di atas hendaknya jangan dihypothesakan sebagai kepribadian yang tepisah satu sama lain. Kelima pengertian di atas mempunyai keterbatasan penggunaannya secara praktis bagi sosiolog. Pertanyaan mendasar yang dapat timbul adalah: bagaimanakah sifat dasar kepribadian yang telah mendapatkan sumbangan pengaruh dari proses individualisasi dan proses sosialisasi itu






BAB VI
E. KOMPETISI DAN MONOPOLI

Salah satu kekuatan sosial terpenting ialah kompetisi. Kita dapaat mengklasifikasikan kekuatan sosial menjadi dua kelompok. Pertama, kekuatan sosial yang mendorong perkembangan kerjasama, dan kedua kekuatan yang memaksa orang untuk bertidak bertentangan dan beroposisi satu sama lain. Kekuatan sosial utama yang mendorong orang untuk bertindak bertentangan satu sama lain adalah perjuangan. Prjuangan dapat dirumuskan sebagai antar hubungan sosial di mana kita ingin memaksa orang lain atau kelompok lain dengan kekuatan, agar supaya bertindak menurt kemauan kita.  Melalui perjuangan ini, perlawanan dari orang lain itu diatasi. Kompetisi, sebaliknya dapat dianggap sebagai sejenis perjuangan secara damai. Dengan demikian, dapat dirumuskan sebagai suatu upaya secara damao dari beberapa individu atau kelompok untuk mendapatakan barang sesuatu yang sama.
Kompetisi, seperti perjuangan, adalah suatu kategori universal dari kehidupan. Dalam biologi kita berbicara tentang : perjuangan untuk mempertahankan hidup dan ini adalah kategori universal dari kehidupan sosial. Banyak orang yang percaya bahwa kompetisi adalah suatu fenomena ekonomi murni, yang terutama dilambangkan oleh barter. Namun tak ada yang lebih keliru daripada pemberian arti yang terbatas seperti itu terhadap istilah kompetisi. prinsip kompetisi ialah samaa-sama bekerja ketika sejenis perlombaan terjadi, tujuan bersama bagi setiap orang yang berkompetisi adalah mencoba untuk mencapai tujuan paling dahulu daripada orang lain. Tetapi adalah juga kompetisi, jika dua sekolah yang berbeda mencoba menyelesaikan problema ilmiah yang sama,atau juka dua orang laki-laki ingin merebut hati dan mengawini wanita yang sama. Ini penting untuk diperhatikan bahea semua barang-barang yang berbeda itu kepunyaan bersama, dan kompetisi bekerja dalam keseluruhan bidang itu. Kompetisi ekonomi termasuk ke dalam lapangan yang sama dan dalam hubungan ini sekali lagi menjadi jelas bahwa ilmu ekonomi berhubungan erat dengan sosiologi.
Melihat riwayat ide kompetisi, adalah menarik dicatat bahwa prinsip kompetisi mula-mula diselidiki dalam ilmu ekonomi, baru kemudian dialihkan ke bidang biologi. Adam smith dan para penganut aliran physiocrat lainnya adalah orang yang mula-mula melakukan analisa sistematis tentang kompetisi. Menurut mereka, kemerdekaan dan kompetisi adalah elemen yang diperlukan dalam mencpai keselarasan kepentingan. Malthus dalam karyanya Essay on the principle of population (1798) menyatakan suatu pandangan yang mengecilkan hati tentang adanya suatu kecenderungan umum bahwa pertambahan jumlah penduduk berlangsung menurut deret ukur sedangkan pertambahan produksi bahan makanan hanya menurut deret hitung. Charles Darwin adalah orang yang mula-mula mengalihkan ide tentang kompetisi kehidupan biologi di tahun 1859. Ia menganggap kehidupan makhluk hidup sebagai suatu perjuangan untuk memepertahankan hidup dan sampai kepada suatu kesimpulan bahwa perjuangan ini mendorong organisme secara individual untuk menyesuaikan dirinya terhadap situasi khususnya sendiri. Jadi Darwin yang dipengaruhi oleh esei Malthus, mengembangkan prinsip mengenai seleksi alamiah melalui perjuangan mempertahankan hidup.

Hendaknya jangan dilupakan bahwa esei Malthus itu adalah suatu reaksi yang pesimis melawan optimisme teori sosial yang diajukan oleh Godwin dan Condoret yang mempercayai tentang kesempurnaan yang tak ada akhirnya dan persamaan alamiah umat manusia.
1.      FUNGSI KOMPETISI
Kita membedakan antara kompetisi  perseorangan dan kompetisi antar kelompok. Walaupun kompetisi didorong oleh tujuan-tujuan perseorangan tetapi kompetisi itu melaksanakan fungsi sosial dari seleksi, terutama dalam menetapkan satu tempat untuk setiap orang di dalam sistem sosial. Alternatif utama bagi kompetisi sebagai suatu cara untuk menetapkan tempat bagi masing-masing individu di dalam sistem sosial adalah sebagai berikut;
a)         Penetapan status sosial melalui warisan turun menurun
b)        Penetapan prinsip senioritas
c)         Penetapan ukuran kemampuan melalui bentuk-bentuk testing yang bertingkat.

Masyarakat yang merencanakan dan seluruh masyarakat lainnya yang ingin menimalkan kompetisi, boleh memilih diantara alternatif di atas.
Sejumlah aktivitas yang berhubungan dengan proses seleksi dalam setiap masyarakat adalah suatu indek dari kompetisi. Di dalam masyarakat yang statis, di mana biasanya anak-anak mengikuti pekerjaan orangtuanya; di mana posisi tertentu dipertahankan pleh segelintir kasta,  dimana sistem memilih melalui suatu proses pemilihan tidak dikenal, maka orang hanya mengorbankan sedikit tenaga untuk menemukan suatu tempat di dalam sistem sosial demikian. Intensitas kompetisi berbeda-beda, sesuai dengan tingkat kemerdekaan perseorangan, sesuai dengan tingkat perubahan sosial, dan berkebalikan dengan sifat badan-badan selektif.
Semakin bebas individu dalam memilih tingkat upah yang lebih baik, atau semakin jarang orang mengalami diskriminasi rasial, keagamaan atau diskriminasi kelas, maka semakin tinggi tingkat kemajuan umum yang dicapai oleh masyarakat yang bersangkutan.
Perubahan sosial membuaka kesempatan baru banyak orang, yang dalam keadaan yang lain orang mungkin harus meyakinkan dirinya sendiri bahwa mereka ditentukan untuk selama-lamanya. Contoh menarik dari proses ini ialah pengaruh peningkatan industri mobil di Amerika Serikat, yang mana selama 25 tahun menyerap tenaga kerja sejuta orang dan sangat sedikit di antara mereka yang mewariskan pekerjaan mereka kepada anak mereka. Makin baik badan-badan selektif makin ekonomis dan makin tepat penyaringan terhadap orang-orang yang berkompetisi.
2.      AKIBAT KOMPETISI
Setiap orang yang berkompetisi akan mencoba menyesuaikan diri mereka sendiri sebaik mungkin dengan kondisi khusus mereka sendiri agar supaya menjadikannya sebagai orang yang terbaik, dan individualisasi adalah suatu produk dari penyesuaian diri ini, di mana mentalitas perseorangan dari seorang individu mencerminkan struktur dari situasi dan kekhasan dari orang yang berkompetisi itu. Kompetisi mempertinggi keanekaragaman kepandaian, kekenyalan dan mobilitas individu yang terlibat di dalamnya. Kompetisi dalam sebagian besar kasus, berhubungan erat dengan mobilitas. Hanya jika saya dapat maju menuju kemungkinan mencapai prestasi terbaiklah maka kompetisi mampu mengembangkan potensi sosial saya. Bagaimana pun juga, kompetisi individual adalah suatu perantara yang cenderung memecah solidaritas kelompok.
Pasar adalah tempat di mana kompetisi mula-mula timbul,mula-mula terdapat di kawasan perbatasan suku, yakni ditempat mana komunikasi antar suku berlangsung. Pandangan yang timbul di dalam situasi marjinal ini kemudian menerobos ke tengah-tengah masyarakat dan dengan demikian dimulailah transformasi ke arah situasi masyarakat yang serakah.
Secara psikologis,kompetisi cenderung menciptakan perasaan inferior. Ini adalah konsekuensi dari cara-cara melalui mana kompetisi itu berlangsung. Di sini dibedakan dua jenis perasaan inferior yang bersumber pada kompetisi. Pertama, perasaan inferior yang menyebabkan individu menjadi aktif,yang memaksanya untuk menyesuaikan dirinya sendiri dengan cara yang lebih baik terhadap situasinya. Perasaan seperti ini menciptakan insentif baru dan mendorong untuk menghormati kepribadian orang lain. Perasaan inferior kedua, ialah yang melumpuhkan kekuatan individu dan memaksanya untuk menerima saja perasaan inferiornya itu. Jenis pertama adalah potensial dan aktual dan dalam kebanyakan kasus di sebabkan karena kompetisi yang benar-benar bebas. Sedangkan jenis perasaan inferior kedua, terutama dibantu perkembangannya oleh tingkahlaku yang otoriter dari mereka yang mendominasi individu yang berbeda pada posisi yang lemah.
Pertanyaan yang timbul di sini adalah seperti berikut: siapakah saingan kompetisi anda? Bagaimana acaranya anda mengkonpensasikan perasaan inferior anda? Apakah kompetisi itu meningkatkan kekuatan anda ataukaah situasi kompetisi demikian itu anda hadapi dengan menarik diri dan lari ke dalam diri sendiri, sehingga anda menjadi seorang pendiam dan pelamun? Apakah kompetisi itu membesarkan hati dan mendorong anda ataukah mengecilkan dan menciutkan hati anda dalam berusaha?
Suatu perasaan inferior yang minimum sering perlu untuk menemukan cara-cara penyesuaian diri yang baru, yang dibutuhkan dalam menghadapi situasi baru. Perasaan inferiorlah yang menciptakan dalam diri individu suatu desakan untuk mengkompensasikan perasaan inferiornya sendiri. Mekanisme ini dapat mengubah penampilan yang buruk menjadi penampilan yang lebih baik di sekolah, di tempat bekerja, dan sebagian. Tetapi sejumlah perasaan inferior yang berlebih-lebihan melumpuhkan aktivitas individu,karena perasaan demikian merusak keseimbangan kepribadiannya dan penilaiannya terhadap dirinya sendiri.
Tentu saja juga ada metode untuk menghilangkan perasaan inferior seseorang. Contohnya, pertama sebagai pengganti pengembangan kemampuan diri kita sendiri, kita mencoba membatasi lawan berkompetisi kita seperti ketika seorang pimpinan menengah dalam suatu birokrasi memilih para asistennya dari kalangan orang yang tidak berbakat, dan dengan demikian menimbulkan kemungkina untuk menguasai perasaan inferior itu. Atau kedua, dengan mencemarkan ide-ide atau nama baik orang lain yang berkompetisi dengan kita. Menurut cara ini, kebencian, iri hati, dan dendam kesumat di lawan dengan kepahlawanan, dengan kekesatriaan. Atau ketika prestasi kita sedang meningkat,kelompok lain yang kurang berefektif mungkin mencoba menghasut orang lain untuk memusuhi kita yang lebih efisien dan yang lebih berhasil. Contohnya kasus demikian ini dapat ditunjukkan ketika para bangsawan pemilik tanah mencoba menciptakan perasaan permusuhan melawan pengusaha industri yang banyak menghasilkan uang. Pencarian `kambing hitam` juga bukan suatu hal yang taklazim dilakukan orang; kegagalan yang bersumber sebenarnya pada kelemahan kita sendiri, kita lemparkan kesalahannya kepada orang lain sebagai biang keladinya.

3.      KETERBATASAN METODE KOMPETISI
Sepanjang kompetisi bekerja menurut cara-cara yang konstruktif,maka ia akan memaksa individu untuk meningkatkan usaha perseorangannya dan mendorongnya untuk berprestasi semaksimal mungkin. Karena kompetisi berperan sangat efektif,maka sebagai akibatnya dimungkinkan untuk memilih yang terbaik dri segi tipe manusianya yang paling menonjol dan dari segi penampilannya yang terbaik dalam pekerjaan. Tetapi ada suatu kemungkinan bahwa prinsip kompetisi yang sama,justru dapat menghasilkan akibat-akibat yang berlawanan,dan menjadi alat dari cara-cara pemilihan yang bersifat negatif. Karena itu kompetisi secara bebas harus selalu disertai dengan peraturan yang mengikat dan standar yang di terima secara umum. Di sini, fenomena perlakuan yang wajar terhadap semua orang (disebut: fair-play ) termasuk ke dalam nya.
Perlakuan yang wajar terhadap semua orang berarti bahwa baik dalam keseluruhan masyarakat atau sekurang-kurangnya dalam salah satu stratanya, suatu kontrol sosial tertentu berlaku dalam bentuk suatu standar tinhkahlaku yang mempengaruhi mentalitas individu yang berkompetisi itu. Kejujuran seperti itu dapat dimasukkan ke dalam situasi kompetisi di sekolah, di dalam dunia usaha, dan di dalam bidang perjuangan politik. Kelompok harus menerima sekurang-kurangnya harus ditegur oleh beberapa orang anggotanya,dan pemimpin harus pula menerima suatu standar sosial yang menentukan, yang menjamin kewajaran dan kejujuran terlaksana di kalansgan orang yang berkompetisi. C.H. Cooley adalah orang yang pertama yang menyadari arti penting prinsip fair-play ini.





BAB VII
MANUSIA, SAINS, DAN SENI
A.    HAKIKAT DAN MAKN SAINS, TEKNOLOGI, DAN SENI BAGI MANUSIA
            Selama perjalanan sejarah, umat manusia sudah berhasil menciptakan berbagai ragam kebudayaan. Berbagai macam atau ragam kebudayaan, tersaebut hanya meliputi tujuh buah kebudayaan. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut merupakan unsur-unsur pokok yang selalu Vada pada pokok kebudayaan. masyarakat yang ada dibelahan dunia ini. Menurut Kluchkhon sebagaimana dikutip Koenjaraningrat (1996), bahwa ketujuh unsur pokok kebudayaan tersebut meliputi peralatan hidup (teknologi), sistem mata pencaharian hidup (ekonomi), sistem kemasyarakatan (organisasi sosial), sistem bahasa, kesenian (seni), sistem pengetahua ( ilmu pengetahuan/sains), serta sistem kepercayaan (religi).
            Ketujuh unsur budaya tersebut merupakan unsur-unsur budaya pokok yang pasti ada atau kita ketemukan apabila kita meneliti atau mempelajari setiap kehidupan masyarakat mana pun di dunia ini. Karena ada pada setiap kehidupan masyarakat didunia, maka ketujuh unsur pokok dari kebudayaan yang ada di dunia itu sering kali dikatakan sebagai unsur – unsur budaya yang bersifat universal, atau unsur-unsur kebudayaan universal.
            Ilmu pengetahuan (sains), peralatan hidup (teknologi), serta kesenian (seni), atau yang disingkat Ipteks, termasuk bagian dari unsur-unsur pokok dari kebudayaan universal tersebut. Maka dapat dipastikan Ipteks akan kita jumpai pada setiap kehidupan masyarakat manusia dimana pun berada, baik yang telah maju, sedang berkembang, sampai pada masyarakat yang masih sangat rendah tingkat peradabannya. Bahkan, pada kehidupan masyarakat purba atau pada zaman prasejarah sekalipun, ketujuh unsur-unsur budaya universal tersebu telah ada, termasuk Ipteks, meskipun tentunya pada tingkatan yang sangat sederhana atau primitif sekali.
            Salah satu bukti bahwa pada zaman purba telah muncul ketujuh unsur-unsur budaya universal  adalah pada zaman itu manusia telah mengenal adanya peralatan hidup atau teknologi berupa alat-alat sederhana yang terbuat dari batu maupan dari tulang yang diginakan untuk mencari makanan (berburu, meramu makanan, atau bercocok tanam secara sederhana atau berladang). Kemudian, pada saat itu manusia purba juga telah mengenal adanya sistem kepercayaan yang sekaligus menunjukkan adanya nilai seni serta sistem mata pencaharian hidup manusia purba, yakni sebagaimana terpotret pada gambar gambar mistis berupa lukisan telapak tanganserta lukisan babi rusa yang terkena panah pada bagian perutnya, yang ditemukan di gua-gua tempat tinggal mereka. Pad zaman purba, ternyata juga telah dikenal adanya sistem pengetahuan dalam pelayaran yang menggunakan sandaran pengetahuan pada perbintangan.
            Demikianlah pada masa-masa sesudahnya, pelan tetapi pasti Ipteks terus berkembang semakin maju sejalan dengan kemajuan penalaran yang telah dicapai oleh umat manusia. Bahkan, kini Ipteks yang pada awal perkembangannya berasal dari embrio filsafat, sekarang pertumbuhannya telah bercabang-cabang menjadi puluhan, bahkan ratusan disiplin ilmu ataupun teknologi yang masing-masing memiliki karakteristik serta dasar keilmiahannya sendiri-sendiri.
            Salah satu fungsi utama ilmu pengetahuan dan teknologi adalah untuk sarana bagi kehidupan manusia, yakni untuk membantu manusia agar aktivitas kehidupannya menjadi lebih mudah, lancar, efisien, dan efektif,sehingga kehidupannya menjadi lebih bermakna dan produktif. Oleh karena itu, khususnya dalam ilmu antropologi, istilah atau pengertian ilmu pengetahuan sering dipakai untuk merujuk pada keterkaitan antar manusia, lingkungan, dan kebudayaan. Hal ini dikarenakan dalam berinteraksi menghadapi lingkungannya, manusia mau tidak mau pasti akan berusaha menggunakan sarana-sarana berupa pengetahuan yang dimiliki serta menciptakan peralatan hidup untuk membantu kehidupannya. Dengan demikian, Iptek bagi manusia selalu berkaitan dengan usaha manusia untuk menciptakan taraf kehidupannya yang lebih baik.
            Dalam definisi lain (terutama berdasarkan kajian filsafat ilmu) istilah Iptek (ilmu,pengetahuan, dan teknologi) juga sering dibedakan secara terpisah atau sendiri-sendiri, karena masing-masing dari ketiga istilah itu dianggap memiliki bobot keilmiahan yang berbeda-beda. Menurut pengertian ini, pengetahuan merupakan pengalaman yang bermakna dalam diri tiap orang yang tumbuh sejak ia dilahirkan. Oleh karena itu, manusia yang normal, sekolah atau tidak sekolah, sudah pasti dianggap memiliki pengetahuan. Pengetahuan dapat dikembangkan manusia karena dua hal. Pertama, manusia mempunyai bahasa yang dapat mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, manusia mempunyai kemampuan berpikir menurut suatu alur pikir tertentu yang merupakan kemampuan menalar. Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
            Namun begitu, yang namanya pengetahuan sifatnya acak, dan bagi kita (manusia), pengetahuan tersebut sangat potensial. Hanya saja, dalam kehidupan yang makin berkembang, kompleks, serta penuh tantangan ini, pengetahuan yang sifatnya acak tersebut nilai fungsionalnya tidak sampai mencapai tingkatan yang optimum guna menghadapi tantangan serta memecahkan masalah yang makin rumit. Oleh karena itu, pengetahuan yang sifatnya acak tadi perlu ditingkatkan derajat atau bobot keilmiahannya sehingga berubah menjadi ilmu. Dengan demikian, pengetahuan yang bersifat acak serta terbuka itu dengan melalui proses yang cukup anjang, dapat diorganisasikan dan disusun menjadi bidang bidang seperti filsafat, humaniora, serta ilmu.
            Selanjutnya dalam kaitannya dengan ilmu. Ilmu itu sendiri secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua buah golongan besar, yakni ilmu eksak dan noneksak, atau ilmu pengetahuan alam (IPA ) serta ilmu pengetahuan sosial (IPS ). Jika dilihat dari ciri-cirinya serta dibandingkan dengan pengetahuan yang acak dan terbuka lainnya, terletak pada adanya unsur sistematika, obkek kajian, ruang lingkup kajian, serta metode yang diterapkan serta dikembangkannya. Jadi, ilmu sesungguhnya merupakan pengetahuan yang sudah mencapai taraf tertentu yang telah memenuhi sistematika, memiliki objek kajian, dan metode pembahasan akan kajian tersebut.
            Ilmu dapat diartikan sebagai pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, dimana pengetahuan tersebut selalu dapat dikontrol oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya. Berpijak dari pengertian ini, maka ilmu memiliki kandungan unsur-unsur pokok sebagai berikut.
1.                  Berisi pengetahuan (knowledge)
2.                  Tersusun secara sistematis.
3.                  Menggunakan penalaran.
4.                  Dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain.
           
Ilmu pengetahuan bersifat fungsional dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dengan pengetahuan, maka pemanfaatan benda, alat, senjata, dan hewan, menjadi lebh mudah serta terarah guna mencapai hasil atau apa yang diinginkannya. Apalagi setelah pengetahuan itu tersusun menjadi sebuah ilmu (ilmu pengetahuan), maka fungsi dan penerapannya dalam rangka memanfaatkan sebuah benda, alat, senjata, atau hewan tadi akan menjadi lebih baik lagi.
            Sementara itu, lebih khusus lagi jika pengetahuan dan ilmu pengetahuan tadi diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka untuk menampilkan sesuatu, maka akan menghasilkan kemampuan apa yang kemudian disebut teknologi. Oleh karena itu, sebagaimana dikatakan Brown (1980), bahwa teknologi pada hakikatnya merupakan penerapan pengetahuan oleh manusia guna mengerjakan suatu tugas yang dikehendakinya. Dengan kata lain, teknologi pada hakikatnya merupakan penerapan praktis pengetahuan untuk mengerjakan sesuatu yang kita inginkan. Pengertian senada juga pernah ditegaskan oleh Marwah Daud Ibrahim, yang menyatakan bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya adalah suatu jawaban sistematis atas kata atau pertanyaan “mengapa”, sedangkan teknologi adalah jawaban praktis dari pertanyaan “bagaimana”. Selanjutnya, dengan teknologi itu orang lalu dapat memanfaatkan gejala alam, bahkan bisa mengubahnya.
            Sebenarnya masih banyak lagi definisi lain yang dibuat oleh para ahli tentang ilmu, teknologi, serta seni yang dibuat oleh para ahli. Berbagai defenisi itu telah diberikan oleh para filsuf, ilmuwan serta budayawan, yang mana masing masing seolah membuat defensi sesuai dengan apa yang mereka kehendaki. Misalnya saja yang paling sederhana mengatakan bahwa sains atau ilmu pengetahuan yang sistematis. Sedangkan pengertian yang lebih luas dikatakan bahwa yang disebut sainsadalah himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui suatu proses pengkajian dan dapat diterima secara rasio. Jadi, dalam pengertian yang lebih luas ini sains dikatakanya sebagai suatu himpunan rasionalitas kolektif insani. Seacara etimologis, kata sains sendiri berasala dari bahasa Latin, yaitu scire, yang berarti mengetahui atau belajar. Sedangkan sebagaimana sudah kita pahami bersama bahwa kata sains sendiri dalam pengertian atau terjemahan bahasa Indonesia berarti ilmu pengetahuan.
            Sebagaimana juga pernah disinggung sebelumnya, jika dilihat dari segi filsafat ilmu antara pengetahuan dan sains adalah berbeda (memilki makna berbeda). Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh manusia melalui tangkapan panca indera, intuisi, serta firasat, sedangkan ilmu pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistemisasi, serta diinterprestasikan sehingga menghasilkan kebenaran yang objektif, sudah teruji kebenarannya, serta dapat diulang secara imiah. Dalam sudut  pandang filsafat imu, istilah sains juga telah dipahami oleh masyarakat Indonesia menjadi suatu istilah baku, yaitu ilmu pengetahuan.
            Lalu, timbul pertanyaan kapanatu bilamana kira-kira suatu pngetahuan itu dapat dikategorikan sebagai suatu ilmu (sains/ilmu pengetahuan). Dalam kajian filasafat ilmu, suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu apabila memenuhi tiga kriteria pokok sebagai berikut.
1.                  Adanya aspek ontologis, artinya bidang studi yang bersangkutan telah memiliki objek studi/kajian yang jelas. Dalam hal ini, bahwa yang nama nya objek suatu studi itu haruslah yang jelas, artinya dapat diindentifikasikan, dapat diberi batasan, serta dapat diuraikan sifat nya yang esensial. Objek studi suatu ilmu itu sendiri terdapat dua macam, yaitu objek material serta objek formal.
2.                  Adanya aspek epistemologi, yang artinya bahwa bidang studi yang bersangkutan telah memiliki metode kerja yang lebih jelas. Dalam hal ini terdapat tiga metode kerja suatu bidang studi, yaitu deduksi, induksi, serta eduksi.
3.                  Adanya aspek aksiologi, yang artinya bahwa bidang studi yang bersangkutan memiliki nilai guna. Misalnya, bidang studi tersebut dapat menunjukkan adanya nilai teoritis, hukum, generalisasi, kecenderungan umum, konsep, serta kesimpulan yang logis, sistematis, dan koheren. Selain itu, bahwa dalam teori serta konsep tersebut tidak menunjukkan adanya kerancuan, perentangan kontradiktif diantara satu sama lainnya.

Dalam filsafat ilmu, setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Oleh karena itu, ada seseorang yang hanya mendalami bidang ilmu tertentu dalam masyarakat, yang kemudian disebut sebagai spesialis, dan ada pula seseorang yang banyak tahu dalam bidang ilmu, namun tidak sampai mendalam, atau yang kemudian disebut generalis. Namun, karena keterbatasan manusia maka sangat jarang ditemukan adanya seseorang dalam masyarakat yang menguasai beberapa ilmu secara mendalam.
Setelah kita mengetahui tentang pengertian sains (ilmu pengetahuan) dan teknologi, kemudian perbedaan serta hubungannya masing-masing, lalu muncul pertanyaan lagi, yaitu bagaimana hubungannya dengan seni dalam kehidupan manusia ? Nah, untuk dapat menjawab pertanyaan ini, berikut akan kita uraikan sedikit tentang bagaimana keterkaitan di antara unsur-unsur Ipteks itu dalam kaitannya dengan kehidupan manusia di alam semesta ini.
Dalam pemikiran Barat, sains emiliki tiga karakteristik pokok, yaitu bersifat obyektif, netral, serta bebas nilai. Karakteristik sebuah ilmu pengetahuan bersifat obyektif dan netral itu sudah jelas, namun apakah benar bahwa sains itu juga harus bebas nilai ? tampaknya disinilah permulaan yang akan kita bahas didalam menghubungkan antara pengetahuan, sains, teknologi, serta seni dalam kehidupan manusia. Menurut sebagian ahli, bahwa sekalipun diakui berpijak dari sistem nilai, namun sains tetap bebas dari pertimbangan-pertimbangan nilai. Akan tetapi, mereka mengakui bahwa sains tetap berpijak pada sistem nilai. Karena dalam pandangan mereka, hubungan langsug diantara fakta dan bukan fakta, sedangkan pertimbangan-pertimbangan nilai menurut mereka bukanlah wewenang dari sains. Namun perlu juga diketahui bahwa fakta itu sangat tergantung pada sains, dan tergantung pula pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para ilmuwan sendiri, karena memang dialah yang menentukan fakta mana saja yang lebih relevan dan apa saja yang dapat dikatakan sebagai fakta ilmiah.
Jadi, dalam pengertian tersebut bahwa fakta itu jelas sangat tergantung pada jiwa seseorang dalam memilih pertanyaan yang diformulasikan dan yang tergabung dalam aksioma serta pemilihan aksioma tadi. Jadi, bukanlah pilihan pertanyaan dan aksioma terlepas dari pilihan serta pertimbangan nilai nilai ? meskipun memang benar dikatakan bahwa nilai itu tidak akan bisa langsung keluar dari fakta, namun sebuah fakta hanya akan menjadi relevan dan signifikan apabila melalui sebuah sistem niali. Karena disini yang dikatakan fakta hanya akan timbul karena daya sains yang bersifat objektif dan tanpa pamrih.
            Sedangkan pada sisi lainnya, dikatakan bahwa meskipun teori pada sains juga dibangun diatas fakta, tetapi laporan tentang fakta itu sendiri juga tidak luput dari interprestasi. Oleh karena itu, dikatakan bahwa sains terbentuk karena adanya pertemuan dua orde pengalaman, yakni orde observasi dan orde konsepsional. Orde observasi didasarkan pada hasil observasi fakta, sedangkan orde konsepsi didasarkan pada hasil pemahaman manusia mengenai alam semesta, karena itu sifatnya menjadi sangat subjektif. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa sains, tidak bisa bebas dari nilai-nilai. Jadi, sesuai dengan sifat sains itu sendiri yang kebenaranya bersifat tidak mutlak.
            Sedangkan berbicara masalah teknologi, dimana istilah teknologi itu sendiri sebenarnya sudah mengandung pengertian sains dan teknik atau engineering, sebab produk teknologi tidaklah mungkin ada tanpa didasari adanya sains. Sementara itu, dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari sains. Walaupun pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik objektif dan netral, namun dalam kenyataannya teknologi tidak bisa netral seluruhnya karena memerlukan juga sentuhan estetika yang bersifat objektif.
            Pada titik ini kita berbicara tentang seni. Seni berasal dari bahasa Latin, yaitu ars yang berarti kemahiran. Secara etimologis, seni (art) diformulasikan sebagai suatu kemahiran dalam membuat barang atau mengerjakan sesuatu. Pengertian seni merupakan kebalikan dari alam, yaitu sebagai hasil campur tangan (sentuhan) manusia. Seni merupakan pengolahan budi manusia secara tekun untuk mengubah suatu benda bagi kepentingan rohani dan jasmani manusia. Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang yang hasil ekspresi tersebut berkembang menjadi bagian dari budaya manusia. Seni dan keindahan yang tercipta merupakan dua sisi yang tidak bisa dipisahkan. Dengan seni, cipta dan karya manusia, termasuk teknologi, di dalamnya mendapat sentuhan keindahan atau estetika.
          Dari uraian di atas, seni diartikan sebagai kegiatan manusia (human activity), yaitu proses kegiatan manusia dalam menciptakan benda-benda yang bernilai estetik. Jadi, dengan sentuhan seni, teknologi sebagai  hasil karya ilmu pengetahuan manusia tidak sekadar menjadi alat, tetapi juga bernilai indah. Contohnya, pesawat terbang sebagai karya teknologi tidak hanya berkembaang dari sisi kualitas, kemampuan mesin, dan ketahanannya, tetapi juga berkembang semakin estetik, baik dalam hal bangunan bodi, model, interior pesawat, warna, dan sebagainya. Selain itu, seni juga berarti hasil karya seni itu sendiri. Pesawat adalah teknologi hasil karya dan juga hasil seni dari manusia.
          Ilmu pengetahuan merupakan usaha manusia untuk memahami gejala dan fakta alam, lalu melestarikan pengetahuan tersebut secara konsepsional dan sistematis. Sedangkan teknologi adalah usaha manusia untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan itu untuk kepentingan dan kesejahteraan. Karena hubungan tersebut, maka perkembangan ilmu pengetahuan selalu terkait dengan perkembangan teknologi, demikiann pula sebaliknya.
          Sains dan teknologi saling membutuhkan, karena sains tanpa teknologi bagaikan pohon tak berakar (science without technology has no fruit, technology without science has no root). Sains hanya mampu mengajarkan fakta dan nonfakta pada manusia, ia tidak mampu mengajarkan apa yang harus atau tidak boleh dilakukan oleh manusia. Jadi, fungsi sains di sini hanyalah mengoordinasikan semua pengalaman manusia dan menempatkannya ke dalam suatu sistem yang logis, sedangkan fungsi seni sebagai pemberi persepsi mengenai suatu keberaturan dalam hidup dengan menempatkan suatu keberaturan padanya. Tujuan sains dan teknologi adalah untuk memudahkan manusia dalam menjalani kehidupannya. Sedangkan seni memberi sentuhan estetik sebagai hasil budaya yang indah dari manusia.

B.                 DAMPAK PENYALAHGUNAAN  IPTEKS PADA KEHIDUPAN

            Manusia dengan potensi akalnya, telah diberi kebebasan untuk memilih dan mengembangkan mana yang benar dan mana yang salah. Sedangkan dengan potensinya pula manusia dapat menggali dan mengembangkan rahasia alam semesta ini sehingga lahirlah apa yang kemudian disebut sains, teknologi, dan seni (disingkat Ipteks). Pada saat ini, perkembangan Ipteks sudah  sedemikian pesatnya, bahkan telah berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan manusia, dan pengaruh  tersebut menyangkut pola pikir, pola kerja, pola hidup, maupun tingkah lakunya. Semestinya, semakin tinggi penguasaan  terhadap Ipteks, harusnya manusia semakin kritis dalam berpikir, semakin disiplin dalam bekerja, dan semakin efisien dalam bertindak. Akan tetapi, pada kenyatannya kebanyakan manusia justru semakin merasa dibuai dengan semua fasilitas dan produk yang dihasilkan oleh Ipteks tersebut.
 
            Dalam kehidupan modern, hampir tidak ada orang yang hidup tanpa menggunakan jasa Iptek. Semakin tinggi orang yang menggunakan jasa Iptek, semakin tinggi pula tingkat ketergantungannya kepada alat-alat tersebut. Dampak langsung dari kemajuan Iptek adalah kemudahan-kemudahan dalam beraktivitas. Memang Iptek diciptakan dengan tujuan untuk memberikan berbagai kemudahan dan memperingan beban pekerjaan manusia yang tadinya sangat melelahkan menjadi ringan. Namun, dampak negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, dapat mengakibatkan masyarakat semakin terbuai, karena mereka hampir tidak sadar bahwa ternyata dirinya telah berada dalam situasi pola hidup konsumtif, hedonistik, dan materialistik.

            Perkembangan Iptek yang demikian pesat mampu menciptakan perubahan-perubahan yang berpengaruh langsung pada kehidupan masyarakat, khususnya dalam elemen-elemen  sebagai berikut.
1.                  Perubahan di bidang intelektual; masyarakat meninggalkan kebiasaan lama atau kepercayaan tradisional, mereka mulai mengambil kebiasaan serta kepercayaan baru, setidaknya mereka telah melakukan reaktualisasi.
2.                  Perubahan dalam organisasi sosial yang mengarah pada kehidupan politik.
3.                  Perubahan dan benturan-benturan terhadap tata nilai dan tata lingkungannya.
4.                  Perubahan di bidanng industri dan kemampuan  di medan perang.
            Keempat persoalan di atas kini secara langsung telah menyentuh sendi-sendi kehidupan manusia yang menuntut keterlibatan  semua pihak, yang pada akhirnya ikut menentukan pula kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi ini.
            Dalam pemikiran teologis, ada suatu pernyataan yang seolah-olah tabu untuk dipersoalkan, yaitu “Kapan kira-kira kiamat itu akan terjadi?”. Di sini jawabannya sangat normatif, yaitu hanya Tuhanlah yang tahu karena Dia-lah yang menentukan kapan kiamat itu akan tiba. Sedangkan dalam pemikiran saintifik, pertanyaan semacam itu ternyata bisa dikembangkan, yaitu bahwa kiamat akan terjaadi apabila alam semesta ini sudah kehilangan keseimbangannya, dan yang menjaga keseimbangan alam itu adalah salah satu tugas manusia. Jadi, apabila pengembangan Iptek (oleh manusia) sampai tidak memedulikan keseimbangan dan kelestarian (yang juga menjadi salah satu tugas manusia), maka kiamat akan segera tiba. Dengan demikian, peristiwa kiamat dalam pandangan saintifik sangat tergantung pada ulah manusia, yakni sejauh mana manusia di muka bumi ini dapat menjaga dan melestarikan alam ini. Oleh karena itulah, menjadi tugas manusia sebagai makhluk yang telah diangkat oleh Tuhan menjadi khalifah di muka bumi ini untuk menjaga kelestarian alam ini  dengan memanfaatkan serta menerapkan hasil karya Ipteks dengan cara yang tepat.
            Seperti sudah menjadi hukum alam, di samping ada sisi positif juga muncul sisi negatif dari kemajuan Iptek. Selain yang sudah disebutkandi atas, contoh dampak negatif Ipteks di antaranya adalah perlombaan senjata nuklir, pelanggaran norma kesusilaan, kriminalitas, penurunan kesehatan, dan pencemaran lingkungan hidup.
            Adanya sisi positif dan negatif dari Ipteks maka sering dikatakan bahwa kemajuan Ipteks bermata dua atau bersifat dilematis. Di satu sisi, Iptek secara positif telah mendatangkan rahmat, dalam arti dapat meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Oleh karena itu, ada pihak yang menyatakan bahwa Iptek menjadi “tulang punggung kesejahteraan”. Namun di sisi lain, seperti dapat kita amati dalam kehidupan, penerapan dan pemanfaatan Ipteks itu juga telah membawa dampak negatif atau membawa laknat dalam bentuk munculnya masalah lingkungan, seperti pencemaran, kekeringan, banjir, tanah longsor, dan kenaikan susu udara global. Oleh karena itu, kita sebagai umat manusia tentunya harus penuh kewaspadaan dan kehati-hatian dalam menerapkan dan memanfaatkan Iptek, yakni yang sesuai dengan asas-asas keserasian, keseimbangan, maupun kelestarian. Dengan demikian, kehidupan di bumi ini akan tetap berjalan secara seimbang dan lestari.
            Bukan hanya sampai disitu, pada saat ini perkembangan Iptek juga telah merambah ke bidang teknologi informasi dan komunikasi. Sebagaimana kita dengar atau lihat di berbagai media massa, semenjak runtuhnya komunisme dan dilanjutkan dengan munculnya keterbukaan, dunia seakan dilanda arus informasi dan globalisasi. Akibat kemajuan di bidang teknologi informasi yang ditandai dengan munculnya berbagai media komunikasi canggih, seperti pesawat telepon, komputer, faksimili, internet, dan lain-lain, maka arus informasi semakin cepat, dan akibat lebih lanjutnya ialah dunia seakan-akan menjadi semakin transparan (terbuka) dan sempit. Akan tetapi, pemanfaatan dan penerapan teknologi di bidang informasi dan komunikasi juga mengandung suatu dilema atau bermata dua, yakni rahmat dan laknat. Di bidang komunikasi, rahmat Iptek dapat Anda amati dan hayati, yang bukan hanya telah mengglobal, melainkan juga telah mengangkasa luar. Bahkan, satelit komunikasi juga semakin memacu derasnya informasi. Derasnya arus informasi ini sebagaimana dilakukan stasiun-stasiun televisi yang telah memanfaatkan berbagai penyiaran globalnya melalui satelit-satelit komunikasi tersebut.
            Sedangkan dampak negatif yang membawa laknat juga telah mengglobal. Berbagai pencemaran yang berpengaruh terhadap kesehatan fisik biologis dan mental psikologis pun telah mengglobal. Dampak negatif dari perkembangan kemajuan serta penerapan Iptek yang telah menghasilkan berbagai ketimpangan itu oleh Alvin Toffler (1976) disebut sebagai guncangan hari esok (future shock), yang tidak saja telah menimbulkan guncangan fisik (physical shock), melainkan juga guncangan kejiwaan (psychological shock). Sekarang cobalah Anda lihat dan amati sendiri, bagaimana telah mengglobalnya berbagai penyakit yang timbul di masyarakat pada saat ini. Mulai dari ketegangan urat sraf, darah tinggi, sadisme, kriminalitas, mabuk, teler,dan sebagainya, adalah berbagai macam penyakit ataupun gangguan-gangguan fisik-biologis maupun mental-psikologis, yang tidak hanya terjadi di negara-negara tertentu saja, melainkan juga telah meluas ke berbagai negara di penjuru dunia. Dalam kaitan ini, maka perkembangan kemajuan Iptek di bidang komunikasi dan informasi itulah yang dianggap menjadi salah satu sarana penyebarannya. Di sinilah kiranya letak tuntutan bagi dunia pendidikan pada khususnya, serta masyarakat dan pemerintah pada umumnya, bagaimana caranya menciptakan kiat-kiat khusus guna mengatasi dampak negatif Iptek terhadap guncangan fisik serta psikologis tadi.

C.                PROBLEMATIKA PEMANFAATAN IPTEKS DI INDONESIA
            Ipteks dimanfaatkan oleh manusia terutama dalam memudahkan pemenuhan kebutuhan hidup. Contoh sederhana adalah dengan dikembangkannya sarana transportasi, manusia bisa bergerak dan melakukan mobilisasi dengan cepat. Kemajuan yang dicapai manusia melalui Ipteks telah memberikan dampak positif dalam hidupnya. Ipteks memberi rahmat dalam arti memicu kemajuan dan kesejahteraan. Namun demikian, pemanfaatan Ipteks oleh manusia dapat pula berdampak buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia itu sendiri. Gejala negatif  itu sebagai akibat dari penyalahgunaan dalam hal pemanfaatannya, berlebihan dalam penggunaannya, ataupun tidak mempunyai manusia dalam mengendalikan kekuatan teknologi itu sendirii.
            Pengembangan ilmu pengetahuan berjalan aktif di segala bidang, yaitu kesehatan, pertaniian, ilmu ekonomi, ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam, dan sebagainya. Akan tetapi, jika diamati lebih teliti ada empat bidang ilmu pengetahuan dan teknologi strategis yang akan menentukan masa depan dunia, yaitu material, energi, mikroelektronik, dan bioteknologi (Rahardi Ramelan, 2004). Dari bidang-bidang tersebut menghasilkan pula empat macam teknologi, yaitu teknologi bahan, teknologi energi, teknologi mikroelektronika, dan teknologi hayati.
            Teknologi bahan adalah teknologi yang memanfaatkan material, terutama logam seperti besi dan baja untuk pemenuhan kebutuhan manusia yang menggunakan bahan material tersebut. Dewasa ini, inovasi penciptaan material baru terus berkembang dan tidak lagi mengandalkan logam atau komponen baku yang sudah dibentuk alam (konvensional). Berbagai komposisi baru atau pemurnian dilakukan untuk memanfaatkan material organik dan anorganik sebagai structural material, tool material, atau electronic/electromagnetic materials. Pembentukan material komposit yang semula hanya menggunakan jenis-jenis  polimer sebagai serat penguat/matriks juga digunakan pada struktur pesawat terbang, printed circuit board, dan lain-lainnya, telah berkembang dan akan terus berkembang dengan menggunakan bahan-bahan serat lainnya, seperti kaca/gelas, karbon, logam, ataupun keramik.
            Teknologi energi adalah teknologi dengan memanfaatkan sumber-sumber energi. Sumber energi konvensional di dunia adalah minyak, gas alam, batu bara, tenaga air,geothermal, dan kayu. Sumber dan teknologi modern sudah mulai dikembangkan, termasuk tenaga nuklir, gambut, tenaga surya, gelombang laut, tenaga panas laut, angin, dan sebagainya.
            Teknologi mikroelektronika atau yang berkembang sekarang ini sebagai teknologi informasiatau informatika. Teknologi informasi ialah teknologi yang digunakan untuk menyimpan, menghasilkan, mengolah, dan menyebarluaskan informasi. Informasi yang dimaksud mencakup numerik, seperti angka, audio, teks, dan citra seperti gambar dan sandi. Teknologi informasi merupakan salah satu jenis teknologi yang dikembangkan dari ilmu-ilmu dasar, seperti matematika, fisika, dan sebagainya. Pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi ini menghasilkan ciptaan baru berupa komputer, internet, rekayasa perangkat lunak (program), termasuk kecerdasan buatan. Perkembangan teknologi informasi atau dengan istilah lain teknologi telematika mendapat perhatian luar biasa dari banyak negara, termasuk Indonesia. Perkembangan teknologi informasi ini diyakini menjadi  faktor penting munculnya globalisasi.
            Teknologi hayati atau bioteknologi adaalah teknologi yang berusaha secara sistematis menggunakan  serta mengarahkan sistem atau komune biologis, terutama organisme kecil, untuk menghasilkan barang atau jasa secara efisien. Untuk memengaruhi dan mengarahkan itu, kini digunakan berbagai teknik dan alat yang dikembangkan di cabang-cabang ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya, seperti mikrobiologi, bioengineering, gentic engineering, dan sebagainya.
            Bangsa Indonesia dari dulu sudah menyadari akan pentingnya peranan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pembangunan. Faktor yang paling menentukan dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah manusia, yaitu para pelaku yang menggeluti bidang penelitian dan pengembangan serta rancang bangun dan perekayasaan. Pembinaan terhadap para pelaku seperti perguruan tinggi dan lembaga penelitian, bahkan pembinaan kemampuan di sektor industri mulai dilakukan. Misalkan dengan dibentuknya berbagai wadah seperti Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Dewan Riset nasional, Dewan Standarisasi Nasional, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.
            Di era sekarang ini, perhatian terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tampak pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009, khususnya pada bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Disadari oleh bangsa Indonesia bahwa pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) pada hakikatnya ditujukan untuk meningkatkan  kesejahteraan masyarakat dalam rangka membangun peradaban manusia. Sejalan dengan paradigma baru di era globalisasi, yaitu tekno-ekonomi (techno-economy paradigm), teknologi menjadi faktor yang memberikan kontribusi signifikan dalam peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Pembangunan Iptek merupakan  sumber terbentuknya iklim inovasi yang menjadi landasan bagi tumbuhnya kreativitas sumber daya manusia (SDM), yang pada gilirannya dapat menjadi sumber pertumbuhan dan daya saing ekonomi. Selain itu, Iptek menentukan tingkat efektivitas dan efisiensi proses transformasi sumber daya menjadi sumber daya baru yang lebih bernilai. Dengan demikian, peningkatan kemampuan Iptek sangat diperlukan untuk meningkatkan standar kehidupan bangsa dan negara, serta kemandirian dan daya saing bangsa Indonesia di mata dunia.




Namun demikian, masalah yang dihadapi bangsa Indonesia terkait dengan pemanfaatan dan kemampuan Iptek ini dapat didefinisikasi sebagai berikut (RPJMN 2004-2009).
1.                  Rendahnya kemampuan Iptek nasional dalam menghadapi perkembangan global. Hal ini ditunjukkan dengan Indeks Pencapaian Teknologi (IPT) dalam laporan UNDP tahun 2001 menunjukkan tingkat pencapaian teknologi Indonesia masih berada pada urutan ke-60 dari 72 negara.
2.                  Rendahnya kontribusi Iptek nasional di sektor produksi. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh efisiensi dan rendahnya produktivitasnya, serta minimnya kandungan teknologi dalam kegiatan ekspor.
3.                  Belum optimalnya mekanisme intermediasi Iptek yang menjembatani interaksi antara kapasitas penyedia iptek dengan kebutuhan pengguna. Masalah ini dapat terilihat dari belum tertatanya infrastruktur Iptek, antara lain institusi yang mengolah dan menerjemahkan hasil penggembangan Iptek menjadi preskripsi teknologi yang siap pakai untuk difungsikan dalam sisitem produksi.
4.                  Lamahnya sinergi kebijakan Iptek, sehingga kegiatan Iptek belum sanggup memberikan hasil yang signifikan.
5.                  Masih terbatasnya sumber daya Iptek, yang tercermin dari rendahnya kualitas SDM dan kesenjangan pendidikan di bidang Iptek. Rasio tenaga peneliti Indonesia pada tahun 2001 adalah 4,7 peneliti per 10.000 penduduk, jauh lebih kecil dibandingkan Jepang sebesar 70,7.
6.                  Belum berkembangnya budaya Iptek di kalangan masyarakat. Budaya bangsa secara umum masih belum mencerminkan nilai-nilai Iptek yang mempunyai penalaran objektif, rasional, maju, unggul, dan mandiri. Pola pikir masyarakat belum berkembang kea rah yang  lebih suka mencipta daripada sekedar memakai, lebih suka membuat  daripada sekadar membeli, serta lebih suka belajar dan berkreasi daripada sekadar menggunakan teknologi yang ada.
7.                  Belum optimalnya peran Iptek dalam mengatasi degradasi fungsi lingkungan hidup. Kemajuan iptek berakibat pula pada munculnya permasalahan lingkungan. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh belum berkembangnya system menajeman dan teknologi pelestarian fungsi lingkungan hidup.
8.                  Masih lemahnya peran Iptek dalam mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam. Wilayah Indonesia dalam konteks ilmu kebumian global  meruapakan wilayah yang rawan bencana. Banyaknya korban akibat bencana alam merupakan indikator bahwa pembangunan Indonesia belum berwawasan bencana. Kemampuan Iptek nasional belum optimal dalam memberikan antisipasi dan solusi strategis terhadap berbagai permasalahan bencana alam, seperti pemanasan global, anomali iklim, kebakaran hutan, banjir, longsor, gempa bumi, dan tsunami.



BAB VIII
MANUSIA DAN LINGKUNGAN

            Lingkungan (milleu) memiliki hubungan dengan manusia. Lingkungan memengaruhi sikap dan perilaku manusia, demikian pula kehidupan manusia akan memengaruhi lingkungan tempat hidupnya. Hubungan antara lingkungan dan kehidupan manusia sudah diakui para pemikir dan tokoh dunia sejak dahulu.
            Aristoteles mengatakan manusia dipengaruhi oleh aspek goegrafi dan lembaga politik. Montesquieu menyatakan bahwa iklim memengaruhi perilaku iklim memengaruhi perilaku politik dan semangat manusia. Arnold Toynbee menyatakan peradaban manusia akan tumbuh pada lingkungan yang sukar dan penuh tantangan sehingga melahirkan elan vital. Henry Thomas Bucle menyatakan bahwa iklim, tanaman, dan tanah saling berkaitan dalam memengaruhi karakter dan sifat manusia.
            Dari beberapa pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor lingkungan (tanah, iklim, topografi, sumber daya alam) dapat menjadi prakondisi bagi sifat dan perilaku manusia. Lingkungan menjadi salah satu variabel yang memengaruhi kehiduapan manusia. Manusia pun dapat memengaruhi lingkungan demi kemajuan dan kesejahteraan hidupnya.
            Bab ini mengkaji masalah lingkungan hidup dan menusia serta hubungan timbal balik antara keduanya. Uraiannya mencakup: hakikat dan makna lingkungan bagi manusia; kualitas penduduk dan lingkungan terhadap kesejahteraan; problematika lingkungan sosial budaya yang dihadapi masyarakat; dan isu-isu penting persoalan lintas budaya dan bangsa.


A.                HAKIKAT DAN MAKNA LINGKUNGAN BAGI MANUSIA
Manusia hidup pasti mempunyai hubungan dengan lingkungan hidupnya. Pada mulanya, manusia mencoba mengenal lingkungan hidupnya, kemudian barulah manusia berusaha menyesesuaikan dirinya. Lebih dari itu, manusia telah berusaha pula mengubah lingkungan hidupnya demi kebutuhan dan kesejahteraan. Dari sinilah lahir peradaban –istilah Toynbee-senagai akibat dari kemampuan manusia mengatasi lingkungan agar lingkungan mendukung kehidupannya. Misalnya, manusia menciptakan jembatan agar bisa melewati sungai yang membatasinya.
Lingkungan adalah suatu media di mana makhluk hidup tinggal, mencari, dan memiliki karakter seta fungsi yang khas yang mana terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih kompleks dan riil (Elly M.Setiadi,2006). Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya. Menurut Pasal Undang-Undang No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, dinyatakan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Komponen hidup tidak bisa dipisahkan dari ekosistem atau sistem ekologi. Ekosistem adalah satuan kehidupan yang terdiri atas sesuatu komunitas makhluk hidup (dari berbagai jenis) dengan berbagai benda mati yang membentuk suatu sistem. Lingkungan hidup pada dasarnya adalah sistem kehidupan dimana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem. Manusia adalah bagian dari ekosistem.
Komponen lingkungan terdiri dari faktor abiotik (tanah, air, udara,cuaca, suhu) dan faktor biotik (tumbuhan, hewan, dan manusia). Lingkungan bisa terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan. Lingkungan alam adalah keadaan yang diciptakan Tuhan untuk manusia. Lingkungan alam terbentuk karena kejadian alam. Jenis lingkungan alam antara lain air, tanah, pohon, udara, sungai, dan lain-lain. Lingkungan buatan dibuat oleh manusia. Misalnya jembatan, jalan, bangunan rumah, taman kota, dan lain-lain. Ada pula lingkungan alam, tetapi sudah merupakan hasil peradaban manusia. Artinya, lingkungan alam itu sudah mendapat sentuhan tangan manusia. Contohnya, persawahan yang berundak-undak, pegunungan di California AS yang dipahat menjadi beberapa tokoh presiden.
Lingkungan dapat pula berbentuk lingkungan fisik dan nonfisik. Lingkungan alam dan buatan adalah lingkungan fisik. Sedangkan lingkungan nonfisik adalah lingkungan sosial budaya di mana manusia itu berada. Lingkungan sosial adalah wilayah tempat berlangsungnya berbagai kegiatan, yaitu interaksi sosial antara berbagai kelompok beserta pranatanya dengan simbol dan nilai, serta terkait dengan ekosistem (sebagai komponen lingkungan alam) dan tata ruang atau peruntukan ruang (sebagai bagian dari lingkungan binaan/buatan)
Lingkungan amat penting bagi kehidupan manusia. Segala yang ada pada lingkungan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena lingkungan memiliki daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Arti penting lingkungan bagi manusia adalah sebagai berikut.

1.                  Lingkungan merupakan tempat hidup manusia, berada, tumbuh, dan berkembang di          atas bumi sebagai lingkungan.
2.                  Lingkungan memberi sumber-sumber penghidupan manusia.
3.                  Lingkungan memengaruhi sifat, karakter, dan perilaku manusia yang mendiaminya.
4.                  Lingkungan memberi tantangan bagi kemajuan peradaban manusia.
5.                  Manusia memperbaiki, mengubah, bahkan menciptakan lingkungan untuk kebutuhan dan kebahagiaan hidup.
Pentingnya lingkungan hidup ini telah didasari oleh masyarakat internasional. Hal ini tercermin dari adanya Hari Lingkungan Hidup Sedunia, yang selalu diperingati oleh masyarakat, khususnya para pemerhati dan pecinta lingkungan. Hari Lingkungan Hidup Sedunia diperingati setiap tanggal 5 Juni. Peringatan Lingkungan Hidup Sedunia dimaksudkan untuk menggugah kepedulian manusia dan masyarakat pada lingkungan hidup yang cenderung semakin rusak.
Hari Lingkungan Hidup Sedunia pertama kali dicetuskan pada tahun 1972 sebagai rangkaian kegiatan lingkungan dari dua tahun sebelumnya ketika seorang senator Amerika Serikat, Gaylord Nelson menyaksikan betapa kotor dan cemarnya bumi oleh ulah manusia. Selanjutnya, ia mangambil prakarsa bersama dengan LSM untuk mencurahkan satu hari bagi usaha penyelamatan bumi dari kerusakan. Pada tanggal 22 April 1970, Gaylord Nelson memproklamasikan Hari Bumi (Earth Day), sehingga tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Bumi (Earth Day). Secara prinsip, tidak ada perbedaan antara Hari Bumi dan Hari Lingkungan, hanya saja sejarahnya yang berbeda. Hari Bumi diprakarsai oleh masyarakat dan diperingati terutama LSM maupun organisasi yang berorientasi kepada pelestarian lingkungan hidup, sedangkan Hari Lingkungan didasarkan dari Konferensi PBB mengenai lingkungan hidup yang diselenggarakan pada tanggal 5 Juni 1972 di Stockholm, Swedia. Tanggal 5 Juni tersebut ditetapkan sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia.
Bangsa Indonesia memiliki pandangan tentang pentingnya lingkungan hidup bagi manusia. Bahwa lingkungan hidup Indonesia yang dipandang sebagai karunia dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan ruang bagi kehidupan dalam segala aspek dan mantranya yang sesuai dengan Wawasan Nusantara. Oleh karena itu, lingkungan hidup indonesia wajib dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat dan bangsa Indonesia serta makhluk hidup lainnya demi kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup itu sendiri. Pancasila sebagai dasar dan filsafah negara serta sebagai kesatuanyang bulat dan utuh, memberikan keyakinan kepada rakyat dan bangsa Indonesia bahwa kebahagiaan hidup akan tercapai jika didasarkan atas keselarasan, keserasian, dan keseimbangan, baik dalam hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa maupun manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia sebagai pribadi, dalam rangka mencapai kemajuan lahir dan kebahagiaan batin. Antara manusia, masyarakat, dan lingkungan hidup terdapat hubungan timbal balik, yang selalu harus dibina dan dikembangkan agar dapat tetap dalam keselarasan, keserasian, dan keseimbangan yang dinamis.
Berkaitan dengan itu, maka lingkungan hidup perlu dikelola secara baik dan benar demi kemajuan dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Pengelolaan lingkungan hidup Indonesia telah dimuat dalam peraturan perundang-undangan, yaitu Undang-Undang No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.
Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara, asas kelanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dalam rangka pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Warga atau masyarakat dapat berperan serta dalam pengelolaan lingkungan hidup. Kesempatan berperan serta itu dapat dilakukan melalui cara sebagai berikut.
1.                  Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan.
2.                  Menumbuhkan kembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat.
3.                  Menumbuhkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial.
4.                  Memberikan saran dan pendapat.
5.                  Menyampaikan informasi dan/atau menyampaikan laporan.
Dalam implementasinya, para warga yang berperan serta dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup mendapat penghargaan dari negara. Contohnya, para perintis, penyelamat, dan pengabdi lingkungan meraih penghargaan Kalpataru; para walikota dan bupati menerima penghargaan Adipura sebagai kota atau kabupaten terbersih; para kepala sekolah yang meneriam penghargaan Adhiwijaya atas keberhasilannya dalam menjadikan sekolah berbudaya lingkungan.
Di tingkat internasional, ditandai dengan pemberian penghargaan kepada perorangan ataupun kelompok atas sumbangan praktis mereka yang berharga bagi pelestarian lingkungan atau perbaikan lingkungan hidup di tingkat lokal, nasional, dan internasional. Penghargaan ini di beri nama Global 500 yang diprakarsai Program Lingkungan PBB (UNEP=United Nation Environment Program).


B.      KUALITAS LINGKUNGAN DAN PENDUDUK TERHADAP KESEJAHTERAAN

1.       Hubungan Lingkungan dengan Kesejahteraan
            Berdasarkan uraian sebelumya, dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan erat antara lingkungan dengan manusia. Lingkungan memberikan makna atau arti penting bagi manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Lingkungan dapat memberikan sumber kehidupan agar manusia dapat hidup sejahtera. Lingkungan hidup menjadi sumber dan penunjang hidup. Dengan demikian, lingkungan mampu memberikan kesejahteraan dalam hidup manusia.
            Sudah sejak dulu manusia mencari lingkungan yang memiliki daya dukung yang baik bagi kehidupannya. Contohnya, manusia menempati daerah yang memiliki sumber mata air, misalnya menempati daerah sekitar sungai, tepi raw, lereng gunung, dan sebagainya. Kota-kota kuno atau peradaban lama banyak menempati daerah yang dekat dengan sungai, misalnya peradaban kuno di tepi Sungai Nil. Kota-kota besar di Indonesia juga banyak yang berada di tepi pantai atau dekat dengan laut, misalnya jakarta, Surabaya, dan Makassar.
Pada masa sekarang, manusia tetap menginginkan lingkungan sebagai tempat maupun sumber kehidupannya yang dapat mendukung kesejahteraan hidup. Melalui ilmu pengetahuandan teknologi, manusia mengusahakan lingkungan yang sebelumnya tidak memiliki daya dukung serta lingkungan yang tidak dapat untuk hidup (unhabitable) menjadi lingkungan yang memiliki daya dukung yang baik dan bersifat habitable. Contoh sederhana, manusia membangun bendungan, dam, atau waduk guna menampung air. Air tersebut digunakan untuk cadangan jika terjadi kamarau panjang, air bendungan digunakan untuk mengairi sawah-sawah warga. Air juga digunakan sebagai penggerak untuk pembangkit listrik. Daerah-daerah yang sebelumnya gersang, seperti daerah guru di Arab sekarang ini sudah bisa ditanami pepohonan. Manusia membuat saluran khusus untuk menyalurkan air sungai ke wilayah tersebut. Bahkan, dalam waktu tertentu dibuat hujan buatan.
Dewasa ini, manusia dengan kemampuan ilmu pengetahuan yang maju dan teknologi modern dapat mengatasi keterbatasan lingkungan, terutama yang bersifat fisik atau lingkungan alam. Daerah-daerah yang pada masa lalu dianggap tidak mungkin dapat digunakan sebagai tempat hidup, sekarang ini dimungkinkan. Daerak itu sekarang mampu memberi kesejahteraan bagi hidup manusia berkat penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan kualitas hidup manusia melalui penciptaan lingkungan hidup yang mendukungnya.
Manusia mengusahakan agar lingkungan mempunyai daya dukung lingkungan hidup dan daya tampung lingkungan hidup secara baik. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk kedalamnya.
Untuk menciptakan day dukung dan day tampung lingkungan hidup, diperlukan pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalikan lingkungan hidup. Pelestarian lingkungan hidup mencakup pelestarian daya dukung lingkungan hidup dan pelestarian daya tampung lingkungan hidup. Pelestarian daya dukung lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Pelestarian daya tampung lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya.
Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan memiliki tujuan sebagai berikut:
a.       Mencapai kelsestarian hubungan manusia dengan lingkungan hidup sebagai tujuan membangun manusia seutuhnya.
b.      Mengendalikan pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
c.       Mewujudkan manusia sebagai pembina lingkungan hidup.
d.      Melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.
e.       Melindungi negara terhadap dampak kegiatan diluar wilayah Negara yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan.

Hakikat pengelolaan lingkungan hiduop oleh manusia adalah bagaimana manusia melakukan berbagai upaya agar kualitas manusia meningkat sementara kualitas lingkungan juga semakin baik. Lingkungan yang berkualitas pada akhirnya akan memberikan manfaat bagi manusia yaitu meningkatkan kesejahteraan.
Pengelolaan lingkungan yang berhasil akan memberi manfaat atau nilai bagi manusia. Terdapat nilai ekonomi, nilai mental, nilai ilmiah, dan nilai budaya dari lingkungan. Nilai ekonomi, yaitu menambah penghasilan dari hasil alam, menambah devisa, memperluas lapangan kerja, dan lain-lain. Nilai mental , yaitu lingkungan yang bisa menambah rasa estetika, rasa keagungan dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Nilai ilmiah, yaitu lingkungan bisa dijadikan objek penelitian, pengembangan sains, botani, proteksi tanaman, budidaya tanaman. Nilai budaya, adalah bahwa lingkungan yang khas akan memberikan kebanggaan tersendiri bagi warganya. Misalnya, bangga Indonesia dikenal sebagai zamrud khatulistiwa.
Undang-undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mengatur hak, kewajiban, dan peran warga negar perihal pengelolaan ini. Hak,kewajiban dan peran itu sebagai berikut :
a.       Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
b.      Setiap orang mempunyai ha katas informasi yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup. Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c.       Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
d.      Setiap orang yang melakukan usaha atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.
e.       Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup.

2. Hubungan Penduduk dengan Lingkungan dan Kesejahteraan
 Sejak awal, manusia merupakan subjek sekaligus objek dalam perjalanan hidupnya guna mendapatkan kesejahteraan. Manusia membuat, menciptakan, mengerjakan, dan memperbaiki berbagai hal yang ditujukan untuk kepentingan hidupnya. Penduduk pada dasarnya adalah orang-orang yang tinggal disuatu tempat yang secara bersama-sama menyelenggarakan kehidupannya. Penduduk Negara adalah orang orang yang bertempat tinggal disuatu wilayah Negara, tunduk pada kekuasaan politik Negara dan menjalani kehidupannya dibawah tata aturan Negara yang bersangkutan.
            Dinegara, penduduk merupakan salah satu modal dasar pembanguna. Sebagai modal dasar atau asset pembangunan, penduduk tidak hanya sebagai sasaran pembangunan, tetapi juga merupakan pelaku pembanguna. Mereka adalah subjek dan objek dari pembangunan Negara. Pembangunan pada dasarnya dilakukan oleh penduduk Negara dan ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan penduduk yang bersangkutan.
            Hal yang bersangkutan dengan penduduk Negara meliputi :
a.       Aspek kualitas penduduk mencakup tingkat pendidikan, keterampilan, etos kerja, dan kepribadian.
b.      Aspek kuantitas penduduk yang mencakup jumlah penduduk, pertumbuhan, persebaran, perataan, dan perimbangan penduduk ditiap wilayah Negara.
c.       Dewasa ini, kualita penduduk merupakan aspek yang penting bagi kesejahteraan hidup. Kesejahteraan hidup

Dewasa ini, kualitas penduduk merupakan aspek yang penting bagi kesejahteraan hidup. Kesejahteraan hidup penduduk Negara sangat ditentukan oleh kualitas penduduk yang bersangkutan. Kualitas penduduk mencerminkan kualitas insani dan sumber daya tersebut dipengaruhi beberapa factor, antara lain tingkat pendidikan, keterampilan, kesehatan, etos kerja, dan karakter atau kepribadian.
Dari segi lingkungan, masalah pemukiman merupakan masalah penduduk (Soerjani, 1987). Ketika jumlah penduduk kecil dan hidup bersahaja, maka cara hidup dan bermukimnya lingkungan hidup. Namun, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan majunya peradaban, maka cara hidup dan bermukimnya penduduk tidak lagidiserasikan dengan lingkungan. Justru sebaliknya, lingkungan diubah dan dicocokkan dengan cara hidup dan pemukiman manusia.
Lingkungan alam seperti tanah, dirombak untuk menampung berbagai fasilitas kebutuhan manusia. Misalnya perumahan dan fasilitas lain seperti pelayanan kesehatan, perndidikan, hiburan, pasar, jalan, saluran. Air tidak hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari. Air juga untuk pembangkit listrik.Pertumbuhan penduduk akan selalu berkaitan dengan masalah lingkungan hidup. Penduduk dengan segala aktivitasnya akan memberikan dampak terhadap lingkungan. Demikian pula makin meningkatnya upaya pembangunan menyebabkan makin meningkata dampak terhadap lingkungan hidup. Dampak lingkungan hidup adalah pengarauh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha atau kegiatan. Lingkungan hidup bisa berdampak positif dan negative bagi kesejahteraan penduduk.
Perubahan positif akibat kegiatan manusia terhadap lingkungan, misalnya dengan pembangunan jalan-jalan raya yang bisa menghubungkan daerah-daerah yang sebelumnya terisolir. Pembuatan saluran air, taman kota, penghijauan, penanaman turus jalan, pembuatan bendungan, adalah contoh-contoh kegiatan yang menjadikan lingkungan memberi dapak positif bagi manusia. Perubahan yang positif dari lingkungan tersebut tentu saja dapat memberikan keuntungan dan sumber kesejahteraan bagi penduduk.
Perubahan lingkungan sebagai akibat tindakan manusia tidak jarang memberikan dampak negative, yaitu kerusakan lingkungan hidup. Kerusakan lingkungan hidup tidak hanya meniadakan daya dukung lingkungan itu sendiri, tetapi juag memberikan resiko bagi kehidupan manusia. Kerusakan lingkungan hidup merupakan problema besar yang dialami umat manusia sekarang ini.
Beberapa problema lingkungan hidup dewasa ini antara lain :
1.      Pencemaran (polusi) lingkungan, yang mencakup pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah, dan pencemaran suara.
2.      Masalah kehutanan, seperti penggundulan hutan, pembalakan hutan, dan kebakaran hutan.
3.      Erosi dan banjir.
4.      Tanah longsor, kekeringan, dan abrasi pantai.
5.      Menipisnya lapisan ozon dan efek rumah kaca.
6.       Penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang buruk, seperti gatal-gatal, batuk, batuk, infeksi saluran pernapasan, diare, dan tipes.
Di Indonesia berhasil diidentifikasikanberbagai kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup tersebut dikhawatirkan akan berdampak besar bagi kehidupan makhluk bumi, terutama manusia yang populasinya semakin besar. Beberapa masalah tersebut antara lain :
a.       Terus menurunnya kondisi hutan Indonesia. Indonesia merupakan Negara ASEAN terbesar hutannya. Laju deforestrasi p[ada periode 1985-1997 adalah sekitar 1,6 juta hektar per tahun meningkat menjadi 2,1 juta hektar per tahun pada periode 1997-2001.
b.      Kerusakan DAS (Daerah Aliran Sungai). Praktik penebangan liar dan konversi lahan menimbulkan dampak yang luas, yaitu kerusakan ekosistem dalam tatanan DAS.
c.       Habitat ekosistem pesisisr dan laut semakin rusak.kerusakan habitat ekosistem diwilayah pesisir dan laut semakin meningkat, khususnya diwilayah padat kegiatan seperti pantai utara Pulau Jawa dan Pantai timur Pulau Sumatra.
d.      Citra pertambangan yang merusak lingkungan. Sifat usaha pertambangan, khusus nya tambang terbuka (open pit mining), selalu mengubah bentang alam sehingga memengaruhi ekosistem dan habitat aslinya. Dalam skala besar akan mengganggu keseimbangan fungsi lingkungan hidup dan berdampak buruk bagi kehidupan manusia. Dengan citra semacam ini, usaha pertambangan cenderung ditolak masyarakat.
e.       Tingginya ancaman terhadap keanekaragaman hayati (biodiversity). Sampai saat ini, 90 jenis flora dan 176 fauna di Pulau Sumatera terancam punah. Populasi orang utan di Kalimantan menyusut tajam. Kerusakan ekosistem dan perburuan liar yang dilator belakangi rendahnya kesadaran masyarakat, menjadi ancaman utama bagi keanekaragaman hayati di Indonesia.
f.       Pencemaran air semakin meningkat. Kualitas air permukaan danau, situ dan perairan umum lainnya juga menunjukkan kondisi yang memprihatinkan. Umumnya disebabkan karena tumbuhnya fitoplankton secara berlebihan sehingga menyebabkan terjadinya timbunan senyawa fosfat yang berlebihan.
g.      Kualitas udara semakin menurun, khususnya dikota-kota besar. Kualitas udara di 10 kota besar Indonesia cukup mengkhawatirkan, dan di enam kota diantaranya, yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung, medan, jambi, dan Pekanbaru dalam satu tahun hanya dinikmati udara bersih selama 22 sampai 62 hari saja.
Kerusakan lingkungan hidup memberi efek yang besar bagi kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Lingkungan sangat berkaitan dengan masalah ketahanan hidup (survival) manusia. Ketahanan hidup amat bergantung pada hubungan yang saling menopang dari lingkungan yang terdiri atas berbagai system yang menunjang kehidupan itu ataupun yang saling menyayanginya. Bagi manusia, problema lingkungan pada dasar timbunya kalau terjadi ketidakseimbangan antarmanusia dengan sumber-sumber yang ada dalam lingkungannya. Pemanfaatan yang berlebihan oleh manusia menyebabkan daya dukung lingkungan berkurang sehingga keseimbangan tidaak terjadi lagi. Oleh karena itu, pengelolaan lingkungan pada hakikatnya adalah menciptakan keseimbangan hubungan antara manusia dengan lingkungan itu sendiri.
              Masalah kependudukan tidak hanya menciptakan masalah pemukiman dan problema lingkungan. Pertambahan penduduk berpengaruh terhadap tingkat pendidikan. Dinegar-negara yang anggaran pendidikannya rendah biasanya menunjukkan angka kelahiran yang tinggi. Pertambahan  penduduk yang cepat juga menghambat perimbangan pendidikan.
            Pertumbuhan penduduk juga berpengaruh terhadap tingkat konsumsi penduduk. Penduduk yang besar jelas membutuhkan konsumsi dalam jumlah yang besar pula. Pemenuhan konsumsi yang besar,umumnya tidak diimbangi dengan kandungan gizi yang layak. Tidak terpenuhinya konsumsi pangan penduduk berakibat pada kelaparan. Demikian pula gizi yang kurang dapat berakibat pada timbulnya penyakit seperti busung lapar dan cacat mental pada anak.
            Seiring dengan tidak tercukupinya kebutuhan pangan, maka akan muncul keterbelakangan dan kemiskinan. Keterbelakangan dan   Kemiskinan ibaratnya adalah saudara kembar. Keterbelakangan dan kemiskinan merupakan “penyakit” yang bisa melemahkan fisik dan mental manusia dan juga berpengaruh negatif terhadap lingkupan.

C. PROBLEMATIKA LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA YANG DIHADAPI MASYARAKAT
Lingkungan sosial adalah wilayah tempat berlangsungnya berbagai kegiatan dan interaksi sosial antar berbagai kelompok beserta pranatanya dengan simbol dan nilai serta terkait dengan ekosistem (sebagai komponen lingkungan alam) dan tata ruang atau peruntukan ruang (sebagai bagian dari lingkungan binaan/buatan). Manusia hidup berkaitan dengan lingkungan, baik lingkungan fisik (alam dan buatan) maupun lingkungan sosial.
Lingkungan sosial seseorang manusia (individu) pada dasarnya adalah individu lain atau kelompok individu dengan segala aktivitas dan pranata yang dibentuknya. Seorang manusia pastilah akan hidup ditengah-tengah manusia lain. Manusia hidup dalam lingkungan sosial mereka. Kehidupan dalam lingkungan sosial manusia ditandai dengan adanya beragam aktivitas, aneka ragam interaksi, berbagai pranata yang dibentuk, serta berada dalam suatu lingkungan alam dan buatan sebagai tempat kehidupannya.
1.                  Interaksi dalam Lingkungan Sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan timbal balik anatar perorangan, antara kelompok manusia, maupun antara perorangan dengan kelompok manusia dalam bentuk akomodasi kerja sama, persaingan, dan pertikaian.
            Interaksi sosial berbentuk hubungan pengaruh yang tampak dalam kehidupan bersama. Tanpa interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan masyarakat. Interaksi sosial terjadi antara seseorang dengan orang lain, antara seseorang dengan kelompok sosial antara kelompok sosial dengan kelompok sosial lainnya.
            Interaksi sosial tersebut bisa dalam situasi persahabatan ataupun permusuhan (kerjasama atau konflik), bisa dengan tutur kata, jabat tangan, bahasa isyarat, atau bahkan tanpa kontak fisik. Bahkan, hanya dengan bau keringat sudah terjadi interaksi sosial karena telah mengubah perasaan atau syaraf orang yang bersangkutan untuk menentukan tindakan. Interaksi sosial hanya dapat berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi dari kedua belah pihak.
            Interaksi sosial dapat terjadi apabila ada kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan usaha pendekatan pertemuan fisik dan mental. Kontak sosial dapat bersifat primer (face to face) dan dapat berbentuk sekunder (melalui media perantara, koran, radio, tv, dan lain-lain). Komunikasi merupakan usaha penyampaian informasi kepada manusia lain.tanpa komunikasi tidak mungkin terjadi interaksi sosial. Komunikasi bisa berbentuk lisan, tulisan, atau simbol lainnya.
            Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), akomodasi(accomodation), ersaingan (competition), dan pertikaian (conflict). Kerja sama sebagai segala bentuk usaha guna mencapai tujuan bersama. Akomodasi digunakan dalam dua arti, yaitu pada suatu keadaan dan sebagai suatu proses. Akomodasi sebagai keadaan menunjukkan keyataan adanya keseimbangan dalam interaksi sosial. Akomodasi sebagai proses menunjukkan pada usaha manusia untuk meredakan peretentangan, yaitu usaha mencapai kestabilan. Persaingan merupakan proses sosial dimana seseorang atau kelompok sosial bersaing memperebutkan nilai atau keuntungan dalam kehidupan melalui cara-cara menarik perhatian publik. Pertikaian merupakan interaksi sosial dimana seseorang atau kelompok sosial berusaha memenuhi kebutuhannya dengan jalan menantang lawannya dengan ancaman atau kekerasan.

2. Pranata dalam lingkungan Sosial
Pranata sosial ( dalam bahasa inggris nya istilahnya institution ) menunjuk pada sistem pola-pola resmi yang dianut suatu warga masyarakat dalam berinteraksi. Pranata adalah suatu sistem norma khusus yang menata rangkaian tindakan berpola mantap guna memenuhi keperluan yang khusus dalam kehidupan masyarakat. Sistem norma khusus dimaksudkan sebagai aturan , artinya perilaku itu berdasarkan pada aturan-aturan yang telah ditetapkan.
            Kehidupan masyarakat memiliki berbagai pranata. Makin besar dan kompleks kehidupan masyarakat makin banyak jumlah pranata yang ada. Penggolongan pranata berdasarkan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Beberapa ragam pranata tersebut sebagai berikut :
a)                  Pranata-pranata untuk memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan. Misalnya perkawinan, pengasuhan anak, pergaulan antarkerabat, dan sistem istilah kekerabatan.
b)                  Pranata-pranata ekonomi, antara lain pertanian, barter, industri, dan perbankan.
c)                  Pranata-pranata pendidikan, misalnya model pendidikan, jenjang pendidikan, pers, pemberantasan buta aksara, dan perpustakaan.
d)                 Pranata-pranata ilmiah, antara lain metodologi imiah, penelitian, dan pengukuran.
e)                  Pranata-pranata untuk memenuhi kebutuhan akan keindahan dan seni, seperti olahraga, berbagai kesenian, dan kesusastraan.
f)                  Pranata-pranata keagamaan sebagai kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan atau alam gaib.
g)                 Pranata-pranata untuk menjaga dan mengatur kekuasaan dimasyarakat, serta kepolisian, kehakiman, pemerintah, demokrasi, tentara.
h)                 Pranata-pranata untuk memenuhi kebutuhan akan kenyamanan hidup, seperti pemeliharaan kecantikan, kebugaran, kesehatan, dan kedokteran.
Dalam kehidupan sehari-hari, istilah pranata sering tumpah tindih atau dikacaukan penggunaannya dengan istilah lembaga. Istilah social-institusion, ada yang diterjemahkan sebagai pranata sosial atau sebagai lembaga sosial. Koentjaraningrat menganjurkan agar dibedakan secara tegas antara oranata sosial dan lembaga sosial. Pranata sosial adalah sistem norma atau aturan yang menyangkut suatu aktivitas masyarakat yang bersifat khusus. Sedangkan lembaga sosial adalah badan atau organisasi yang melaksanakannya. Lembaga sosial merupakan suatu bentuk kelompok atau perkumpulan sosial yang khusus. Lembaga dan pranata sosial mungkin tidak bisa dipisahkan, karena didalam lembaga sosial terdapat pranata sosial, dan pranata sosial berjalan dalam suatu lembaga sosial sebagai wadahnya.
            Lembaga sosial bertujuan memenuhi kebutuhan pokok manusia. Lembaga sosial memiliki beberapa fungsi. Pertama, memberi pedoman pada anggota masyarakat bagaimana  mereka harus bertingkah laku dalam menghadapi masalah. Kedua, menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan. Ketiga, memberi pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial.


3.                  Problema dalam Kehidupan Sosial
Problema sosial merupakan persoalan karena menyangkut tata kelakuan yang abnormal, amoral, berlawanan dengan hukum, dan bersifat merusak. Problema sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral yang menyimpang sehingga perlu diteliti, ditelaah, diperbaiki, bahkan mungkin untuk dihilangkan.
            Problema-problema sosial timbul dari kekurangan dalam diri manusia atau kelompok manusia yang bersumber dari faktor ekonomi, biologis, biopsikologis, dan kebudayaan. Setiap masyarakat memiliki sejumlah dan penyesuaian terhadap lingkungan sosial. Penyimpanagan terhadap norma-norma tersebut memunculkan gejala abnormal yang mengarah pada terciptanya problema sosial.
            Problema sosial yang terjadi dan dihadapi msyarakat banyak ragamnya. Sesuai dengan faktor-faktor penyebabnya, maka problema sosial dapat diklafikasikan sebagai berikut :
a.                  Problema sosial karena faktor ekonomi, seperti kemiskinan, kelaparan, dan pengangguran.
b.                  Problema sosial karena faktor biologis, seperti wabah penyakit.
c.                  Problema sosial karena faktor psikologis, seperti bunuh diri, sakit jiwa, dan disorganisasi.
d.                 Problema sosial karena faktor kebudayaan, seperti perceraian, kejahatan, kenakalan remaja, konflik ras, dan konflik keagamaan.
Sering kali suatu problema sosial dapat digolongkan lebih dari satu kategori. Kemiskinan misalnya, mungkin sebagai akibat dari penyakit paru-paru sehingga tidak bisa mencari nafkah, atau karena sakit jiwa, atau dapat pula bersumber dari faktor budaya, yaitu tidak adanya pekerjaan atau ditolak bekerja.
Sosiologi berusaha menentukan kriteria apakah suatu permasalahan dapat dikatakan problema sosial atau tidak. Ukuran atau kriteria untuk menentukan tersebut adalah sebagai berikut :
a.                  Kriteria utama untuk menentukan suatu problema sosial adalah tidak adanya persesuaian antara ukuran atau nilai sosial dengan kenyataan serta tindakan sosial yang terjadi.
b.                  Sumber-sumber sosial dari problema sosial. Sebab dari problema sosial haruslah bersifat sosial. Berdasarkan hal ini maka kejadian-kejadian menyimpang (abnormal) yang tidak bersumber dari perbuatan manusia bukanlah merupakan problema sosial. Gejala seperti gempa bumi, angin topan, dan gunung meletus yang disebabkan alam bukanlah problema sosial.
c.                  Pihak-pihak yang menetapkan apakah suatu kepincangan merupakan problema sosial. Ukuran diatas sebenarnya bersifat relatif. Mungkin banyak orang yang harus mengatakan atau sekelompok orang yang berkuasa yang mengatakan. Dalam suatu wilayah misalnya, masyarakat didaerah tersebutlah yang menyatakan apakah suatu gejala merupakan problema sosial atau tidak.
d.                  Manifest social problems dari latent social problems
Perlu dibedakan  antara manifest social problems dan latens social problems. Manifest social problems adalah problema sosial yang timbul sebagai akibat terjadinya kepincangan dalam masyarakat karena tidak sesuainya tindakan dengan norma atau nilai dimasyarakat. Masyarakat umumnya tidak menyukai tindakan itu. Latent social problems merupakan problema sosial yang juga menyangkut hal-hal yang berlawanan dengan nilai-nilai masyarakat, tetapi diterima juga. Manifest social problems diyakini dapat diperbaiki, dibatasi, bahkan dihilangkan. Sedangkan latent social problems sulit diatasi, karena walaupun masyarakat tidak menyukainya, tetapi merasa tidak berdaya untuk mengatasinya.








            Keserasian adalah kesesuaian hubungan timbal balik antara komponen serta berbagai aspek dalam lingkungan tersebut. Keserasian lingkungan sosial adalah kesesuaian pola tindakan manusia dalam suatu sistem hubungan timbal balik antara berbagai aspek kehidupan sosial dan jaringan unsur-unsur pokok yang ada dalam masyarakat yang memengaruhi sistem sosial, nilai, sikap dan pola perilaku individu serta kelompok nya, proses sosial, struktur sosial, dan perubahan sosial.
            Keserasian antarorang atau kelompok akan memengaruhi daya tampung lingkungan sosial. Sebaliknya, daya tampung lingkungan sosial akan memengaruhi keserasian hubungan antara orang dan kelompok sosial. Daya tampung lingkungan sosial adalah kemampuan manusia dan kelompok penduduk yang berbeda-beda itu untuk hidup bersama-sama sebagai suatu masyarakat secara serasi, selaras, seimbang, rukun, tertib, dan aman.


D. ISU-ISU PENTING PERSOALAN LINTAS BUDAYA DAN BANGSA
Isu-isu penting menjadi persoalan lintas budaya dan bangsa pada umumnya merupakan isu global yang menjadi keprihatinan umat manusia sedunia. Merupakan isu global karena persoalan ini tidak hanya dihadapi umat manusia dalam suatu negara atau wilayah tertentu, tetapi melanda ke berbagai belahan dunia.
            Berikut ini akan kita ketengahkan isu-isu global yang terdiri atas isu mengenai lingkungan dan isu mengenai kemanusiaan. Isu tentang lingkungan antara lain mencakup kekurangan pangan, kekurangan sumber air bersih, polusi dan perubahan iklim. Isu tentang kemanusiaan antara lain mencakup kemiskinan, konflik, dan wabah penyakit.

1.                  Isu Tentang Lingkungan
a.                  Kekurangan Pangan
Pangan merupakan komoditi penting dan strategis, mengingat pangan adalah kebutuhan pokok manusia yang hakiki. Kebutuhan pangan disetiap pemukiman perlu tersedia dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak, aman dikonsumsi, dan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Problema kekurangan pangan masih saja menghantui umat manusia,kendati tingkat pertumbuhan ekonomi dunia meningkat. Hal ini disebabkan pertumbuhan penduduk dunia yang cepat tidak seimbang dengan produksi pangan. Selain itu,masalah keadilan dan distribusi sumber-sumber pangan yang tidak merata
            Kekurangan pangan menciptakan kekwatiran berbagai pihak. Dunia pun diliputi kekwatiran itu,karena pertambahan penduduk yang tinggi, terutama di negara-negara berkembang. Menurut FAO,saat ini didunia terdapat sekitar 200 juta orang yang kekurangan pangan.penduduk indonesia pada tahun 2035 di perkirakan akan bertambah menjadi dua kali lipat dari jumlahnya sekarang,menjadi sekitar 400 juta jiwa.
            Kekurangan pangan menciptakan gejala serius berupa kelaparan. Mantan sekretaris jendral Perserikatan Bangsa-Bangsa(PBB),Kofi Annan pernah menegaskan,walaupun saat ini ada kemajuan yang luar biasa dibidang teknologi dan pertanian, namun penderitaan yang paling tua dan paling mendasar yaitu kelaparan,masih saja ada. Setiap hari setidaknya 840 juta orang tidak punya bahan pangan untuk dimakan.
            Di Afrika Selatan, satu dalam setiap empat orang mengalami kelaparan. Di Afrika Sahara proporsinya lebih tinggi lagi, satu dalam setiap tiga orang. Sedangkan jumlah penduduk yang kekurangan pangan diwilayah asia pasifik sekita 525 juta.
b.                  Kekurangan Sumber Air Bersih

Sejak dulu air di akui sebagai sumber kehidupan.Air,khususnya air bersih banyak dimanfaatkan manusia untuk berbagai keperluan,terutama sekali untuk minum. Dengan demikian,ketersediaan air bersih merupakan keharusan bagi penduduk disuatu wilayah. Sumber-sumber air bersih didapatkan dari mata air, atau sungai yang telah dilakukan proses penyulingan.
            Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dunia,kebutuhan air bersih juga meningkat tajam. Seiring dengan itu,sumber-sumber air bersih mejadi berkurang atau justru semakin habis. Dewasa ini,penduduk dunia dilanda kekurangan air bersih. Padahal masalah kekurangan air langsung berdampak terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup manusia.
            Kurangnya ketersediaan air bersih berarti telah terjadi kelangkaan air sebagai sumber kehidupan. Kelangkaan air bersih menyebabkan orang terpaksa bergantung pada sumber air yang mungkin tidak aman. Tidak tersedianya air bersih dapat memicu timbulnya berbagai penyakit,seperti kolera,tifus,malaria,demam berdarah,dan penyakit lain yang menular.kelangkaan air juga dapat menjadikan orang kehabisan waktu dan dana untuk mendapatkan air bersih.
            Perubahan iklim, kekeringan, dan banjir yang sering kali terjadi, ditenagarai berpengaruh terhadap ketersediaan air bersih. Contohnya, kekeringan pada sebagian sungai-sungai besar didunia. Indonesia juga dilaporkan mulai terancam kekurangan air bersih.





C.  Polusi Atau Pencemaran
Polusi atau pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkan nya.
            Menurut tempat terjadinya, pencemaran dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu pencemaran udara, air, tanah. Polusi air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar, antara lain pembuangan limbah industri, sisa insektida, dan pembuangan sampah domestik, sampah organik, dan fosfat. Pencemaran tanah disebabkan oleh beberapa jenis pencemar, seperti sampah-sampah plastik  yang sukar hancur, botol, karet sintetis pecahan kaca, dan kaleng. Polusi suara disebabkan oleh suara bising kendaraan bermotor, kapal terbang, deru mesin pabrik, radio/tape recorder yang berbunyi keras sehingga mengganggu pendengaran.
            Salah satu penyebab polusi udara di Indonesia saat ini adalah seringnya terjadi kebakaran hutan. Kebakaran hutan merupakan bencana yang setiap tahun terus terjadi. Kebakaran hutan skala besar adalah fenomena yang menjadi sebuah kecenderungan yang rutin dalam 20 tahun terakhir.
            Dampak buruk kebakaran hutan amat terasa. Polusi udara melanda di kota-kota sekitar hutan. Kebakaran hutan di Riau menebabkan pendudknya mulai merasakan mata perih dan berkurang nya jarak pandang karena kabut asap. Polusi udara akibat kebakaran hutan di Indonesia juga berdampak bagi masyarakat luar.


D.  Perubahan Iklim
Sumber energi fosil(minyak bumi, batu bara, dan gas alam) yang dihasilkan oleh banyak pembangkit energi membangkitkan terjadinya pencemaran udara. Hal ini karena pembangkit tersebut mengeluarkan gas dan zat-zat pencemar, seperti gas (SO2) dan gasgas rumah kaca (GRK), seperti karbondioksida (CO2). Banyak penelitian menyebutkan bahwa GRK telah memicu terjadinya pemanasan global akibat adanya efek rumah kaca.
            Efek rumah kaca terjadi akibat GRK yang terkumpul diatmosfer membentuk selubung yang menghalangi radiasi panas matahari yang dipantulkan bumi sehingga tidak dapat lepas keatmosfer. Panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global.
            Lebih lanjut, pemanasan global telah memicu terjadinya perubahan iklim (climate change). Perubahan iklim mengakibatkan adanya perubahan-perubahan yang tidak terkirakan sebelumnya, seperti peningkatan suhu, melelehnya gunung es, permukaan air laut naik, banyaknya banjir dan badai, serta musim panas yang semakin panjang. Puahan-perubahan iklim yang ekstrem ini dapat engancam kehidupan manusi di bumi. Ancaman tersebut antara lain :
1.                  Panasnya suhu menimbulkan makin banyak nya wabah penyakit endemik seperti leptospirosis, demam berdarah, diare, dan malaria.
2.                  Wilayah-wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil terancam tenggelam oleh naiknya air laut.
3.                  Maraknya banjir dan badai topan yang sewaktu-waktu melanda pemukiman manusia.
4.                  Berkurang nya ketersediaan air bersih karena kekeringan dalam jangka waktu lama.
5.                  Kegagalan panen karena cuaca yang tidak mendukung.



2. Isu Tentang Kemanusiaan
a. kemiskinan
Kemiskinan meruakan masalah global yang sering dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan, dan kekurangan diberbagai keadaan hidup. Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahamannya mencakup :
1)                 Gambaran akan kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
2)                 Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Halini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
3)                 Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna “memadai” disini sangat berbeda-beda, melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi diseluruh dunia.
Kemiskinan penduduk dunia kebanyakan terdapat dinegara-negara berkembang. Istilah negara berkembang biasanya digunakan untuk merujuk ke negara-negara yang “miskin”. Indonesia sebagai negara berkembang tidak luput pula dari ancaman kemiskinan. Meskipun presentase penduduk miskin semakin berkurang setiap tahun, namun jumlah penduduk semakin besar karena semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia.

b.                  Konflik atau Perang
Konflik berasal dari bahasa Latin, yaitu configere yang berarti saling memukul. Secara sosisologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebh (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
            Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Selain itu, konflik juga dapat disebabkan oleh perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda kepentingan antar individu atau kelompok.
            Konflik dalam pengertian luas mencakup konflik secara fisik dan nonfisik. Konflik dalam derajat yang longgar atau lemah, misalanya perbedaan ide dan pendapat. Konflik dalam derajat yang tinggi, seperti pertentangan fisik, kerusakan, revolusi, bahkan perang. Konflik sering kali diterima secara negatif karena dianggap merusak keteraturan dan ketertiban dalam masyarakat. Namun, konflik dalam derajat yang longgar dapat memicu kemajuan. Oleh karena itu, konflik tidak harus dipersepsikan hal yang buruk.
Konflik sosial (termasuk konflik politik) adalah sebuah fenomena sosial penting yang memerlukan penyelesaian konflik. Konflik sosial juga merupakan fenomena yang memengaruhi pembuatan keputusan. Semakin hebat koflik, semakin sulit membuat keputusan yang mengikat semua pihak.
Konflik dalam derajat tinggi, yaitu perang antarmanusia itulah yang mengancam sendi-sendi kehidupan manusia. Perang hanya menyisakan beragam penderitaan, kesengsaraan, kehancuran, dan kehilangan segalanya. Namun, anehnya kehidupan umat manusia sejak masa lalu sampai sekarang tidak pernah sepi dari kasus-kasus peperangan.

c. Wabah Penyakit
            Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata, melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Sumber penyakit dapat berasal dari manusia, hewan,tumbuhan dan benda-benda yang mengandung atau tercemar bibit penyakit, serta yang dapat menimbulkan wabah.
            Penyakit yang mewabah sekarang ini dengan cepat sekali menyebar menembus batas-batas wilayah dan negara. Penyakit yang sebelumnya hanya melanda sebuah negara atau suatu kawasan dengan cepat menyebar ke negara dan kawasan lain dibumi. Tepat kiranya jika sekarang ini terdapat istilah globalisasi penyakit. Globalisasi penyakit merupakan dampak negatif dari semakin cepatnya pergerakan manusia, hewan, tumbuhan dan barang-barang yang dibawa. Wabah penyakit menyebar sedemikian cepat.
            Penyakit yang menyebar sekarang ini makin banyak dan beragam. Jika dulu orang hanya mengenal sakit malaria, sekarang telah muncul virus poli, SARS,AIDS, dan sebagainya. Selain penyakit infeksi diatas, penyakit modern yang muncul akibat perubahan gaya hidup yang kini juga menjadi penyakit yang mengglobal. Sama seperti penyakit infeksi, penyakit gaya hidup juga tidak mengenal batasan negara atau batasan status ekonomi. Penyakit gaya hidup, contohnya serangan jantung, darah tinggi, depresi, stroke, obesitas. Penyakit gaya hidup pada mulanya muncul di negara-negara maju. akan tetapi sekarang ini penyakit tersebut melanda pula negara-negara industri baru di Asia.
            Wabah penyakit yang menimbulkan malapetaka yang menimpa umat manusia dari dulu sampai sekarang maupun masa mendatang tetap merupakan ancaman terhadap kelangsungan hidup dan kehidupan. Selain wabah membahayakan kesehatan masyarakat karena dapat mengakibatkan sakit, cacat, dan kematian, wabah juga akan mengakibatkan hambatan dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Penyakit dapat menurunkan tingkat produktivitas manusia dalam bekerja yang bisa berpengaruh terhadap pendapatan mereka. Banyak produktivitas yang hilang akibat serangan penyakit. Disisi lain, pendapatan yang diperoleh banyak dikeluarkan untuk biaya pengobatan. Pada akhirnya, timbulnya penyakit bisa berpengaruh terhadap tingkat ekonomi masyarakat.

Translate